bacaterus web banner retina

Sinopsis & Review Corporate Animals, Outing Berujung Bencana

Ditulis oleh Aditya Putra
Corporate Animals
2
/5
PERHATIAN!
Artikel ini mengandung spoiler mengenai jalan cerita dari film/drama ini.

Setiap kantor memiliki karyawan yang bekerja di berbagai bidang sesuai kemampuannya. Perbedaan kemampuan dan karakteristik karyawan perlu diselaraskan agar kinerja mereka bisa optimal.

Dengan kinerja karyawan yang optimal, kantor bisa beroperasi dengan baik dan bukan nggak mungkin akan semakin maju dengan membuka lapangan kerja yang lebih luas.

Setiap kantor pasti memerlukan karyawannya untuk mencapai target. Ketika target itu nggak terpenuhi, maka diperlukan berbagai langkah untuk mendorong semangat karyawan.

Di film Corporate Animals, para karyawan diharuskan mengikuti outing ke sebuah tempat untuk membuat mereka bisa bekerja sama. Ada cerita apa di acara itu? Yuk, kita bahas di sinopsis dan review film berikut!

Baca juga: Sinopsis & Review Film Horror Komedi Little Monsters

Sinopsis

Sinopsis

Incredible Edibles adalah sebuah perusahaan Amerika yang memasarkan alat-alat makanan yang dapat dimakan. Lucy Vanderton, CEO Incredible Edibles merasa bahwa penjualan produk di akhir tahun harus segera ditingkatkan.

Apabila hal itu nggak terjadi, maka perusahaannya akan dinyatakan mengalami kebangkrutan. Demi memacu para karyawannya supaya menjual produk lebih banyak, Lucy mengadakan outing ke New Mexico. Lokasi yang dipilihnya adalah sebuah gurun pasir yang gersang.

Dia berniat menyatukan para karyawannya untuk bisa bekerja sama lebih baik. Mereka akan diberi pengalaman yang diharapkan bisa mempererat hubungan satu sama lain.

Jess, Freddie, Derek, Aidan, Billy, Gloria dan Suzy adalah karyawan Incredible Edibles yang turut serta ke New Meksiko. Lucy langsung memerintahkan mereka untuk memindahkan batu besar tapi upaya pertama mereka gagal.

Cara kedua yang ditempuh adalah dengan menggulingkan batu itu. Sayangnya, batu itu mengenai pohon yang batangnya patah dan melukai kaki Aidan.

 Brandon, tour guide acara, mengajak Lucy dan para karyawannya untuk mendaki gunung. Brandon menyarankan agar menggunakan jalur pendakian untuk pemula.

Lucy bersikeras bahwa karyawannya bisa menggunakan jalur yang lebih rumit. Jalur yang rumit itu ternyata harus melewati sebuah gua yang terbentuk secara natural dengan bebatuan besar di atasnya.

Brandon memimpin Lucy dan para karyawannya masuk ke dalam gua. Mereka hanya berbekal sebuah generator berukuran kecil untuk menyinari jalan.

Di tengah perjalanan, sebuah gempa mengguncang. Brandon yang panik, mencoba melarikan diri ke jalan masuk gua tapi harus tewas karena tertimpa bebatuan yang jatuh akibat gempa.

Lucy dan para karyawannya harus terjebak di dalam gua. Situasi mulai nggak kondusif antar para karyawan. Aidan mulai mengalami halusinasi serta Freddie diketahui rekan-rekannya punya hubungan spesial dengan Lucy.

Freddie akhirnya mengaku bahwa hubungannya dengan Lucy bukanlah sesuatu yang organik melainkan terpaksa, terlebih bosnya itu sering melecehkannya.

Rahasia Lucy mengenai kondisi finansial perusahaan pun dibuka oleh para karyawannya. Semakin banyak rahasia yang terbuka, para karyawan semakin membenci Lucy.

Lucy bersikeras untuk membela dirinya sendiri dan mengelak dari tuduhan-tuduhan yang ada. Bahkan dia melakukannya tanpa merasa bersalah sama sekali.

Hubungan yang memburuk antar karyawan serta Lucy diperparah dengan sulitnya mendapatkan bantuan. Nggak ada sinyal yang dapat digunakan untuk menghubungi pihak dari luar.

Lucy dan para karyawannya mulai merasakan lapar karena satu-satunya orang yang membawa makanan hanya Adrian. Begitu makanan itu habis, mereka nggak punya stok lain.

Para karyawan memutuskan untuk memakan tubuh Brandon yang sudah meninggal. Ketika mencoba untuk membagi-bagi bagian tubuh Brandon, ada sesuatu yang janggal yaitu salah satu lengan Brandon ada yang hilang.

Setelah dicari, lengan Brandon ternyata disembunyikan oleh Lucy, yang berniat memakannya seorang diri. Kedapatan melakukan berbagai kecurangan, Lucy marah besar. Di saat yang bersamaan, generator mulai mati. Alhasil, Lucy dan para karyawannya berada di gua tanpa cahaya sama sekali.

Siapakah yang akan selamat dari gua itu? Apakah Lucy yang nggak henti-hentinya memanfaatkan karyawannya? Ataukah ada yang hendak melakukan balas dendam?

Satir Perusahaan Startup

Satir Perusahaan Startup

Corporate Animals hadir dengan mengangkat tema yang sangat relevan dengan perkembangan zaman yaitu mengenai perusahaan startup.

Sebagaimana yang sering diceritakan, cara bekerja karyawan perusahaan startup termasuk ke dalam kategori yang brutal. Jam kerja yang melebihi batas wajar, target yang tinggi, serta persaingan yang ketat dibahas di dalam film ini.

Pengangkatan tema startup di film garapan sutradara Patrick Brice ini dilakukan menggunakan pendekatan satir. Lucy digambarkan sebagai seorang bos startup yang semena-mena bahkan abusif.

Begitu pun hubungan para karyawan yang ternyata bersaing satu sama lain. Oleh karena itu, ada dialog dalam film yang menyatakan, “There is no I in team.”

Kekurangan film ini dengan pendekatan satir adalah penggunaan humornya yang nggak tepat sasaran. Dialog maupun kalimat yang dilempar nggak cukup untuk memancing reaksi yang diharapkan.

Alhasil, kita hanya disajikan dialog serta kata yang terasa hambar. Bahkan walau kita memahami intensinya adalah untuk komedi.

Di third act, intensitas coba dinaikkan dengan adanya unsur kanibalisme. Sebagaimana mengusung genre horror dan komedi, penuturannya pun dibuat seringan mungkin.

Tapi hal itu nggak cukup membantu cerita menjadi lebih menarik walau konfliknya diruncingkan secara maksimal. Solusi di akhir pun terasa asal-asalan.

Jajaran Cast yang Potensial

Jajaran Cast yang Potensial

Melihat jajaran cast Corporate Animals, kita mungkin akan mendapat ekspektasi yang cukup tinggi. Ada Ed Helms yang berperan sebagai Brandon, sebelumnya pernah membintangi The Office dan Hangover.

Ada Nasim Pedrad sebagai Suzy, yang pernah menjadi salah satu pengisi Saturday Night Live. Ada juga Dan Bakkedahl yang pernah membintangi Life in Pieces.

Cast yang terbilang senior di dunia komedi, nggak bisa dimanfaatkan dengan baik di film ini. Terlebih Ed Helms yang hanya diberi screentime paling pendek dibandingkan pemeran lain. Untuk film komedi, adegan-adegan lucu pun sangatlah sedikit.

Slapstick cara Ed meninggal serta komentar sosial bahwa Aidan mendapat pelecehan seksual seperti korban Harvey Weinstein menjadi beberapa yang bisa diingat.

Secara sinematografi, film ini nggak banyak melakukan terobosan baru. Hanya saja dalam beberapa adegan, angle yang digunakan cukup menarik dengan memperlihatkan gua yang lebar tanpa memiliki jalan keluar.

Tapi dalam beberapa adegan yang lain, malah melakukan kesalahan sehingga membuat gua seperti studio yang digunakan dalam serial televisi sehingga nggak tampak meyakinkan.

Pendalaman Karakter

Pendalaman Karakter

Corporate Animals tampil dengan cerita yang melibatkan banyak karakter. Celakanya, banyaknya karakter ini nggak dibagi dengan tepat. Banyaknya karakter dengan pembagian yang terlampau proporsional, masalah-masalah yang timbul membuat plot acak-acakan.

Kekurangan itu ditambah dengan pendalaman karakter yang sangat minim sehingga nggak membuat kita bisa mengenali karakter beserta sifatnya.

Satu-satunya pendalaman karakter yang cukup hanya diberikan pada karakter Lucy Vanderton yang diperankan oleh Demi Moore.

Moore yang sudah senior di dunia perfilman, berhasil membuat sosok Lucy sebagai bos yang dibenci karena karakternya yang egois dan abusif, terasa hidup. Tapi itu nggak cukup untuk menyelamatkan film ini dalam segi cerita secara keseluruhan.

Corporate Animals bukanlah film yang menyenangkan ataupun berhasil merangkum nuansa mengerikan dalam jalan ceritanya. Durasi yang cukup pendek selama 86 menit rasanya berlalu tanpa ada yang bisa diingat baik lewat komedi maupun horror.

Judul yang sangar pun terasa nggak berhasil memenuhi ekspektasi. Bagaimana menurutmu? Bagikan opinimu di kolom komentar, yuk!

cross
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram