showpoiler-logo

Sinopsis & Review Day of the Dead: Bloodline (2018)

Ditulis oleh Desi Puji Lestari
Day of the Dead: Bloodline
1.7
/5
showpoiler-logo
PERHATIAN!
Artikel ini mengandung spoiler mengenai jalan cerita dari film/drama ini.

Seorang mahasiswi kedokteran bernama Zoe ditaksir oleh lelaki yang cukup dewasa bernama Max. Max sendiri punya darah dengan antibody 100 kali lipat lebih banyak dari manusia biasa, sehingga dia kerap bertemu Zoe yang bertugas mengambil darahnya setiap seminggu sekali. Rasa suka Max pada Zoe berubah jadi obsesi dan kejahatan karena dia berusaha memerkosanya.

Namun, serangan zombie tiba-tiba mengubah Max jadi zombie juga. Sementara itu Zoe berhasil melarikan diri dan bergabung bersama para korban selamat lainnya di sebuah tempat di pegunungan. Suatu hari keduanya bertemu kembali. Max yang sudah menjadi zombie selama lima tahun rupanya masih terobsesi pada Zoe.

Lalu apa yang akan terjadi selanjutnya pada mereka? Menonton Day of the Dead: Bloodline akan memberikan Anda jawabannya. Sebelum itu mari simak sinopsis dan ulasannya berikut ini!

Sinopsis

Film dimulai dengan adegan kekacauan yang terjadi di seluruh penjuru kota. Orang-orang terlihat tidak terkendali dan saling serang. Empat jam sebelumnya di Whittendale University Medical Center para mahasiswa kedokteran sedang mempelajari mengenai penyebab kematian seseorang.

Di depan mereka telah terbujur mayat seorang lelaki bertubuh tambun yang meninggal secara misterius. Setelah dicek oleh Zoe Parker (Sophie Skelton) rupanya meninggal karena influenza. Kelas pun bubar dan Zoe harus menjalankan tugas selanjutnya, yaitu mengambil darah milik seorang lelaki bernama Max (Johnathon Schaech).

Kegiatan ini rutin dilakukan Max karena lelaki tersebut punya darah dengan kandungan antibody 100 kali lipat lebih banyak dari manusia pada umumnya, sehingga darahnya dinilai bisa membantu menangani penyakit apa pun. Max yang rutin bertemu Zoe rupanya menaruh hati pada gadis tersebut.

Saat sedang diambil darah, lelaki itu memperlihatkan goresan luka bertuliskan nama Zoe yang dia buat di lengannya. Hal itu sama sekali tidak membuat Zoe terkesan. Mahasiswi kedokteran tersebut justru merasa tidak nyaman, apalagi Max mulai berlaku kurang ajar karena sudah berani meraba tubuh Zoe.  

Zoe lalu menghindar dan  mengakibatkan sedikit keributan di sana. Hal itu mengundang salah satu teman Zoe, Abby, untuk datang dan mengusir Max. Cerita berlanjut saat Zoe dan Abby menghadiri pesta yang digelar oleh para dokter di sana. Walau tidak suka kumpul-kumpul, Zoe tetap datang. Keduanya lalu dikejutkan oleh kehadiran Peter yang tiba-tiba merangkul mereka dari tengah.

Peter lantas meminta Zoe untuk membantunya membawa minuman yang ternyata disimpan di kamar mayat. Pasalnya di sana terdapat ruang pendingin yang bisa dipakai untuk mendinginkan minuman. Peter lebih dulu keluar ruangan tersebut sementara Zoe masih ada di dalam. Tanpa diduga, Max rupanya belum pulang. Dia yang mengetahui Zoe ada di ruangan itu segera masuk ke sana.

Max terlihat terobsesi dengan Zoe dan berusaha memerkosanya. Namun, kejutan datang saat mayat yang diautopsi oleh Zoe tadi tiba-tiba bangun dan melihat ke arah mereka berdua. Dalam hitungan detik, mayat tersebut langsung mengigit Max yang berada tidak jauh darinya. Zoe yang panik bukan main langsung bergegas pergi dan segera meminta teman-temannya yang ada di pesta untuk segera pergi.

Sayang, peringatan Zoe tidak dipedulikan oleh mereka. Tak perlu menunggu lama, para dokter dan orang-orang yang ada di pesta tersebut diserang oleh para zombie yang datang dari ruangan lain. Tidak ada yang sempat melarikan diri kecuali Zoe yang keluar melalui jendela. Saat hendak menolong Abby, semua sudah terlambat. Abby tergigit dan terinfeksi.

Lima tahun berlalu, Zoe yang selamat dari serangan zombie tadi kini tinggal di sebuah bunker di pegunungan bersama para survival lainnya. Bunker tersebut dijaga oleh para anggota militer. Zoe sendiri dikirim ke High Rock Emergency Bunker yang dikepalai oleh Letnan Miguel Salazar (Jeff Gum).  Sebagai mahasiswi kedokteran, di sana Zoe menghabiskan waktunya untuk menciptakan vaksin.

Saat sedang melakukan aktivitasnya, seorang ibu mengabarkan bahwa anaknya yang bernama Lily (Lillian Blankenship) mengalami demam tinggi. Zoe mulai khawatir karena antibiotik yang diberikan pada gadis itu tidak menunjukkan reaksi apa-apa. Keadaan Lily yang memprihatinkan mendapat perhatian dari Zoe. Dokter itu pun segera melaporkan hal ini kepada Letnan Miguel.

Sumber: nytimes.com

Zoe mengatakan bahwa Lily menderita radang paru-paru yang menular. Jika tidak segera diobati dia bisa menularkan penyakit tersebut pada penghuni yang lain dan membiarkan semua mati perlahan. Zoe lalu meminta Miguel dan pasukannya untuk pergi ke Whittendale University Medical Center guna mencari antibiotik yang tepat dan bisa digunakan menyembuhkan Liliy. Antibiotik tersebut tersimpan di sebuah brankas besi.

Setelah berdebat, Miguel menyetujui permintaan Zoe dan berencana untuk pergi esok hari. Misi ini dipimpin oleh pasukannya bernama Baka Salazar (Marcus Vanco). Baka sendiri adalah kekasih Zoe dan adik kandung Miguel. Saat dalam perjalanan kendaraan yang mereka tumpangi mengalami masalah dan berhenti. Sial mereka menghabiskan satu harian untuk memperbaiki mobil tersebut.

Ketika hari mulai menjelang malam, mereka melihat situasi di sekelilingnya yang terdiri atas pepohonan mulai mencekam. Malam pun tiba dan benar saja, rombongan tersebut mendengar suara segerombolan zombie yang semakin lama semakin mendekat. Berbekal senjata mereka pun bersiaga. Beruntung di saat yang tepat Lucy (Ulyana Chan) berhasil menghidupkan mobil kembali.

Baka dan kawan-kawan akhirnya sampai di tempat yang dituju. Tanpa buang waktu mereka semua segera masuk ke ruangan farmasi untuk mengambil antibiotik yang dibutuhkan. Setelahnya mereka semua bergegas kembali ke mobil agar bisa kembali. Namun, Zoe teralihkan oleh kenangan. Gadis ini masuk ke sebuah ruangan, tempat dulu dia menghabiskan masa kuliahnya.

Tanpa disadari, ada sesosok zombie yang mengintai dari balik pintu. Zoe berhasil melarikan diri tapi ikat rambutnya terlepas dan berhasil diambil oleh zombie yang ternyata adalah Max. Berbekal ikat rambut tersebut kini Max bisa tahu dan mengikuti kemana pun Zoe pergi. Lalu apakah kelompok itu berhasil kembali ke bunker? Bagaimana dengan nasib Zoe yang kembali terhubung dengan Max?

Remake Kedua dari Day of The Dead (1985) dan Perbedaannya

Sumber: horrorfuel.com

Day of the Dead: Bloodline merupakan remake kedua dari film zombie tahun 1985 Day of The Dead yang ceritanya ditulis oleh ‘legenda’ film zombie dunia, George A. Romero. Sosok ini menjadi otak di balik beberapa film zombie legendaris sekaligus pencetus fictional zombie of modern culture.

Remake pertama film zombie lawas ini tayang pada 2008 lalu dengan judul yang sama. Sepuluh tahun kemudian, Day of the Dead: Bloodline sebagai remake keduanya, rilis di pasaran. Nama besar Romero dan kesuksesan Day of The Dead adalah magnet terbesar dalam film ini. Sayangnya yang mayoritas didapat justru ulasan-ulasan negatif.

Ada perkembangan karakter atau tepatnya perubahan karakter pada remake kedua ini. Karakter yang paling menarik perhatian adalah Max. Pada film Day of The Dead (1985) terdapat satu karakter zombie bernama Bub yang diceritakan ramah dan pintar. Bub dan Max sama-sama punya kecerdasan dan ada di bawah penelitian.

Bub bisa dijinakkan dan dikendalikan karena dia menggunakan naluri yang dalam dan gelap. Dia juga menerima pelajaran dari seseorang dokter bernama Logan untuk mencontoh perilaku atau kebiasaan manusia. Berbeda jauh dengan Max yang sama sekali tidak ramah melainkan terobsesi kepada seorang mahasiswi muda. Sosok zombienya saja sudah menjijikkan, apalagi zombie yang horny. Double kill!

Baca juga: Film Zombie Terseram yang Bakal Membuat Kamu Ngeri

Awal Film Cukup Meyakinkan

Sumber: mildlypleased.com

Bagian awal Day of the Dead: Bloodline cukup meyakinkan bahwa film bisa berjalan dengan menarik sampai akhir. Anda akan menyaksikan seorang mahasiswi kedokteran sedang melakukan penelitian terhadap mayat tak dikenal. Dia lalu terpaksa berurusan dengan lelaki berdarah istimewa yang terobsesi padanya.

Semua berjalan lancar hingga si mayat berubah jadi zombie dan menginfeksi lelaki berdarah istimewa tersebut saat dia mencoba memerkosa sang mahasiswi. Lalu semua orang langsung terinfeksi wabah sementara mahasiswi itu melarikan diri dan cerita pun loncat ke lima tahun kemudian.

Sampai sana Anda bisa membayangkan betapa berantakannya seluruh kota karena semua orang yang masuk ke scene sudah berubah jadi zombie. Sayangnya, alur cerita mulai terasa sangat dipaksakan ketika orang-orang yang selamat, dalam hal ini para tentara, harus terjebak di tengah jalan karena mobil yang mereka kendarai mengalami masalah yang sulit dibetulkan.

Akibatnya mereka membutuhkan waktu dari pagi hingga malam untuk melakukan perbaikan. Baru setelah zombie mulai bermunculan, mobil bisa dihidupkan kembali. Scene ini mungkin dibuat dengan niat ingin membuat penonton tegang, tapi yang terjadi justru tidak antusias karena formula yang digunakan sangat out of date.

Penyelamatan Lima Tahun yang Sia-Sia

Sumber: scmp.com

Scene mobil mogok di tengah jalan sebenarnya bagian kecil dari hal besar yang terlihat dipaksakan dalam film ini. Hal besar yang dimaksud adalah dalam waktu lima tahun terlihat tidak ada perubahan signifikan yang terjadi di bunker kecuali di luar semakin banyak zombie.

Saat alur dipersingkat ke lima tahun kemudian, sebagai penonton rasanya wajar jika Anda berharap di bunker sana sudah terjadi atau sudah ditemukan sebuah penemuan yang spektakuler untuk mengatasi wabah zombie ini. Nyatanya tidak ada apa pun.

Zoe malah disibuk dengan penyakit seorang anak kecil yang obatnya hanya bisa didapat di universitasnya dulu. Pada akhirnya alasan kenapa Zoe belum bisa menemukan vaksin untuk zombie bahkan setelah lima tahun, bisa dipahami.

Obat untuk anak kecil yang sakit saja, Zoe tidak bisa membuatnya apalagi vaksin zombie. Padahal obat yang ada di universitas dulu bisa saja dia duplikasi atau semacamnya. Toh dia tahu khasiatnya yang berarti dia tahu formula-formulanya.

Belum lagi perkara ikat rambut Zoe yang jatuh yang diceritakan dapat menuntun Max untuk menemukan Zoe kemana pun gadis itu pergi. Sebenarnya tanpa ikat rambut pun, Max sudah berhasil mengikuti Zoe karena secara diam-diam zombie aneh itu berhasil menggantung di bawah mobil dan terbawa ke markas. Scene ikat rambut ini mungkin dimaksudkan untuk membuat penonton tambah terganggu bukan tegang. Jika maksudnya memang seperti itu, sutradara berhasil melakukannya!

Day of the Dead: Bloodline punya plot bolong di sana-sini. Beberapa konflik tidak berkembang dengan baik dan malah berakhir buruk. Film ini jadi semakin mengganggu karena karakter zombie Max yang bernafsu pada seorang gadis. Namun, jika Anda masih penasaran dengannya, boleh langsung nonton saja. Selamat menyaksikan!

cross linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram