bacaterus web banner retina

Sinopsis & Review Detective Conan: The Phantom of Baker Street

Ditulis oleh Gerryaldo
Detective Conan: The Phantom of Baker Street
3.8
/5
PERHATIAN!
Artikel ini mengandung spoiler mengenai jalan cerita dari film/drama ini.

Film Animasi Detective Conan: The Phantom of Baker Street ini menjadi film ke enam dari seri film animasi ini. Tayang di tahun 2002, film Detektif Conan ini berhasil meraup keuntungan sebesar $ 34,4 juta dari seluruh penayangannya di dunia.

Film ini juga menjadi film terakhir dari detektif Conan yang menggunakan metode ink-and-paint (cara kerja animasi tradisional).

Baca Juga: Sinopsis & Review Film Detective Conan: Countdown to Heaven

The Phantom of Baker Street ini sendiri menceritakan tentang kasus pembunuhan seorang IT terkenal yang bertanggung jawab atas sebuah program game-futuristik.

Sebelum ia tewas, ia menuliskan sebuah pesan kematian yang ada sangkut pautnya dengan game yang ia ciptakan; ini membuat Conan dan lainnya harus ikut main game tersebut supaya bisa memecahkan kasusnya.

Sinopsis

The Phantom of The Baker Street_Poster (Copy)

Film dibuka dengan pemberitaan tentang seorang anak lelaki super jenius bernama Hiroki Sawada (Ai Orikasa) yang masih berusia sepuluh tahun namun sudah menyelesaikan sekolah pascasarjana di MIT.

Hiroki mengembangkan perangkat lunak pelacak DNA dan sedang menyelesaikan proyek besar keduanya yakni artificial intelligence yang diberi nama Noah’s Ark.

Sejak ibu Hiroki meninggal, dia dirawat oleh Thomas Schindler (Masane Tsukayama), CEO Schindler Inc., sebuah perusahaan perangkat lunak yang super berpengaruh. Schindler mengenali bakat besar Hiroki; ini membuat Schindler mengeksploitasi Hiroki dalam pengembangan projek-projek besar perangkat lunak untuk keuntungan perusahaan.

Hal itu membuat Hiroki merasa tertekan dengan program studi yang super ketat dengan sedikit waktu luang untuk bisa merasakan menjadi seorang anak pada umumnya. Satu malam, setelah Hiroki berhasil menyelesaikan program Noah’s Ark, ia mengaktifkan a.i. tersebut, lantas mengakhiri hidupnya dengan terjun dari balkon apartemennya. 

Dua tahun kemudian, di Balai Kota Beika, perusahaan Schindler Inc., mengadakan demonstrasi game virtual imersif yang disebut Cocoon. Conan (Minami Takayama), Kogoro (Akira Kamiya), Ran (Wakana Yamazaki) dan Detektif Cilik; Ayumi (Yukiko Iwai), Mitsuhiko (Ikue Otani), Genta (Wataru Takagi) dan Ai menghadiri demonstrasi permainan tersebut.

Namun sayangnya mereka tidak terpilih sebagai salah satu kandidat yang bisa ikut dalam permainan Cocoon. Ini karena pihak pengembang hanya memilih 200 orang anak terpilih dari kalangan kelas atas seperti anak pejabat, anak menteri, anak pemilik perusahaan besar, cucu dari bank terbesar di Jepang dan anak-anak dari keluarga terpandang lainnya.

Ini jelas membuat Detektif Cilik jadi sedih. Sementara itu, Conan malah mendapatkan lencana karena Ayahnya, Yusaku Kudo (Hideyuki Tanaka), merupakan salah satu pengembang setting untuk permainan itu.

Tidak mau kalah, para detektif cilik berhasil negosiasi pada anak lainnya untuk menukarkan permit bermain mereka dengan kartu emas langka Kapten Yaiba.

Saat semua mendapatkan badge, terjadi kasus pembunuhan terhadap salah satu programmer games Cocoon yakni Tadaaki Kashimura oleh Thomas Schindler.

Sebelum ia tewas, Tadaaki sempat menuliskan pesan kematian di keyboard pada huruf  "J", "T" dan "R". Yusaku yang melihat hal itu langsung tahu kalau pelaku bisa diketahui lewat petunjuk yang ada di dalam games.

Mendengar hal itu, Conan pun segera ikut masuk ke dalam games diikuti oleh para detektif cilik dan Ai, juga Ran yang mendapatkan badge itu dari Sonoko, putri dari keluarga Suzuki, selaku investor terbesar atas permainan tersebut.

Ran pun akhirnya ikut ke dalam permainan. Permainan Cocoon yang publik tahu merupakan permainan ramah anak, namun ternyata tidak.

Permainan itu disabotase oleh a.i. yang dibuat oleh Hiroki, Noah’s Ark. Permainan yang awalnya merupakan virtual reality dengan menggunakan gelombang otak sebagai penggerak sehingga pemain merasakan diri mereka ada di dalam permainan ini berubah menjadi mesin pembunuh. Ini membuat semua orang tua jadi cemas dan mau mengeluarkan anak mereka.

Namun kendali program sudah diambil alih oleh Hiroki. Siapapun yang mencoba untuk mengganggu jalannya permainan, sistem akan mengalirkan gelombang listrik hingga anak yang ada di dalam permainan bisa tewas.

Ini dilakukan karena Hiroki ingin mereset masa depan Jepang mengingat banyak anak-anak yang ikut permainan berasal dari orang tua yang doyan korupsi, melakukan tindakan kriminal demi melancarkan usaha dan hal buruk lainnya.

Di dalam permainan, 50 anak mulai bermain dengan arena berbeda. Conan, Ran, Ai dan Detektif Cilik bersama 3 anak lainnya yakni Hideki Moroboshi (Megumi Ogata), Akira Emori (Rikako Aikawa) dan Shinya Takizawa (Urara Takano). Mereka berjuang bersama dalam arena memecahkan misteri si pembunuh berantai Jack The Ripper.

Satu per satu anak-anak yang ikut main games Cocoon tersebut game over. Apabila semua anak tamat, maka mereka akan benar-benar meninggal. Kecuali ada satu anak tersisa, maka semua anak bisa terselamatkan.

Conan antusias sekali mengikuti games di arena ini; karena detektif kesukaannya, Sherlock Holmes dan seluruh kasus yang ia tangani, sangat Conan sukai.

Satu persatu Detektif Cilik termasuk Ai dan Akira juga Shinya game over karena berbagai hal. Mereka kebanyakan mengorbankan diri supaya Conan bisa menyelesaikan semuanya.

Saat tersisa Hideki, Ran dan Conan, mereka berhasil meringkus Jack The Ripper yang mereka temukan dalam kereta. Disana Jack The Ripper dan Conan bertarung hingga membuat Ran harus mengorbankan diri juga hingga bisa lepas dari jeratan Jack The Ripper

Hingga akhirnya mereka bisa memenangkan permainan sekaligus memecahkan kasus pembunuhan Tadaaki Kashimura yang dilakukan oleh pemilik dari perusahaan games tersebut yakni Thomas Schindler.

Saat permainan akan berakhir, Conan juga berhasil membuka identitas Hideki sebenarnya, dalam games, Hideki ternyata adalah Hiroki dan Conan berterima kasih padanya karena Hiroki sudah membantunya menyelesaikan games itu.

Plot Seru dan Menarik

The Phantom of The Baker Street_Plot (Copy)

Film ke 6 dari seri Detektif Conan versi movie ini lumayan bikin para penontonnya terkejut. Selain karena ini merupakan akhir dari pembuatan film Detektif Conan secara tradisional, yaitu menggunakan gambar dan tinta, film ini memiliki plot yang cukup bagus; mulai dari kasus pembunuhannya hingga cara memecahkannya.

Bagian paling menarik ya sudah pasti disaat Conan mulai mencari bukti dan petunjuk atas pembunuhan yang terjadi; dan serunya, petunjuk itu ada di dalam games futuristik yang cara mainnya keren sekali.

Oh iya, tambahan bumbu-bumbu dari para detektif cilik, ai, dua orang anak lainnya dan juga Ran ketika mereka mengorbankan diri demi Conan juga bikin semua makin seru!

Ditulis oleh Novelis Misteri Terkenal

The Phantom of The Baker Street_Novelist (Copy)

Skenario dari film Detektif Conan pertama sampai yang ke 5 ditulis oleh Kazunari Kochi, namun untuk film Detective Conan: The Phantom of Baker Street ini ditulis langsung oleh seorang novelis terkenal asal Jepang yakni, Hisashi Ozawa. Tidak heran ya kalau ceritanya jadi makin bagus dan asyik untuk diikuti dari awal sampai akhir film?

Hisashi Ozawa ini lahir pada tahun 1960 dan wafat di tahun 2004, namun karya-karyanya masih terus diingat sampai sekarang oleh penggemar cerita misteri. Ia telah memenangkan banyak penghargaan; salah satunya adalah Edogawa Ranpo Prize di tahun 1997.

Bahkan di tahun 2006, Stasiun TV Korea Selatan yakni SBS, menyiarkan 16 Episode Drama berjudul Alone in Love yang diadaptasi dari salah satu novelnya.

Terinspirasi Marvel?

The Phantom of The Baker Street_Cocoons (Copy)

Permainan Cocoon dalam film ini merupakan games virtual realistis yang dimasukan ke dalam device yang berbentuk kepompong.

Setiap anak yang masuk ke dalam device tersebut akan dipakaikan helm yang mengandung elektromagnetik yang akan merangsang gelombang otak sehingga anak-anak benar-benar bisa merasakan apa yang dialami selama dalam permainan.

Usut punya usut, teknologi canggih tersebut ternyata terinspirasi dari komik Marvel. Dalam komik Marvel diceritakan terciptanya a.i. Bernama Ultron hasil pengembangan yang dilakukan oleh Tony Stark dan Bruce Banner dalam pengoptimalan Iron Legion yang bekerja secara independen. Wuih, keren ya?

Nah berarti setelah film ini, film animasi Detektif Conan selanjutnya benar-benar menggunakan animasi CGI seluruhnya. Ini membuat film-film Detektif Conan setelah The Phantom of Baker Street bakal punya gambar super jernih. Wah, gambar jernih dan cerita sudah pasti semakin bagus nih, perfect combo! Bacaterus memberi skor 3.8/5 untuk film ini.

cross
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram