bacaterus web banner retina

Sinopsis dan Review CODA, Kisah Anak dari Keluarga Tunarungu

Ditulis oleh Dhany Wahyudi
CODA
4
/5
PERHATIAN!
Artikel ini mengandung spoiler mengenai jalan cerita dari film/drama ini.

Ruby yang tumbuh besar di keluarga tunarungu menemukan aspirasinya pada musik yang membuatnya dilema untuk memilih jalan hidupnya ke depan.

Disaat keluarga membutuhkannya sebagai penerjemah, ada peluang untuk menuntut ilmu di sebuah kampus musik ternama di Boston. Manakah yang akan dipilihnya?

CODA adalah film comedy drama karya Sian Heder yang dirilis streaming di Apple TV+ pada 13 Agustus 2021. Merupakan remake dari film Prancis La Famille Belier (2014), film ini menyuguhkan kisah drama keluarga yang menyentuh hati.

Film ini tentang bagaimana mereka berdiri di tengah masyarakat, saling pengertian, berbesar hati dan mewujudkan mimpi untuk masa depan yang lebih baik.

Termasuk satu dari 10 film terbaik versi American Film Institute, film ini juga masuk nominasi Oscar di tiga kategori. Simak review berikut untuk mengetahui ulasan mendalam tentang film yang banyak memecahkan rekor di ajang penghargaan film ini.

Baca juga: Sinopsis dan Review Film Drama Keluarga Yes Day (2021)

Sinopsis

CODA

Di Gloucester, Ruby adalah satu-satunya anggota keluarga yang bisa mendengar di dalam keluarganya, dimana ayahnya Frank, ibunya Jackie, dan kakaknya Leo, semua tuli sejak lahir. Ruby membantu menjalankan usaha nelayan keluarga dan berencana untuk kerja secara penuh setelah lulus dari sekolah.

Karena keluarganya, Ruby sering diejek dan merasa asing di sekolah. Temannya hanya Gertie. Melihat Miles, siswa yang disukainya, mendaftar kelas paduan suara, Ruby juga ikut mendaftar.

Dan saat satu persatu para siswa diminta menyanyi oleh guru mereka, Bernardo Villalobos, Ruby diam terpaku lalu lari keluar dari kelas. Dia kemudian menyanyi sendiri di tepian danau sepi.

Ruby datang ke kelas Mr. V, panggilan Bernardo Villalobos, untuk meminta maaf dan mengajukan alasannya. Ketika mendengar Ruby menyanyi, Mr. V melihat potensi besar pada dirinya.

Mereka mulai berlatih dengan berbagai teknik menarik dari Mr. V. Setelah kelas usai, Mr. V meminta Miles dan Ruby untuk menyanyi duet di acara pentas nanti.

Setelah latihan pertama yang berjalan buruk, karena mereka latihan masing-masing, Mr. V meminta mereka berdua untuk latihan bersama. Ruby mengajak Miles untuk latihan di rumahnya.

Situasi yang canggung terjadi dan mulai mencair ketika mereka bernyanyi dalam posisi saling memunggungi. Tapi latihan terpaksa berhenti karena kehadiran orang tua Ruby.

Tidak disangka, insiden tersebut menjadi bahan ejekan di sekolah yang membuat Ruby kesal kepada Miles, meski Miles berkata bahwa dia hanya bercerita kepada satu orang temannya saja.

Sementara itu, usaha nelayan mereka mengalami banyak masalah dengan peraturan baru yang memberatkan. Hal ini membuat Frank menyatakan diri untuk menjual ikannya sendiri, tidak lewat pelelangan.

Mereka mengajak nelayan lain untuk bergabung dan menjadikan Ruby sebagai penghubung komunikasi antara keluarga mereka, rekan sesama nelayan dan warga sekitar.

Kesibukan barunya ini membuat Ruby sering datang terlambat ke rumah Mr. V untuk latihan menyanyi yang membuat Mr. V marah, padahal mereka juga mempersiapkan diri untuk mengikuti audisi masuk kuliah di Berklee.

Saat memberi tahu keluarganya tentang keinginannya untuk menyanyi dan kuliah, mereka keberatan dengan semua itu.

Suatu hari, Frank dan Leo melaut tanpa Ruby, dan kebetulan mendapat giliran disurvey oleh seorang petugas pelabuhan. Mereka tidak mendengar peringatan dari penjaga pantai yang membuat lisensi melaut Frank dicabut.

Menanggapi masalah ini, Ruby memutuskan untuk membantu usaha keluarganya secara penuh dan meninggalkan keinginannya untuk kuliah.

Tapi keputusan ini ditolak oleh Leo yang marah karena dia merasa tidak dianggap di dalam keluarga karena orang tuanya lebih percaya kepada Ruby daripada dia. Dan Leo juga ingin Ruby memiliki kehidupan yang lebih baik dengan bakat yang dimilikinya.

Hari pentas tiba. Seluruh anggota keluarga Ruby menghadiri acara itu. Meski mereka tidak bisa mendengar lagu yang dinyanyikan, tapi mereka bisa mengerti bahwa penampilan Ruby sangat bagus dan bisa menyentuh hati para penonton.

Malamnya, Frank meminta Ruby menyanyikan lagu duetnya bersama Miles sekali lagi, dan Frank pun mengerti bakat besar yang dimiliki putrinya.

Keesokan paginya mereka berangkat ke Boston untuk menghadiri audisi di Berklee. Sempat diragukan, Ruby yang dibantu oleh Mr. V di piano mulai menyanyi sambil memberikan bahasa isyarat agar anggota keluarganya yang menonton dari balkon mengerti lirik lagunya.

Apakah Ruby berhasil lolos audisi dan kuliah di Berklee? Ataukah dia kembali ke Gloucester untuk bekerja penuh di usaha keluarganya yang sedang terkendala?

Tonton terus film yang sangat inspiratif ini hingga akhir, karena kita akan terus dibuat terpukau dengan adegan demi adegan yang hadir menjelang akhir filmnya.

Pola Klise yang Menyentuh Hati

Pola Klise yang Menyentuh Hati_

Jika melihat premisnya, kita akan temukan bahwa film CODA ini memiliki pola klise dari film drama keluarga, yaitu impian gadis dari keluarga sederhana di kota kecil untuk menyongsong masa depan sesuai keinginannya di kota besar.

Semua elemen untuk mendukung pola ini juga dibeberkan, seperti guru yang telaten melatih, sosok pujaan hati, proses latihan, konflik keluarga, dan pilihan menentukan.

Memang benar semua elemen dari pola klise itu hadir di film berdurasi 1 jam 51 menit ini, tapi semua disajikan dengan sepenuh hati oleh sutradara wanita Sian Heder.

Dengan detail dan teliti, Heder mengarahkan dan meramu film ini lewat latar belakang keluarga yang lengkap, bangunan adegan demi adegan yang baik menjadikan kita tidak pernah berhenti untuk terpukau karenanya.

Heder sangat piawai menyuguhkan kita tentang kehidupan para nelayan beserta masalah yang mereka hadapi, juga lingkungan masyarakat sekitar tentang pandangan mereka kepada keluarga Rossi ini.

Kemudian dikaitkan dengan kisah Ruby yang menimbulkan dilema yang digambarkan secara natural, tanpa ada keajaiban mendadak yang datang dari langit. Semua karena pengertian dan sikap besar hati.

Potret Kekeluargaan yang Kental

Potret Kekeluargaan yang Kental

Gambaran keluarga sederhana yang mengalami kendala kesulitan ekonomi sudah cukup banyak digambarkan dalam berbagai film.

Namun di film dengan sinematografi yang apik terutama dalam menampilkan panorama alam dan penempatan cahayanya ini masalah keluarga Rossi terasa sangat membumi dan terlihat wajar.

Beban psikologis sebagai satu-satunya anak yang bisa berbicara di keluarga tunarungu yang ada pada Ruby dan mempengaruhi sikapnya ditampilkan dengan sangat apik.

Kita dibuat paham lewat rutinitas harian yang dia jalani dan harapan besar kedua orang tua kepadanya untuk melanjutkan usaha keluarga yang kemudian berbenturan dengan impiannya untuk melakukan hal yang dia cintai, yaitu menyanyi.

Hal ini awalnya diremehkan oleh ibunya yang mantan ratu kontes kecantikan, tapi kemudian mendukung penuh Ruby setelah melihat bakat besar yang dimiliki putrinya dengan membelikan gaun untuk dipakai saat pentas, menghadiri acara tersebut, dan mengantarkan Ruby untuk audisi di kampus Berklee.

Begitupun dengan ayahnya yang pasti sangat membutuhkan Ruby dalam setiap kegiatannya, terutama saat melaut.

Namun begitu melihat reaksi positif para penonton yang hadir saat Ruby tampil dan ketulusan hati Ruby saat menyanyi di depannya, membuat Frank mendukung penuh Ruby untuk kuliah dan menyongsong masa depan yang lebih cerah.

Pasti berat bagi orang tua seperti Frank dan Jackie untuk melepas Ruby yang selama ini menjadi penerjemah bagi mereka di masyarakat.

Dan juga berat bagi Ruby untuk pergi jauh dari keluarganya dimana dia bimbang akan kelangsungan hidup mereka tanpanya. Kunci dari semua itu adalah pengertian dan sikap besar hati diantara mereka.

Saat Jackie bilang dia tidak rela bayinya pergi yang dijawab oleh Frank bahwa Ruby tidak pernah menjadi bayi, menyiratkan bahwa sedari kecil Ruby sudah menanggung beban berat di pundaknya sebagai anak yang bisa berbicara di dalam keluarga tunarungu.

Miles juga kagum kepada Ruby sejak dia pernah melihat Ruby memesan makanan untuk keluarganya di sebuah restoran saat masih kecil.

Hal inilah yang membentuk Ruby terlihat lebih dewasa dan bertanggung jawab dibandingkan gadis lain seusianya. Bahkan Ruby selalu berusaha melindungi keluarganya dengan menerjemahkan secara pantas kepada orang lain dari bahasa ayahnya yang suka sembarangan dalam berujar.

Performa Apik Seluruh Pemerannya

Performa Apik Seluruh Pemerannya

Apakah kalian tahu bahasa isyarat yang ditunjukkan oleh karakter Ruby pada foto di atas? Artinya yaitu “aku sangat mencintaimu” yang dilakukannya saat pergi meninggalkan keluarganya untuk menempuh pendidikan di Boston.

Emilia Jones mempelajari bahasa isyarat itu selama 9 bulan, ditambah latihan menyanyi dan belajar mengoperasikan pukat ikan.

Totalitas riset yang dilakukan Emilia Jones membuatnya tampil sangat apik di film ini. Dengan penampilannya yang bersahaja, kita dibuat yakin bahwa dia benar-benar gadis pemalu yang hidup di sebuah kota kecil.

Dan ketika menyadari bakat dan kecintaannya akan musik, kita bisa melihat ekspresi bahagia dan penuh harapan besar di wajahnya.

Dia begitu luwes dalam memperagakan bahasa isyarat dan emosinya sungguh sangat terlihat di seluruh adegan hingga kita bisa turut merasakannya.

Dan ternyata, film ini memiliki tingkat keautentikan yang tinggi dengan menggunakan tiga pemeran tunarungu sebagai anggota keluarga Rossi, sehingga dialog antara mereka terlihat natural dan meyakinkan.

Karena performa mereka jugalah yang membuat pola klise film ini menjadi berwarna dan terasa berbeda, bahkan film ini seolah tidak pernah kurang akan adegan yang menyentuh hati yang mengesankan.

Saat kita yakin bahwa ketika kita berada di sudut pandang keluarga Ruby yang tuli waktu melihat penampilan Ruby di pentas sekolah adalah yang terbaik, nyatanya adegan audisi di Berklee lebih mengesankan.

Benar sekali! Adegan itu tanpa suara dan kita dibuat melihat reaksi para penonton dari mata Frank dan Jackie yang membuka mata hati mereka akan bakat besar anaknya.

Sedikit banyak, adegan ini mengingatkan kita akan apiknya adegan serupa di film Sound of Metal (2019) yang sama-sama bercerita tentang musik di dunia tunarungu.

Kita masih belum sembuh dari keharuan akan adegan itu, kemudian disambung dengan adegan dari hati ke hati antara Frank dan Ruby, dan semakin terharu ketika Ruby menyanyikan lagu sambil memperagakan bahasa isyarat saat audisi di Berklee.

Dan ketika Ruby diterima kuliah di kampus itu, kebuncahan hati kita seketika lega dan bahagia karenanya. Sian Heder telah berhasil menampilkan sebuah film dengan kisah sederhana yang penuh kejutan dan dengan apik mengarahkan akting para pemerannya sehingga tampil dengan sangat mengesankan.

Sejak tayang perdana di Sundance Film Festival pada 28 Januari 2021 yang disambut dengan standing applause dari seluruh penonton, film ini juga menjadi pemecah rekor sebagai film indie termahal.

Hak distribusi yang dibeli Apple untuk ditayangkan di platform streaming Apple TV+ seharga $25 juta adalah nilai terbesar yang pernah terjadi di industri film independent, terutama bagi film-film peserta Sundance Film Festival.

Di ajang penghargaan film, ketiga pemeran tunarungu beserta seluruh pemeran lainnya di film ini berhasil menjadi pemenang di Screen Actors Guild Awards untuk kategori Outstanding Performance by a Cast in a Motion Picture.

Troy Kotsur sendiri masuk nominasi Best Supporting Actor di Golden Globe Awards dan Academy Awards sebagai aktor tunarungu pertama yang masuk nominasi di kedua ajang tersebut.

Dengan semua pencapaian dan prestasi di atas, rasanya sungguh sangat rugi apabila kalian belum menonton film ini. Dijamin kalian akan terpukau dengan setiap adegan yang mampu menyentuh hati. Langsung tonton saja film kandidat Best Picture Oscar ini sekarang juga, ya!

cross
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram