bacaterus web banner retina

Sinopsis & Review Dune (2021), Kisah Kolosal Sang Terpilih

Ditulis oleh Dhany Wahyudi
Dune
3.9
/5
PERHATIAN!
Artikel ini mengandung spoiler mengenai jalan cerita dari film/drama ini.

Saat keluarga dan bangsanya mendapat titah untuk mengolah sumber daya alam paling penting di galaksi, Paul harus menyelamatkan diri ketika mendadak terjadi penyerangan secara besar-besaran dari bangsa penjajah sebelumnya.

Diburu, Paul berusaha bergabung dengan bangsa setempat dan menggenapi ramalan tentang kehadiran “Lisan al-Ghaib”. Dune adalah film epic sci-fi karya Denis Villeneuve yang dirilis oleh Warner Bros Pictures pada 22 Oktober 2021.

Merupakan adaptasi dari novel populer karya Frank Herbert yang terbit di tahun 1965, menjadikan film ini adaptasi kedua setelah film Dune (1984) karya David Lynch yang gagal secara kualitas dan penghasilan.

Novel ini juga sempat diadaptasi menjadi miniseri tiga episode di tahun 2000. Menampilkan kisah peperangan antar bangsa dan konspirasi kekuasaan dibaliknya, film ini juga mengemukakan cerita penggenapan ramalan tentang sosok manusia pilihan yang akan menjadi penyelamat alam semesta.

Untuk kamu yang ingin menonton film Dune, yuk simak review berikut tentang salah satu film terbaik di tahun 2021 berikut ini!

Baca juga: Daftar Film Action Terbaik Sepanjang Masa

Sinopsis

Sinopsis

Di masa depan yang sangat jauh, Duke Leto dari bangsa Atreides, penguasa Planet Caladan, diberikan mandat untuk meneruskan pekerjaan bangsa Harkonnen untuk mendulang spice di Planet Arrakis.

Duke Leto telah mengirimkan pasukan terlebih dahulu yang dipimpin oleh Duncan Idaho, panglima perang bangsa Atreides.

Paul, putra Duke Leto dari selir Lady Jessica, sempat menawarkan diri untuk mengikuti ekspedisi yang dipimpin Duncan. Tapi Duke Leto menolaknya karena dia ingin Paul bersamanya setelah Planet Arrakis dinyatakan aman saat mereka kunjungi.

Selama ini Paul dilatih oleh para ahli kepercayaan Leto dari berbagai bidang, seperti Duncan, Gurney Halleck, Dr. Yueh, dan Thufir Hawat.

Selain itu Paul juga dilatih oleh ibunya ilmu hipnotis khas kelompok Bene Gesserit, tapi dia belum begitu menguasainya. Paul belakangan ini sering bermimpi tentang Planet Arrakis dan wanita dari bangsa Fremen yang belum dia kenal.

Beberapa waktu kemudian, Duke Leto dan pasukan kerajaan mendarat di Planet Arrakis. Duke Leto juga menerima tamu kehormatan pemimpin suku Fremen, Stilgar, yang sudah bersahabat dengan Duncan.

Duke Leto juga menghampiri seorang ahli keplanetan sekaligus seorang hakim, Dr. Liet-Kynes, yang mengantarkan mereka untuk berkeliling di Planet Arrakis.

Mereka langsung melihat-lihat situasi planet dengan mengendarai ornithopter. Mereka sampai di lokasi pendulangan spice yang mendadak terlihat dari jauh kedatangan sandworm berukuran raksasa yang selalu menjadi ancaman di planet yang dipenuhi pasir ini.

Ketika salah satu kait pesawat pengangkut tidak berfungsi, Duke Leto memutuskan untuk mengangkut para pekerja dengan tiga ornithopter yang ada. 

Paul yang turun ke daratan, mendapatkan penglihatan yang membuatnya terpaku di depan kendaraan pendulang spice raksasa. Beruntung dia segera disadarkan oleh Gurney sesaat sebelum sandworm raksasa melahap kendaraan pendulang spice yang besar itu ke dalam mulutnya yang penuh dengan gigi tajam.

Gurney dan Paul berhasil naik ke pesawat sambil menyaksikan pemandangan yang baru pertama kali mereka lihat. Malam saat hendak istirahat, Paul menangkap sebuah alat yang merupakan milik seorang prajurit Harkonnen yang menyelinap di dalam dinding.

Ancaman itu ternyata adalah awal dari rencana penyerangan bangsa Harkonnen ke Planet Arrakis untuk memusnahkan bangsa Atreides atas perintah dari Padishah Emperor.

Tameng terbuka dan tembakan bertubi-tubi dari pesawat bangsa Harkonnen menghancurkan markas bangsa Atreides, termasuk seluruh pesawat mereka. Gurney memimpin pasukan Atreides untuk melawan, meski dengan persenjataan seadanya.

Sementara itu, Duke Leto dibius oleh Dr. Yueh yang berkhianat karena mengharapkan kebebasan istrinya dari Baron Vladimir. Dr. Yueh menempatkan sebuah bom gas beracun di salah satu gigi Duke Leto agar dia bisa membunuh Baron Vladimir dengannya.

Paul dan Lady Jessica ditangkap oleh pasukan Harkonnen dan dibawa ke tengah padang gurun untuk dijadikan makanan bagi sandworm raksasa. Tapi Paul dan Lady Jessica berhasil menghipnotis para tentara dan terdampar di gurun.

Dr. Yueh dibunuh oleh Baron Vladimir. Lalu Duke Leto berhasil meledakkan bom gas beracun yang membuat semua yang ada di ruangan itu tewas, termasuk dirinya sendiri. Hanya Baron Vladimir yang selamat dan masih hidup dalam kondisi kritis setelah ditemukan tersangkut di langit-langit ruangan.

Paul dan Lady Jessica menggunakan peralatan yang diberikan Dr. Yueh dan bersembunyi di bawah pasir dengan menggunakan tenda.

Setelah situasi dirasa aman, mereka keluar dan bertemu dengan Duncan dan Dr. Liet yang membawa mereka ke stasiun penelitian.

Tetapi ternyata tempat itu diserang juga oleh pasukan khusus Sardaukar. Duncan dan Dr. Liet tewas terbunuh. Namun sebelumnya Dr. Liet sudah mengarahkan Paul untuk membawa ornithopter ke wilayah Fremen.

Mereka dikejar oleh pesawat musuh dan mengalami kerusakan. Setelah masuk ke badai, ornithopter terdampar di gurun dan mereka melanjutkan perjalanan dengan mengenakan pakaian Fremen.

Paul dan Lady Jessica bertemu dengan Stilgar dan pasukannya. Salah satu pendekar bernama Jamis tidak senang dengan kehadiran Paul dan menantangnya berduel.

Apakah Paul berhasil mengalahkan Jamis? Bagaimana nasib mereka selanjutnya untuk membalas serangan bangsa Harkonnen ini? Tonton terus film yang penuh filosofi ini sampai habis, ya!

Penuh Visualisasi Mengagumkan

Penuh Visualisasi Mengagumkan

Novel Dune yang terbit di tahun 1965 dianggap adalah salah satu novel yang sulit untuk difilmkan. Bukan karena jalan ceritanya, tapi lebih kepada menerjemahkan imajinasi dunia masa depan ke dalam bentuk gambar.

Umat manusia di masa depan diceritakan menghuni berbagai macam planet, sementara Bumi tidak disebutkan lagi. Kegagalan visualisasi novel di film versi 1984 lebih karena belum canggihnya visual effect pada saat itu.

Maka Denis Villeneuve beserta tim produksinya memaksimalkan kerja mereka di bidang ini yang disajikan oleh mereka secara detail. Meski hanya sekilas, kita diperlihatkan beberapa planet tempat tinggal beberapa bangsa di film ini.

Planet yang dihuni bangsa Atreides lebih banyak berisi lautan dan planet tempat tinggal bangsa Harkonnen terlihat bergaya industrialis.

Sementara Planet Arrakis yang bertopografi gurun pasir adalah lokasi utama cerita dengan bangsa Fremen sebagai penghuninya.

Kita juga diperlihatkan bagaimana cara pendulangan spice dan ancaman yang selalu menghantui para pekerjanya, yaitu sandworm raksasa yang mengerikan.

Kehadiran makhluk ini membuat ketegangan tersendiri. Dengan kecepatan dan bentuk tubuh yang besar, tidak ada seorangpun yang mampu menghadang dan melawannya.

Semua ditampilkan dengan visual effect yang rapih dan detail sehingga terlihat nyata. Editing dan penempatan kamera juga sangat mendukung setiap adegan action yang membuat kita seolah terbawa ke dalam aksi mereka.

Sinematografinya juga sangat baik dengan permainan warna yang apik membuat setiap adegan dalam film berdurasi 2 jam 35 menit ini terkesan puitis.

Alegori Dunia Politik

Alegori Dunia Politik

Melihat jalan ceritanya, kita seolah melihat alegori dari dunia politik era kolonial, bahkan mungkin saat ini. Bangsa Atreides dan bangsa Harkonnen adalah bangsa penjajah dibawah Padishah Emperor.

Tugas mereka ialah mengambil sumber daya alam berupa spice di Planet Arrakis yang dipenuhi gurun pasir. Tidak perlu mengernyitkan dahi, kita akan mudah memahaminya karena sudah terkesan familiar.

Dua bangsa ini mendulang spice untuk keperluan kehidupan mereka yang dianggap sebagai elemen terpenting di galaksi.

Situasi ini seolah menggambarkan kegiatan pengerukan sumber daya alam oleh bangsa kolonial di negeri dunia ketiga untuk kesejahteraan mereka pribadi. Tentunya tanpa mementingkan bangsa setempat yang hidup di bawah tekanan dan kemiskinan.

Sedangkan bangsa Arrakis yang hidup di gurun pasir, membuat pikiran kita langsung tertuju kepada bangsa Arab. Apalagi mereka menggunakan istilah-istilah dalam bahasa Arab, seperti “Lisan al-Ghaib”.

Spice dalam film ini adalah minyak bumi yang dikeruk oleh bangsa kolonial barat. Tapi bedanya, bangsa Arab menjadi kaya raya, berbeda dengan bangsa Fremen di film ini.

Dua bangsa penjajah ini pun sudah bisa kita pastikan adalah Blok Barat dengan paham Liberal dan Blok Timur dengan paham Komunis.

Bangsa Atreides, bentuk pemerintahannya seperti kerajaan, dan pemimpinnya menggunakan gelar Duke, sama seperti gelar para bangsawan Inggris. Sementara pemimpin bangsa Harkonnen bernama Baron Vladimir. Familiar dengan nama dan gelar seperti itu?

Selipan Eskatologi Islam dan Pesan Pelestarian Alam

Selipan Eskatologi Islam dan Pesan Pelestarian Alam

Frank Herbert sangat pintar memasukkan berbagai elemen ke dalam jalan ceritanya dan penggambaran kehidupan umat manusia di masa depan.

Alegori politik dan kekuasaan adalah yang sangat mudah kita pahami. Dilengkapi dengan intrik kekuasaan dan konflik yang menimbulkan pertumpahan darah.

Namun masih ada elemen lain yang diselipkan dan disinggung di dalam novelnya yang diterjemahkan ke dalam film ini dengan sangat baik.

Elemen pertama dan paling menyita perhatian dalam film ialah tentang penggambaran eskatologi Islam yang meramalkan akan hadirnya Al-Mahdi.

Dalam film ini, sosok itu digelari sebagai “Lisan al-Ghaib” yang artinya suara dari Dunia Luar (gaib). Sosok ini dipercaya akan membebaskan bangsa Fremen dari penderitaan penjajahan yang sudah berjalan selama 80 tahun.

Bangsa Indonesia pun memiliki konsep serupa tentang sosok ini yang biasa disebut sebagai Satrio Piningit, Ratu Adil, juga Imam Mahdi jika merujuk kepada konsep dalam Islam secara umum.

Secara cermat, penulis menggambarkan Paul sebagai sosok “Sang Terpilih” yang sesuai dengan kriteria terbaik. Berdarah bangsawan, memiliki ilmu yang tinggi, serta juga keahlian dalam bertarung dan berperang adalah kriteria tersebut.

Semua itu Paul dapatkan dari para gurunya yang merupakan orang kepercayaan Duke Leto untuk membentuknya menjadi seorang pangeran dan pemimpin di masa depan.

Ditambah lagi dengan ilmu yang diturunkan oleh sang ibu yang merupakan anggota kelompok rahasia yang memiliki ilmu kanuragan tinggi. Salah satu ilmu itu ialah the voice yang bisa menghipnotis musuh.

Selain itu, terselip juga pesan tentang eksploitasi sumber daya alam secara radikal yang menyebabkan banyak kerusakan, salah satunya adalah kemunculan sandworm raksasa.

Diceritakan di dalam novel, spice berasal dari larva sandworm yang bertebaran di pasir yang kemudian di dulang sebagai bahan energi. Dune memang hanya menceritakan setengah kisah dari buku pertamanya yang rencananya akan dibuat sebagai dwilogi, dengan kemungkinan menjadi sebuah trilogi.

Akhir film menutup bab dengan sebuah pernyataan bahwa Paul adalah “Sang Terpilih”, atau “Lisan al-Ghaib”. Namun, sebuah misteri masih tersimpan rapat dan membuat penasaran, yaitu sosok Kwisatz Haderach.

Dune menjadi sebuah film komplit yang mampu menampilkan semua elemennya secara proporsional. Visual effect yang memanjakan mata, para pemeran yang berakting dalam performa bagus, dan pengolahan jalan cerita familiar dengan sangat baik adalah elemen tersebut.

Jadi wajar jika film ini menjadi salah satu film terbaik di tahun 2021, bahkan mungkin sepanjang masa. Jangan lupakan juga betapa futuristiknya kostum yang mereka kenakan.

Kostum ini dibuat beragam sesuai dengan bangsa masing-masing berikut tameng imajinasi yang bisa dihidupkan saat hendak bertarung.

Gubahan musik oleh maestro Hans Zimmer semakin melengkapi kesan kolosal sekaligus puitis dalam setiap adegannya. Masuk nominasi Oscar di 10 kategori sudah cukup menahbiskan film ini sebagai kandidat kuat pendulang Oscar, termasuk di kategori Best Picture.

Hal ini sekaligus mengingatkan kita akan kejayaan trilogi The Lord of the Rings di ajang yang sama. Kita harapkan semoga Dune minimal berhasil menyamai pencapaian film karya Peter Jackson itu, akan lebih baik jika melebihinya.

Bagaimana? Apakah sudah siap untuk berpetualang bersama Paul Atreides untuk menjalani takdirnya sebagai “Lisan al-Ghaib”? Majukan satu langkah dengan menontonnya dan bersiaplah untuk tenggelam dalam dunia penuh petualangan panjang ini.

Mengutip ucapan Chani di adegan akhir, “This is only the beginning”, maka mulailah segera dengan menyaksikannya. Selamat menonton!

cross
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram