bacaterus web banner retina

Sinopsis & Review Don’t Worry Darling (2022), Dunia Penuh Tipuan

Ditulis oleh Dhany Wahyudi
Don’t Worry Darling
2.4
/5
PERHATIAN!
Artikel ini mengandung spoiler mengenai jalan cerita dari film/drama ini.

Alice adalah seorang istri dari karyawan sebuah perusahaan baru yang hidup bersama suaminya di sebuah pemukiman yang memiliki segalanya.

Tapi ketika dia mulai menemukan banyak kejanggalan di dalamnya, Alice mulai merasa resah dan mencari jawaban yang sulit untuk ditemukan. Bahaya pun mengancam ketika dia beradu argumen dengan pimpinan perusahaan.

Don’t Worry Darling adalah film thriller psikologis karya Olivia Wilde yang dirilis oleh Warner Bros Pictures pada 23 September 2022. Memiliki premis yang familiar, nyaris mirip dengan film The Stepford Wives (2004), film ini mencoba menyuntikkan lebih banyak unsur psikologis ke dalam jalan ceritanya.

Dibintangi oleh aktris yang aktingnya tidak pernah mengecewakan, Florence Pugh, akankah film ini mampu membuat kita memahami makna di balik kisahnya? Simak review berikut untuk mengetahui ulasan film ini lebih dalam.

Baca juga: 13 Film Thriller Psikologis Terbaik yang Wajib Ditonton

Sinopsis

Sinopsis

Alice dan Jack hidup di sebuah pemukiman yang asri di tengah gurun yang ditempati oleh para karyawan Victory. Hidup para warganya yang bergaya era 1950an sangat teratur. Para suami setiap pagi berangkat kerja dan para istri membereskan pekerjaan rumah tangga hingga suami mereka pulang kerja.

Di akhir pekan, mereka lebih sering berkumpul atau berpesta untuk melepaskan penat. Gambaran kehidupan sempurna ini mulai terganggu ketika salah satu warganya, Margaret, bersikap aneh di sebuah pesta.

Saat Alice mencari Jack, dia justru bertemu dengan Margaret yang sedang diberikan obat oleh suaminya. Dan Alice juga melihat sosok Frank, pemimpin mereka, seperti orang yang aneh dan misterius. Frank mengamati Alice dan Jack bercumbu.

Saat Alice bepergian ke kota, dia melihat pesawat yang jatuh di tengah gurun. Dia pun turun dari bus dan mengejarnya, ternyata dia sampai di kantor pusat Victory. Setelah dia menyentuh kaca di bangunan itu, Alice mengalami halusinasi. Di rumahnya, Alice mulai menemui banyak kejanggalan.

Dia menerima panggilan dari Margaret yang bilang bahwa dia juga mengalami hal serupa. Alice kemudian mendatangi Margaret namun justru melihat Margaret menggorok lehernya sendiri di atap rumahnya. Seketika itu, para penjaga berpakaian merah membawa pergi Alice.

Dr. Collins memeriksa dan hendak memberikan obat untuk menenangkan Alice, tapi ditolak olehnya. Colins juga bilang bahwa Margaret sekarang sudah baik-baik saja setelah terjatuh dari atap rumah saat membersihkan jendela kemarin. Alice dibuat bingung, karena bukan seperti itu kejadiannya.

Tas Collins ketinggalan di sofa dan Alice mencuri berkas dokumen pengobatan Margaret yang ternyata isinya sudah dicoret semua. Saat pesta di sebuah bar, Alice menangis di kamar mandi.

Bunny berusaha menenangkannya, tapi justru mereka bertengkar karena penjelasan Alice yang dianggap bisa membahayakan kehidupan mereka semua. Bunny menuduh Alice bersikap egois.

Beberapa hari kemudian, Alice dan Jack mengundang beberapa teman mereka untuk makan malam di rumah. Frank dan istrinya juga turut hadir.

Frank menyindir Alice di dapur tentang dugaannya kepada Victory. Terbawa emosi, Alice berusaha membongkar kedok Frank di meja makan, namun justru para tamu menganggap Alice sudah gila dan meninggalkan acara.

Alice mengajak Jack untuk pergi dari Victory. Saat mereka sudah di mobil, para penjaga berbaju merah membawa pergi Alice dari mobil dan meninggalkan Jack dalam jeritannya. Alice dibawa ke klinik Dr. Collins dan diberi terapi kejut listrik.

Pada saat disetrum, Alice mendapat penglihatan tentang dirinya di masa yang lebih modern dan berprofesi sebagai dokter bedah. Dia hidup bersama Jack yang seorang pengangguran. Mereka bertengkar karena Alice sudah kelelahan bekerja dan ingin istirahat.

Beberapa hari kemudian, Alice sudah kembali ke rumah dan disambut oleh Bunny. Tapi ingatan-ingatan dan halusinasi dalam benaknya selalu muncul.

Dan seketika itu, Alice mengetahui apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya. Apa yang diketahui Alice? Dan bagaimana cara dia keluar dari situasi tersebut? Teruskan keseruan film ini dengan menontonnya hingga usai.

Misteri Kehidupan yang Sangat Sempurna

Misteri Kehidupan yang Sangat Sempurna

Semua orang pastinya menginginkan sebuah kehidupan yang tertata rapi, semua kebutuhan tercukupi dan penuh cinta. Hidup Alice dan Jack di pemukiman Victory lebih sempurna dari itu.

Semua perabotan di rumah mereka adalah pilihan terbaik dari katalog, kebutuhan mereka tersedia seolah tanpa diminta, dan kehidupan berjalan teratur sesuai waktunya.

Tapi ternyata Alice memiliki pemikiran lain tentang kehidupannya ini. Dia menduga ada sesuatu yang aneh dan misterius di balik semuanya.

Dan kala dia memiliki waktu senggang, Alice mencoba menyelidiki sesuai kemampuannya. Penyelidikannya justru membuatnya tambah bingung dan perasaannya semakin gundah. Dia harus bisa menemukan jawaban atas rasa penasarannya ini.

Secara sekilas, premis Don’t Worry Darling mirip sekali dengan film The Stepford Wives (2004). Kehidupan di pemukiman yang tertata rapi dan dihuni oleh keluarga yang sempurna adalah beberapa kesamaan yang tampak.

Dengan segera kita pun membawa dugaan kita bahwa pasti ada kejanggalan yang terjadi dalam kehidupan ini. Jika di film The Stepford Wives, para istri ditanamkan sebuah chip agar mereka patuh kepada suami mereka masing-masing.

Dan ketika muncul adegan kehidupan lain Alice di dunia modern, dugaan kita langsung dipelintir dan kita harus menyetel ulang pemikiran kita. Bisa jadi Alice terperangkap di sebuah tempat yang terasing dan tidak boleh keluar darinya, seperti konsep perkampungan di film The Village (2004).

Lalu bagaimana dengan halusinasi dan hal-hal janggal yang dialami Alice? Apakah itu efek dari pengobatan yang diterapkan oleh Dr. Collins? Bisa jadi eksperimen seperti ini adalah dugaan terkuat kita sebelum film berakhir.

Katie Silberman sebagai penulis naskah sebenarnya memiliki konsep yang cerdas dalam hal memendam misteri dan melempar-lempar twist yang cukup membuat kita bingung.

Tapi konsep ini terlihat kurang matang. Kita dibuat harus bersabar dengan tempo yang lambat saat kabut misteri masih tebal dan terburu-buru mengakhiri kisah secara tidak jelas.

Pemakaian teknologi mutakhir di masa depan yang bisa memanipulasi pikiran penggunanya adalah jawaban atas pertanyaan kita.

Dan ketika misteri ini sudah diungkap, tempo film bergerak cepat seolah tidak akan berhenti lagi. Jawaban tuntas yang kita nanti sebagai penyelesaian akhir ternyata dibuat menggantung.

Kita tidak tahu apa yang terjadi pada Alice setelah mencapai bangunan kaca di kantor pusat Victory itu. Apakah dia berhasil atau tidak keluar dari permainan pikiran tersebut, dan apa yang terjadi pada tubuh aslinya pun tidak dijawab.

Mungkin Olivia Wilde sebagai sutradara hendak membuat para penontonnya berdiskusi tentang nasib Alice selepas film usai. Konsep seperti ini pernah ditampilkan di film Identity (2003). Jika benar seperti itu, bisa jadi diskusi penonton akan lebih seru dibandingkan cerita filmnya sendiri.

Pengarahan Apik Olivia Wilde

Pengarahan Apik Olivia Wilde

Don’t Worry Darling memang adalah film kedua dari aktris yang baru memulai karirnya sebagai sutradara film, Olivia Wilde. Film debutnya, Booksmart (2019), dikagumi oleh banyak pihak dengan cerita remaja ringan yang berhasil tampil beda.

Dan di film keduanya ini, Olivia Wilde sudah naik kelas lebih jauh dengan kedetailan sisi teknisnya. Didukung oleh orang-orang yang kompeten di bidangnya, film ini dibuatnya menjadi indah untuk dilihat.

Matthew Libatique yang terbiasa menangani film-film karya Darren Aronofsky berhasil menampilkan sinematografi yang gemerlap. Begitupun desain produksi tanpa cela dari Katie Byron dan kostum yang autentik karya Arianne Phillips.

Mungkin kita akan sedikit bosan dengan jalan ceritanya yang sedikit lambat dan diselingi oleh gambar-gambar halusinasi Alice yang mengganggu, tapi kita tetap akan dibuat betah menonton hingga akhir film.

Semua adalah karena pencapaian teknis film ini yang berhasil menampilkan gambar yang indah untuk dilihat. Kehandalan lain Olivia Wilde sebagai sutradara adalah dia mampu mengarahkan akting para pemerannya hingga bisa tampil maksimal.

Harry Styles yang baru kali ini hadir sebagai pemeran utama, mampu mengisi setiap adegan dengan pesonanya. Dan puncak emosinya bisa terlihat di adegan saat dia beradu argumen dengan Florence Pugh menjelang akhir film.

Olivia Wilde juga turut berakting sebagai Bunny, sahabat sekaligus tetangga Alice. Dia tampil mencairkan suasana di setiap adegan. Karakternya seolah terlihat tidak penting, tapi justru menjadi kunci pembuka misteri di balik kehidupan di Victory.

Performa Apik Florence Pugh

Performa Apik Florence Pugh

Dan khusus Florence Pugh, sekali lagi dia sukses menunjukkan kapasitasnya sebagai aktris bertalenta besar. Aktingnya tidak pernah mengecewakan di setiap film yang dibintanginya.

Tidak terkecuali di film ini. Mungkin menjelang akhir film, saat dia mulai berani untuk berlari, kita melihat ada kesamaan karakter antara Alice dengan Dani di film Midsommar (2019) yang juga dibintanginya.

Sepanjang film, kita dibuat hanyut oleh isi pemikiran Alice dalam menanggapi rasa penasarannya terhadap banyak kejanggalan yang dia temui. Kita ikut frustrasi ketika Alice menemui jalan buntu dan turut tersiksa ketika dia diberikan terapi kejut listrik.

Setidaknya ada dua adegan yang merupakan puncak performanya di film ini, yaitu ketika menyudutkan Frank namun justru dia yang tersudut dan perseteruan dengan Jack yang berakhir tragis.

Adu argumen antara Alice dan Frank sungguh menegangkan, bahkan lebih mendebarkan dibandingkan dengan adegan car chase menjelang akhir film.

Lempar-lemparan dugaan dan tepisan antara mereka sangat berisi. Alice yang begitu berapi-api, ditanggapi dengan dingin oleh Frank yang berhasil menikung tuduhan Alice dengan permainan pikirannya. Bisa dibilang inilah adegan terbaik di film ini.

Don’t Worry Darling sebenarnya bisa menjadi sebuah film thriller yang menegangkan. Hanya saja naskah yang cenderung dangkal dengan akhir cerita yang tidak memuaskan mengurangi kualitas teknis yang sudah tersaji dengan apik.

Namun setidaknya, Olivia Wilde bisa menjawab tantangan untuk membuat film dalam skala besar. Performa akting para pemerannya, terutama Florence Pugh, mampu mengisi setiap adegan dengan baik. Karena merekalah, kita dibuat betah untuk menyimak film ini hingga akhir.

Hasil ini harus menjadi pelajaran berharga bagi Katie Silberman untuk lebih cermat dalam menulis naskah dan mengembangkan konsep yang sudah sangat familiar sehingga membuatnya tetap menarik.

Makna yang bisa diambil dari film ini adalah tidak ada kehidupan yang sempurna di dunia, sekalipun itu di alam maya. Meskipun kita sudah berusaha sekuat mungkin, tetap saja ada hal yang tidak kita inginkan tetap terjadi.

Namun, kita tidak boleh putus asa dan mengambil jalan pintas untuk mengatasinya, apalagi dengan menyakiti orang lain, seperti yang dilakukan Jack kepada Alice. Hanya karena ingin istrinya patuh kepadanya, dia tega mencabut Alice dari kehidupan nyata dan memboyongnya ke alam maya.

Bagi kalian penyuka film misteri, maka film ini cocok untuk ditonton. Dan para penggemar Florence Pugh, kalian tidak boleh melewatkan filmnya yang satu ini. Dijamin, kalian akan semakin cinta dengan bakat akting yang dimilikinya. Tonton filmnya sekarang juga, ya!

cross
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram