bacaterus web banner retina

Sinopsis & Review Film Eggnoid: Love & Time Portal

Ditulis oleh Suci Maharani R
Eggnoid: Love & Time Portal
3.2
/5
PERHATIAN!
Artikel ini mengandung spoiler mengenai jalan cerita dari film/drama ini.

Gimana rasanya punya teman yang berasal dari telur? Tapi bukannya hewan yang terlahir, malah sosok pria yang dikenal sebagai Eggnoid. Inilah kisah Sheila Dara yang terkejut, melihat sosok Morgan Oey yang tiba-tiba datang ke hidupnya.

Apalagi manusia telur ini memiliki misi penting lho, untuk membuat hidup master-nya jadi lebih bahagia dan terbebas dari putus asa.

Fyi, Eggnoid: Love & Time Portal ini ternyata diadaptasi dari webtoon berjudul Eggnoid karya Archie the Red Cat. Film yang disutradarai oleh Naya Anindita ini, dibintangi oleh Sheila Dara dan Morgan Oey sebagai pemeran utamanya.

Tapi dalam perilisan filmnya, sang sutradara mengatakan kalau versi film dan versi webtoon-nya memiliki perbedaan yang signifikan.

Kira-kira kenapa sih kok Eggnoid: Love & Time Portal ini bisa sampai beda dari versi webtoon-nya? Untuk mendapatkan jawaban lebih lengkapnya, kamu bisa membaca sinopsis dan review filmnya di bawah ini.

Baca juga: Daftar Film Indonesia Terbaik Sepanjang Masa

Sinopsis

Sinopsis

“Setiap materi di semesta, mempunya awal dan akhir,di tengahnya diisi oleh perjalan keputusan yang tak terhitung jumlahnya.

Ketakutan, keberanian, keyakinan, keraguan, kemalasan dan semangat, semua variabel pembawa benar dan salah. Hasil akhir itu tidak relevan bagi kami, perjalan benar dan salah, itu yang kami cari” – Sang Penata Agung

Malam itu Ran (Sheila Dara) sedang merayakan ulang tahunnya yang ke-17, tapi bukan senyum penuh kebahagiaan yang terpancar dari wajahnya.

Justru air mata dan raut wajah kesedihan, karena gadis ini harus merayakan ulang tahun tanpa kehadiran kedua orang tuanya. Alasannya karena orang tua Ran meninggal dunia karena kecelakaan, tepat dihari ulang tahunnya yang ke tujuh.

Sejak saat itu Ran seperti hidup dalam kesendirian, karena semakin hari kondisinya semakin menyedihkan. Hingga malam itu, Ran tiba-tiba dikagetkan dengan sebuah telur raksasa yang berisikan manusia mendarat di balkon rumahnya.

Telur itu bernama Eggnoid, sebuah sistem masa depan yang mengirimkan manusia untuk menjadi support system bagi master-nya.

Sejak hari itu kehidupan Ran benar-benar berubah, gadis ini seakan mendapatkan semangat hidup barunya. Ran sendiri memberikan nama khusus, yaitu Eggy? Telur Ceplok? (Morgan Oey) untuk Eggnoid miliknya.

Bahkan keduanya memiliki gaya salaman dan nama khusus lho, Ran memanggil Eggy dengan sebutan “Pan” dan Eggy memanggilnya “Tat”.

Filosofi dari Pan dan Tat adalah dua kata yang tidak bisa dipisahkan, karena persatuan keduanya baru memiliki arti. Tapi hal ini membuat Kak Diany (Luna Maya) agak sedikit terganggu, apalagi kalau sudah di meja makan.

Singkat cerita hubungan Eggy dan Ran sudah berjalan dua tahun, hingga suatu hari pria itu menyadari perasaan cintanya pada sang master.

Tato sayap di dada Eggy menyala, yang menandakan bahwa pria ini sedang jatuh cinta. Tapi hal ini bukanlah sesuatu yang baik, pasalnya sejak saat itu Eggy mulai diawasi oleh para guardian.

Pasalnya sebagai Eggnoid, Eggy memiliki dua aturan besar yang tidak boleh dilanggar. Pertama tidak boleh melakukan tujuh dosa besar, yaitu nafsu, nyuri, iri, marah, sombong, rakus dan malas.

Aturan kedua Eggnoid tidak boleh berpacaran apalagi menikah dengan manusia, karena bisa merusak sistem Eggnoid dan takdir manusia. Hal ini membuat Eggy dan Ran gelisah, pasalnya jika pria itu terus melanggar, bisa-bisa Eggy harus kembali ke masa depan.

Sejak saat itu hubungan keduanya jadi renggang, tapi perasaan yang ada di hati mereka sepertinya tidak mau menyerah begitu saja.

Apapun yang dilakukan mereka, pada akhirnya Eggy dan Ran memang tidak bisa dipisahkan. Hingga para guardian menawarkan Eggy untuk mengganti master atau Sang Penata Agung akan murka dan membawanya kembali ke sistem Eggnoid.

Lalu apa yang akan dilakukan oleh Eggy? Apakah ia akan menyerah atau tetap memperjuangkan cintanya untuk Ran?

Film Sci-Fi yang Sederhana Tapi Menyenangkan

Film Sci-Fi yang Sederhana Tapi Menyenangkan

Berlabel film sci-fi, pada awalnya saya enggan untuk menonton Eggnoid: Love and Time Portal (2019). Pasalnya beberapa film Indonesia dengan genre yang sama memang agak mengecewa.

Tapi setelah menonton trailernya, akhirnya saya memutuskan untuk menonton film yang tayang di Netflix ini. Jujur saja, film ini memberikan suasana dan rasa penasaran bagi para penontonnya.

Pasalnya adegan pembukanya saja sudah terlihat cukup misterius, terutama semenjak kemunculan Eggnoid-nya.

Bagi saya scene ini memang pas untuk disimpan di bagian pembuka filmnya, karena benar-benar bikin penonton jadi penasaran dengan kelanjutannya. Selama 10 menit pertama, saya menyukai bagaimana film ini merubah vibes-nya, dari situasi mencekam jadi kebahagiaan.

Lalu kisah cinta Eggnoid dengan masternya, hal ini tidak berbeda dengan kisah cinta remaja pada umumnya. Yang bikin ceritanya jadi lebih seru, karena larangan bagi Eggnoid untuk menggunakan perasaannya pada manusia.

Membuat percintaan Eggy dan Ran tidak mudah, belum lagi ada bumbu rasa cemburu yang menghiasi hubungan mereka.

Karakter pembantu di film Eggnoid: Love and Time Portal (2019), juga berhasil membangun sinergi satu sama lain. Contohnya bromance Eggy dan dua guardiannya yaitu Zen (Reza Nangin) dan Zion (Marthin Anugrah.

Lalu bagaimana karakter Tania (Anggika Bölsterli) dan Kak Diany (Luna Maya), mereka juga jadi sosok penting yang bikin ceritanya makin hidup. Hal penting lainnya, saya menyukai plot twist di bagian penutup filmnya saat Eggy bertemu dengan Sang Penata Agung.

Saya tidak ingin memberikan spoiler, namun apa yang kamu bayangkan dari orang tersebut akan merusak ekspektasi. Bukan hal buruk, justru kehadiran Sang Penata Agung ini menjadi penutup yang baik dan berkesan bagi penonton.  

Cukup Memuaskan, Sayangnya Masih Banyak Kekurangannya

Cukup Memuaskan, Sayangnya Masih Banyak Kekurangannya

Dengan segala kesederhanaan yang ada dalam Eggnoid: Love and Time Portal (2019), bisa dikatakan berhasil menampilkan genre sci-fiction.

Hanya saja film ini masih terlalu sederhana, padahal kalau dilihat-lihat seharusnya film ini bisa lebih canggih lagi lho. Contohnya saat proses format ulang Eggy di markas Eggnoid, harusnya tempat itu bisa terlihat lebih futuristik.

Pasalnya background Eggnoid adalah sebuah sistem yang berasal dari masa depan untuk membantu manusia. Lalu soal time portal yang ternyata sebuah polaroid, hal ini bisa menjadi keunikan tersendiri lho. sayangnya ketika Eggy dan Ran pergi ke dimensi lain, adegannya terlalu sederhana.

Intinya sih saya berharap, sisi sci-fiction film ini bisa lebih matang lagi dengan berbagai efek visual yang mumpuni. Kekurangan lainnya, plot hole mengenai siapa sebenarnya Eggy sebelum ia menjadi Eggnoid?

Hal ini sedikit mengganggu di pikiran saya, dengan kenyataan soal Sang Penata Agung yang jauh dari ekspektasi siapapun. Kita pasti penasaran dong, dari mana para Eggnoid ini mendapatkan sosok yang mirip dengan manusia seperti Eggy, Zen dan Zion?

Terakhir saya ingin mengomentari soal penampilan Morgan Oey sebagai Eggy. Pada awalnya saya masih belum terbiasa melihat pribadi Eggy yang manis dan cenderung kekanak-kanakan. Pasalnya ada rasa seperti Morgan Oey berusaha memaksakan diri dengan karakter barunya.

Untungnya sepanjang film ini berjalan, saya melihat bagaimana Morgan berusaha mengimbangi akting Sheila Dara. Pengembangan karakternya jadi semakin baik, dari seorang yang kekanak-kanakan menjadi sosok yang lebih dewasa.

Lalu bagaimana batin Eggy berkecamuk, antara harus menunaikan tugasnya sebagai Eggnoid atau lebih mementingkan perasaannya sendiri. Hal ini memang sangat krusial, karena jadi penentu mau seperti apa karakter Eggy selanjutnya?  

Adanya Perbedaan Antara Webtoon dan Filmnya

Adanya Perbedaan Antara Webtoon dan Filmnya

Sebelum nonton Eggnoid: Love and Time Portal (2019), saya sempat melakukan research soal novel dan filmnya. Dari hasil penelitian, ternyata ada perbedaan yang signifikan antara webtoon dengan adaptasi filmnya.

Bahkan hal ini disampaikan langsung oleh sutradara filmnya, yaitu Naya Anindita tepat di hari premier filmnya. Bagi Naya Anindita menggarap Eggnoid sebenarnya bukanlah hal yang sulit, tapi film ini memang jadi tantangan tersendiri baginya.

Pasalnya sudah sejak lama ia berkeinginan menggarap film sci-fiction, hingga akhirnya ia benar-benar bisa membuat Eggnoid. Salah satu yang pasti terjadi, ketika orang yang menonton filmnya merasa ekspektasi mereka tidak terpenuhi.

Dikutip dari Indozone, Naya Anindita menegaskan bahwa karakter di film dan webtoon memang berbeda, makanya sampai kapanpun tidak akan memenuhi kepuasan publik.

Hal ini juga diperkuat dengan keterangan yang datang dari Archie the Red Cat, kreator asli webtoon Eggnoid. Dikutip dari antaranews, Archie membebaskan siapapun yang ingin mengadopsi karyanya.

Ia malah menyuruh para kreator untuk bisa mengembangkan ide cerita, sehingga Eggnoid memiliki banyak versi. Pasalnya sebagai kreator Archie merasa “wow”, karena idenya bisa membantu orang lain untuk lebih kreatif lagi.  

Melihat bagaimana keterbukaan Archie the Red Cat agar kreator lainnya bisa mengembangkan ide cerita memang patut diacungi jempol. Pasalnya Eggnoid: Love & Time Portal ini akhirnya menjadi salah satu film sci-fiction yang menjanjikan dan layal banget untuk di tonton.

cross
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram