showpoiler-logo

Sinopsis & Review Cahaya dari Timur, Memantik Semangat

Ditulis oleh Sri Sulistiyani
Cahaya Dari Timur Matahari
3.5
/5
showpoiler-logo
PERHATIAN!
Artikel ini mengandung spoiler mengenai jalan cerita dari film/drama ini.

Olahraga sepak bola sudah menjadi cabang olahraga yang memiliki banyak peminat di Indonesia. Sepak bola juga sering disebut sebagai olahraga yang menyatukan Indonesia dan membangkitkan nasionalisme, terbukti dari bersatunya semua fans sepak bola setiap kali tim nasional Indonesia berlaga di ajang internasional.

Tema mengenai sepak bola inilah yang diangkat dalam film Cahaya dari Timur: Beta Maluku. Di film ini, kita akan melihat bagaimana kisah nyata perjuangan para atlet sepak bola dari Indonesia timur untuk meraih mimpi menjadi pemain sepak bola profesional. Berikut review dan sinopsisnya!

Sinopsis

Cahaya-dari-timur-1_

Kisah dalam film Cahaya dari Timur: Beta Maluku bermula saat wilayah Ambon dan Maluku mengalami konflik agama antara agama Islam dan Kristen. Konflik tersebut banyak memakan korban anak-anak dari dua belah pihak. Seorang mantan pemain sepak bola yang kini menjadi tukang ojek di Tulehu, Sani Tawainella pun miris melihat hal itu.

Sani kemudian mengajak anak-anak untuk bermain sepak bola agar tidak perlu ikut atau menonton kerusuhan. Anak-anak di Tulehu pun senang bisa dilatih oleh Sani dan memiliki kegiatan baru. Sani juga mengajak temannya yang sama-sama mantan pemain sepak bola di pelatnas, Rafi, untuk ikut melatih anak-anak.

Setelah konflik mereda, anak-anak itu pun semakin fokus bermain sepak bola. Di tengah keterbatasan mereka yang harus sekolah dan bekerja mencari uang, mereka begitu semangat berlatih. Bahkan ada yang mengumpulkan tabungan supaya bisa membeli sepatu bola. Rafi kemudian membuat ide agar mereka membentuk sekolah sepak bola.

Namun kondisi perekonomian Sani juga membuatnya kesulitan mengatur waktu bekerja dan melatih sepak bola. Sang istri, Haspa, sering kali mengingatkannya untuk tidak lupa menafkahi keluarganya yang menjadi prioritasnya. Rafi kemudian mengambil alih sendiri SSB Tulehu Putra dengan uang yang ia miliki. Dengan berat hati, Sani pun tak lagi menjadi pelatih anak-anak di Tulehu.

Sani kemudian mendapat tawaran bekerja sebagai pelatih tim sepak bola SMK Passo yang merupakan anak-anak beragama Kristen. Sani pun menerimanya. Mendengar kabar itu, Salembe dan Alfin yang merupakan anak dari SSB Tulehu Putra mendatangi SMK Passo agar bisa bergabung dengan klub bola SMK Passo. Dua anak beragama Islam itu pun bergabung dengan kesebelasan SMK Passo.

Tulehu Putra dan SMK Passo sempat beradu di grand final kejuaraan setempat, dan pertandingan itu dimenangkan Tulehu Putra. Setelah pertandingan tersebut, Bapa Raja memanggil Sani dan Rafi. Ia meminta dua tim tersebut bergabung untuk mewakili Maluku dalam kejuaraan nasional U15 di Jakarta. Sani kemudian ditunjuk menjadi pelatih utama.

Rafi yang tidak setuju memutuskan untuk tidak menjadi pelatih. Sani pun berusaha melatih tim gabungan tersebut. Namun mereka mendapat masalah karena tidak memiliki dana untuk bisa berangkat ke Jakarta. Uang yang diberikan oleh dinas dan pemerintah setempat tidaklah cukup. Para warga kemudian saling membantu dengan menyumbang uang untuk tim tersebut.

Uang itu masih belum cukup hingga Sani menjual kambing milik keluarganya tanpa sepengetahuan Haspa. Haspa yang marah pun berkata akan pulang ke rumah orang tuanya. Akhirnya, tim Maluku pun tetap berangkat ke Jakarta menggunakan uang yang terkumpul. Namun di babak penyisihan, perpecahan dalam tim mulai muncul.

Beberapa anggota tim mulai terpecah karena agama mereka yang berbeda. Hal itu pun membuat performa penampilan mereka di lapangan menurun hingga kalah di beberapa pertandingan. Kabar tersebut sampai ke Maluku dan didengar Haspa. Ia memutuskan untuk kembali ke rumah orang tuanya. Sani yang mendengar kabar itu pun cukup terpuruk.

Saat Sani hendak menyerah, ia kembali menemukan semangatnya. Sani pun berusaha mempersatukan kembali anak-anak dalam tim yang terpecah. Mereka akhirnya kembali bersatu hingga melaju ke babak final melawan tim Jakarta. Pertandingan itu disiarkan secara langsung. Seluruh warga di Maluku dari berbagai latar belakang bergabung untuk menonton bersama.

Setelah melewati drama adu penalti hingga siaran langsung yang berhenti di tengah jalan, tim Maluku pun berhasil memenangkan pertandingan. Kabar tersebut disambut gembira para warga di Maluku, termasuk keluarga Sani dan para anggota tim yang bangga dengan perjuangan tersebut.

Diangkat dari Kisah Nyata Para Bintang Lapangan

Cahaya-dari-timur-2_

Karakter-karakter yang ada dalam film Cahaya dari Timur: Beta Maluku ini rupanya merupakan sosok-sosok nyata. Mereka adalah para bintang lapangan dari Maluku. Hal ini juga dijelaskan dalam credit scene dari film ini. Di bagian akhir film ini, diperlihatkan foto-foto asli dari para karakter yang ada di film beserta kegiatan mereka saat ini.

Tak hanya karakter-karakternya saja yang diangkat dari dunia nyata, keseluruhan alur cerita film ini juga diadaptasi dari fakta sejarah. Konflik agama yang terjadi di wilayah Ambon dan Maluku tersebut adalah peristiwa yang benar-benar terjadi pada tahun 1999 lalu. Fakta mengenai banyaknya anak-anak yang menjadi korban pun benar-benar diambil dari fakta sejarah.

Dari film ini, setidaknya kita bisa mengetahui sedikit mengenai sejarah sebuah konflik besar yang terjadi di Indonesia dan mendapatkan gambaran mengenai situasi konflik yang terjadi saat itu dari visualisasi dalam film Cahaya dari Timur: Beta Maluku ini.

Alur yang Terasa Tegang dan Mengharukan di Menit-Menit Akhir

Cahaya-dari-timur-3_

Film Cahaya dari Timur: Beta Maluku memiliki durasi yang cukup panjang, yaitu 150 menit, Di pertengahan film, mungkin kamu akan merasa sedikit bosan dengan durasi yang terlalu panjang ini. Namun adegan terbaik dalam film ini justru berada di menit-menit terakhir, yaitu saat adegan pertandingan final antara tim Maluku dan tim Jakarta.

Shot-shot yang ditampilkan pada adegan pertandingan tersebut membuat kita seolah-olah sedang menyaksikan pertandingan sungguhan. Ketegangan adegan pun begitu terasa dan didukung oleh berbagai aspek, mulai dari akting pemain, teknik editing, teknik pengambilan gambar, dan tata suara pada scene tersebut.

Kita akan sama-sama dibuat tegang saat menyaksikan menit-menit terakhir yang menentukan kemenangan tim Maluku. Setelah tim Maluku dinyatakan menang, kita pun akan merasa haru seolah sedang benar-benar merayakan tim idola kita merayakan kemenangan.

Mengajarkan Nilai Toleransi dan Perbedaan

Cahaya-dari-timur-4_

Seperti yang diketahui, konflik yang terjadi di Ambon puluhan tahun lalu adalah konflik antar agama. Hal ini juga diceritakan dalam film Cahaya dari Timur: Beta Maluku ini. Film ini banyak menyisipkan pesan mengenai toleransi dan saling menghargai perbedaan antar agama. Dari gambaran tim Maluku, kita bisa melihat bagaimana sebuah tim yang kompak meski berasal dari latar belakang berbeda.

Film ini juga memperlihatkan mengenai bagaimana sepak bola menjadi hal yang mempersatukan masyarakat dengan latar belakang berbeda di Maluku. Di berbagai adegan, kamu juga akan melihat bagaimana masyarakat Maluku pada akhirnya bisa kembali bersatu setelah konflik besar yang sempat membuat wilayah itu kacau balau. Itulah review dan sinopsis dari film Cahaya dari Timur: Beta Maluku. Jika kamu adalah pecinta film, pecinta sepak bola, atau pecinta sejarah, film ini adalah salah satu film yang wajib kamu tonton. Kalau kamu sudah menontonnya, ceritakan adegan favorit-mu dari film ini di kolom komentar ya!

cross linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram