showpoiler-logo

Sinopsis & Review Don't F**k with Cats Hunting an Internet Killer

Ditulis oleh Suci Maharani R
Don't F**k with Cats: Hunting an Internet Killer
3.5
/5
showpoiler-logo
PERHATIAN!
Artikel ini mengandung spoiler mengenai jalan cerita dari film/drama ini.

Internet tidak hanya tempat untuk menghilangkan stres atau mencari lingkungan sosial baru. Tapi internet bisa juga menciptakan seorang serial killer yang berbahaya.

Fenomena ini bisa kamu temukan saat menonton film dokumenter berjudul Don't F**k with Cats: Hunting an Internet Killer (2019).

Dokumenter yang disutradarai oleh Mark Lewis ini, tidak hanya mengungkapkan bagaimana Luka Magnotta beraksi. Tetapi ada pesan, bahwa sosial media bisa menjadi awal pembentukan seorang serial killer yang sangat berbahaya.

Padahal Deanna Thompson dan John Green hanya ingin menghentikan penyiksaan pada hewan, namun secara tidak sengaja malah menciptakan seorang serial killer.

Sebenarnya apa yang dilakukan oleh Luka Rocco Magnotta sehingga dia bisa disebut seorang serial killer? Untuk mengetahui jawabannya, kamu bisa membaca sinopsis dan review dokumenternya di bawah ini.

Baca juga: Sinopsis & Review Dokumenter Netflix The Raincoat Killer

Sinopsis

Don't F**k with Cats: Hunting an Internet Killer

“if you don’t like the reflection don’t look at the mirror, I don’t care”.

Internet kerap dijadikan pelarian oleh banyak orang untuk mendapatkan kebahagiaan lain dan melepaskan penat.

Salah satunya Deanna Thompson, pemilik akun bernama Baudi Moovan ini bisa menjadi siapa saja dengan karakter sesuai keinginannya.

Dibalik akun palsunya, Deanna Thompson bisa mencari apapun di internet dan mengungkapkan berbagai perasaannya. Hingga suatu hari ia menemukan sebuah postingan aneh di laman Facebook miliknya, saat ia klik sebuah video muncul.

Video berjudul “1 Man 2 Kittens” ini sangat mengganggu pikiran dan hatinya, pasalnya ia tidak tega melihat dua anak kucing meregang nyawa dengan cara yang sadis.

Seorang pria berhoodie ini memasukan dua kucing ke dalam plastik dan menyedot udara di dalamnya dengan vacuum cleaner.

Tidak hanya satu video, pria yang sama juga membuat video lainnya yang menjadikan kucing sebagai makanan ular piton. Deanne Thompson dan John Green benar-benar tidak tahan dengan video penyiksaan kucing itu.

Pengguna internet mereka memang tidak memiliki aturan, namun ada satu yang tidak boleh dilanggar, jangan mengganggu “Kucing”.  

Video penyiksaan tadi membuat banyak orang geram, hingga mereka membuat sebuah grup untuk menyelidiki siapa pelaku penyiksaan itu.

Deanna dan John menjadi pemimpin dalam penyelidikan ini, mereka mencari pelaku dengan mengidentifikasi barang yang ada dalam video. Deanna, John Green dan seluruh grup Facebooknya mencari clue dari barang-barang yang ada di video.

Contohnya lewat bungkus rokok dan vacuum cleaner berwarna kuning, mereka bisa tahu bahwa video tersebut dibuat di Amerika Utara.

Suatu hari beberapa anggota grup mendapatkan pesan aneh dari akun bernama Beverly Kent, “Orang yang kalian cari, namanya adalah Luka Magnotta”. Deanna dan John langsung mencari tahu siapa pria ini, ternyata Luka Magnotta bukanlah pria sembarangan.

Ia seorang selebriti yang pernah digosipkan berpacaran dengan Madonna, ia hidup mewah dan sering bepergian ke berbagai negara. Namun semakin mereka mencari tahu soal Luka Magnotta, semakin banyak keanehan mengenai sosok ini. 

Ternyata semua foto dan fan club pria itu diketahui palsu, tapi ada satu berita aneh yang dibuat oleh Toronto Sun. Luka Magnotta dikatakan pernah memiliki hubungan dengan Karla Homolka, perempuan paling dibenci di Kanada yang dikenal sebagai “Ken & Barbie Killer”. 

Tapi dari salah satu video interview Luka Magnotta, mereka akhirnya yakin bahwa pria ini memang pelaku penyiksaan yang ada di video.

Suatu hari reporter dari Toronto Sun mendapatkan email dari John Kilbride, email itu bertuliskan bahwa korban selanjutnya bukan lagi kucing melainkan manusia.

Benar saja, setelah beberapa minggu Magnotta mengupload sebuah video berjudul “one lunatic and the ice patch”. Video pembunuhan sadis yang terjadi pada Jun Lin, seorang mahasiswa keturunan Tionghoa di Toronto.

Tak sampai disitu saja, Magnotta memutilasi pria itu dan mengirimkan beberapa anggota tubuhnya ke beberapa partai politik di Toronto.

Berita mengenai kasus pembunuhan ini langsung menghebohkan dunia, yang ternyata membuat Magnotta semakin bahagia.

Pria ini begitu percaya diri menunjukkan bahwa ia adalah seorang pembunuh pada kepolisian dan dunia. Bahkan polisi, Deanna dan John akhirnya menemukan fakta mengenai sosok Luka Rocco Magnotta.

Mereka yakin bahwa pria ini seorang psikopat yang menikmati atensi yang didapatkannya dari orang-orang. Magnotta menikmati namanya dielu-elukan di berbagai media, bahkan ia menuliskan “I don’t care”, yang artinya akan ada korban baru.

Pria ini mengolok-olok Deanna dan John dengan mengganti kucing dengan anak anjing, karena keduanya gagal menangkap Magnotta.

Selain itu fakta bahwa Magnotta sangat terinspirasi dengan beberapa serial killer dan berbagai film sadis membuat mereka ngeri dengan Magnotta.

Internet Bisa Menciptakan Seorang Serial Killer?

Internet Bisa menciptakan seorang Serial Killer?

Internet sepertinya sudah menjadi hal yang sulit untuk dijauhkan dari kehidupan masyarakat. Seperti yang dikatakan Deanna Thompson, di dunia maya setiap orang bebas berekspresi.

Tidak ada batasan atau aturan yang mengikat, semua orang bisa berpendapat dan berperilaku sesuai keinginan mereka.

Lewat internet, masyarakat bisa mendapatkan berbagai macam berita dan menyebarkannya kepada yang lain lewat media sosial.

Tidak sampai satu jam, sebuah berita bisa mendapatkan tanggapan lebih dari ribuan orang dan setiap detiknya terus bertambah.

Lewat Don't F**k with Cats: Hunting an Internet Killer (2019), kita diberitahukan mengenai kekuatan internet dan media sosial pada seseorang.

Contohnya kasus Luka Magnotta, sebenarnya pria ini tidak akan menjadi seorang serial killer jika tidak mendapatkan perhatian. Jika video penyiksaan hewan buatannya tidak tersebar luas, mungkin pembunuhan pada Jun Lin tidak akan terjadi.

Tapi karena atensi dari banyak orang, hal ini membuat Magnotta semakin tertantang dan ingin mendapatkan atensi yang lebih dari sebelumnya.

Saya sendiri tidak pernah menyangka, ternyata berita yang menjadi viral bisa membuat seseorang semakin gila. Jadi dokumenter ini tidak hanya ingin memperlihatkan kegilaan Luka Magnotta sebagai seorang psikopat yang sangat narsis.

Tapi ada pesan penting, bahwa tidak semua hal viral akan membuat pelaku jera, karena di beberapa kasus orang semakin viral akan semakin menggila.

Apakah Perbuatan Deanna Thompson dan John Green Benar?

Apakah Perbuatan Deanna Thompson dan John Green Benar?

Setelah menonton Don't F**k with Cats: Hunting an Internet Killer (2019), ada sebuah pertanyaan dalam pikiran saya. Hal ini mengenai aksi Deanna Thompson dan John Green beserta grup penyelidikan mereka, “apakah yang mereka lakukan sudah benar”?

Tidak bisa dipungkiri dalam kasus Luka Magnotta, aksi Deanna Thompson dan John Green tidak bisa dikatakan benar atau salah. Saya memahami betul bahwa Deanna dan John hanya ingin mencari pelaku penyiksaan pada hewan.

Kita sadar betul bahwa manusia harus hidup berdampingan dengan hewan, karena kita tidak memiliki hak untuk merenggut kehidupan mereka. Perbuatan keji Magnotta terhadap anak-anak kucing ini bukanlah hal yang patut untuk dimaklumi.

Pria ini jelas telah memperlakukan hewan yang tidak berdaya sesuka hatinya, dengan cara menyiksa mereka. Perbuatannya sangat tidak manusiawi, sehingga saya paham kenapa Deanna dan John geram.

Saya pun merasa greget dengan perbuatan Magnotta, rasanya ingin membalas perbuatan pria itu. Namun atensi yang diberikan oleh banyak orang terhadap perbuatan Magnotta malah membuat pria itu semakin nekat.

Sebagai dua orang yang menjadi leader dari grup pencarian, peran Deanna dan John memang sangat penting. Secara tidak langsung, mereka telah memberikan kepopuler yang selama ini diinginkan oleh Luka Magnotta.

Itulah kenapa perbuatan Deanna dan John dalam mengungkap kasus ini terasa agak kontroversial. Di satu sisi ada niat baik untuk menyelamatkan hewan dari penyiksaan yang dilakukan manusia.

Di sisi lain, secara tidak langsung mereka telah membuat seorang serial killer yang nekat dan tidak kenal ampun. Kalau menurutmu bagaimana?

Magnotta dan Obsesinya dengan Film Basic Instinct

Magnotta dan Obsesinya dengan Film Basic Instinct

Basic Instinct (1992) disebut-sebut sebagai salah satu film yang sangat disukai oleh Luka Magnotta. Makanya kepolisian yakin, bahwa Magnotta sedang membuat penghormatan untuk film favoritnya itu.

Pertama ia sengaja mereka ulang scene pembunuhan yang dilakukan oleh karakter Catherine Tramell yang diperankan oleh Sharon Stone.

Tak hanya itu, karakter Manny Lopez yang dikatakan sebagai master yang mengendalikan Luka juga sebenarnya terinspirasi dari film ini.

Manny Lopez merepresentasikan mantan kekasih Tramell yang juga abusive, pria itu bernama Manuel Vásquez. Hal ini memang sangat gila, apalagi Magnotta terus menerus membuat karakter ini seperti benar-benar nyata.

Ia membuat ibu dan pengacaranya percaya, bahwa Manny Lopez adalah orang yang sudah menyiksanya selama beberapa tahun terakhir.

Manny Lopez kerap memaksa Luka Magnotta untuk melakukan berbagai kegiatan aneh, salah satunya video penyiksaan dan pembunuhan Jun Lin. Saya sendiri cukup merinding dengan fakta ini, pasalnya ada rasa percaya dan tidak percaya dengan teori ini.

Bagaimana bisa seseorang membuat plot mengenai karakter khayalan secara konsisten selama bertahun-tahun? Agaknya mustahil untuk memberikan konsistensi seperti yang dilakukan oleh Magnotta.

Namun dari bukti yang polisi dapatkan, mereka yakin tidak ada Manny Lopez. Semua ini hanya khayalan Magnotta, yang menempatkan dirinya sebagai Catherine Tramell dalam kehidupan nyata.

Kasus Luka Magnotta memang agak membingungkan sekaligus membuat banyak orang bingung. Pria ini dengan mudah menipu banyak orang termasuk polisi, dengan obsesinya pada sebuah film. Selain itu, dokumenter ini juga berhasil memberikan keterangan dan fakta berimbang dari pihak-pihak yang terkait.

cross linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram