showpoiler-logo

Sinopsis dan Review Film The Broken Hearts Gallery (2020)

Ditulis oleh Desi Puji Lestari
Broken Hearts Gallery
3.5
/5
showpoiler-logo
PERHATIAN!
Artikel ini mengandung spoiler mengenai jalan cerita dari film/drama ini.

Lucy tak bisa membuang barang-barang mantannya. Alhasil kamarnya dipenuhi barang-barang tak penting. Suatu hari dia tak sengaja bertemu Nick. Lalu bersamanya ide untuk membuka Galeri Patah Hati mulai diwujudkan.

Bagaimana jatuh bangun hubungan pertemanan mereka hingga berubah jadi cinta? The Broken Hearts Gallery (2020) akan menjawabnya, tapi sebelum itu mari simak sinopsis dan ulasannya di bawah ini!

Baca juga: Sinopsis & Review A Perfect Pairing, Cinta Pewaris Kaya

Sinopsis

Sinopsis
  • Tahun Rilis: September 2020
  • Genre: Drama, Romance, Comedy
  • Produksi: TriStar Pictures, Stage 6 Films, No Trace Camping, Telefilm Canada, Ontario Creates
  • Sutradara: Natalie Krinsky
  • Pemeran: Gelardine Viswanathan, Dacre Montgomery, Utkarsh Ambudkar, Molly Gordon

Lucy Gulliver (Geraldine Viswanthan) remaja punya kebiasaan menyimpan barang-barang kenangan bersama mantan kekasih. Barang yang dia simpan sudah pasti tidak terlalu penting, seperti bebek karet berwarna kuning yang kecil atau ban sepeda, tapi Lucy menghargai kenangannya. Alhasil kamarnya penuh dengan barang-barang kecil yang memakan banyak tempat.

Lucy kini bekerja bersama Eva Woolf (Bernadette Peters), seorang pemilik galeri paling terkenal di New York. Dia juga tengah menjalin kasih dengan Max Vora (Utkarsh Ambudkar) dan terlihat bahagia karena Max sosok yang dewasa serta bisa mengayominya. Sayang 12 jam kemudian, perempuan itu terlihat menangis di pinggir jalan.

Saat sedang berdiri di pinggir jalan dalam keadaan kalut, sebuah mobil berhenti di depannya. Tanpa pikir panjang Lucy langsung masuk menaikinya padahal itu adalah mobil pribadi, bukan taksi. Pemilik mobil, seorang lelaki, sudah menjelaskannya dan meminta perempuan itu segera keluar, tapi Lucy tak mau peduli dan terus mengoceh.

Merasa kasihan karena perempuan itu tampak kacau, pengemudi mobil akhirnya mengalah dan mau mengantar pulang. Di sepanjang jalan Lucy mencurahkan isi hatinya. Dia juga menceritakan kejadian yang dialaminya tadi, yaitu ketika Lucy diminta Eva untuk bicara di depan umum. Guna menaikkan percaya dirinya, sebelum bicara Lucy meminum beberapa gelas alkohol.

Benar saja, karena pengaruh alkohol, Lucy bicara tak karuan. Keadaan diperparah ketika dia melihat Max didekati seorang perempuan dan tampak menyambutnya. Selepas membuat keributan Max menemui Lucy di luar gedung. Secara tersirat lelaki itu mengatakan bahwa Lucy bukan wanita yang dia cari. Malangnya, Lucy juga dipecat dari pekerjaan karena ulahnya yang memalukan.

Sang pemilik mobil yang mendengar curhatan Lucy mengatakan bahwa keadaan akan lebih baik tanpa Max. Tak lama Lucy menerima telepon dari supir taksi online yang dia pesan. Barulah akhirnya Lucy sadar bahwa mobil yang dia tumpangi bukan sebuah taksi.

Alih-alih berterima kasih dan malu, Lucy kembali mengacau dengan berteriak seolah hendak diculik. Pengemudi mobil yang diketahui bernama Nick (Dacre Montgomery) hanya tersenyum kecut. Beberapa hari Lucy tak beranjak dari tempat tidur. Dua temannya, setuju untuk membuang semua barang mantan yang disimpan Lucy. Pasalnya karena benda di masa lalu itulah, Lucy tak bisa menjalin hubungan yang serius di masa sekarang dan masa depan.

Lucy keberatan karena menurutnya masa lalu penuh dengan kenangan dan bahagia. Amanda dan Nadine bersikeras karena keduanya mencemaskan Lucy. Lagipula membuang barang-barang tersebut bukan berarti membuang kenangan. Akhirnya, berkat bujukan Amanda dan Nadine, Lucy mengizinkan mereka membuang beberapa barang.

Saat Lucy membawa beberapa barang mantannya yang gagal dia jual ke sebuah toko, dia berpapasan dengan Max dan perempuan yang dia lihat beberapa hari lalu. Dengan membawa kantung keresek berukuran besar, Lucy masuk ke restoran yang dimasuki Max dan teman perempuannya. Namun, waiters yang melihatnya, mencoba mencegah.

Ketika keduanya mulai menimbulkan keributan, Nick yang kebetulan ada di sana, menengok ke arah Lucy. Melihat ada Nick di sana, pengemudi mobil yang beberapa malam lalu mengantarnya pulang, Lucy langsung berlagak sok akrab. Daripada membuat keributan, Nick secara tiba-tiba membawa Lucy ke luar lalu pergi.

Lucy sama sekali tak bisa tenang. Dia terus bicara dengan nada tinggi hingga menarik perhatian seorang perempuan lainnya. Mengira ada pemukulan, perempuan tersebut langsung menghajar Nick. Merasa bersalah, Lucy terus mengikuti Nick. Kini keduanya sudah ada di hotel butik milik Nick yang terlihat belum jadi dan masih sangat berantakan.

Nick kemudian bercerita bahwa dia membangun hotel butik tersebut sesuai seperti tempat yang dia gemari saat di New York. Sayangnya walau sudah menghabiskan uang banyak dan waktu yang tak sebentar, rencananya berantakan. Mereka kini terlihat mulai akrab dan banyak ngobrol. Hingga Nick memeriksa keresek besar yang dibawa Lucy.

Lelaki itu terkejut karena di sana hanya ada benda-benda tak penting. Dia langsung berpendapat bahwa Lucy adalah penimbun yang menginginkan bukti atas hubungan yang pernah dijalani. Nick kemudian mengajukan pertanyaan retoris bahwa apakah Lucy takut tak ingat pada orang-orang yang pernah dia kencani sehingga harus menyimpan semua barang tersebut?

Nick lantas menyarankan Lucy untuk menyimpan barang-barang tersebut di tempatnya saja. Sejurus kemudian dia menggantungkan dasi milik Max yang dibawa-bawa Lucy ke sebuah paku. Seketika Lucy mendapat sebuah ide lalu mulai menyoreti dinding dengan tulisan yang kurang lebih berbunyi, “Galeri patah hati. Tinggalkan patah hatimu di sini!”

Esok paginya secara mengejutkan Nick sudah ada di tempat Lucy. Lelaki itu ingin segera menunjukkan sesuatu mengenai “galeri” yang semalam mereka buat. Di sana, Lucy dikenalkan pada Marcos (Arturo Castro), sahabat Nick yang sedang kebingungan mencari biaya karena persalinan istrinya sebentar lagi.

Lucy kemudian mengatakan ide gila bahwa dirinya bisa mengerjakan ‘galeri’ patah hati di boutique hotel milik Nick. Dia bersedia memasang ubin hingga menggergaji atau apa pun. Nick menolak ida gila itu tapi Marcos tampak lebih terbuka karena itu berarti ada tambahan tenaga gratis. Lalu, apa yang akan terjadi selanjutnya?

Hoarding Disorder yang Diromantisasi

Hoarding Disorder yang Diromantisasi

Dari judulnya kita rasanya sudah bisa sama-sama menebak bahwa film ini bercerita mengenai ide menyimpan barang-barang yang berkenaan dengan patah hati. Pada eksekusinya, Anda akan melihat seorang karakter bernama Lucy yang senang sekali mengumpulkan benda-benda tak penting dari seseorang yang pernah ada di hidupnya.

Lucy melakukan itu sejak usia belasan tahun dan semakin menumpuk di usia ke 26. Kamar Lucy yang tidak seberapa luas, penuh sesak oleh barang-barang peninggalan para mantan kekasihnya. Dia menyiapkan sebuah rak khusus, bahkan di salah satu scene Anda akan melihat dia masih menyimpan tali sepatu salah satu mantannya yang dibungkus plastik lalu ditempelkan di dinding kamar.

Ketika berulang kali diingatkan oleh temannya, Lucy mengatakan dia menyimpan itu karena sayang dengan kenangannya. Baginya sangat sulit bahkan untuk membuang satu barang pun. Ketika dia menitipkan dasi milik Max di bangunan milik Nick, Lucy bahkan memikirkan soal keamananya, khawatir ada pencuri yang masuk.

Kecenderungan Lucy yang seperti itu dikenal dengan sebutan Hoarding Disorder. Hoarding Disorder adalah kondisi ketika seseorang suka menimbun barang-barang tidak terpakai karena menganggap barang tersebut bersejarah, bisa dipakai di kemudian hari dan punya nilai sentimental. 

Oleh Natalie Krinsky ide ini kemudian dikembangkan menjadi sesuatu yang romantis. Karakter Lucy yang tak mau kalah, terus bicara, dan kekanakan diceritakan bertemu seorang pria bernama Nick yang kelak membantunya mengakomodasi barang-barang tak penting tersebut menjadi sebuah galeri. Intinya sama saja, mengumpulkan barang tak penting yang menurutnya bernilai sentimental.

Ide Bagus dengan Beberapa Plot Hole

Ide yang bagus jika tidak dieksekusi dengan baik rasanya juga percuma. Saat menonton film Broken Hearts Gallery (2020) Anda mungkin akan suka dengan idenya karena cukup related dengan kehidupan pasca putus atau patah hati. Sayang, pada beberapa bagian, terdapat plot hole yang sangat mengganggu.

Kelogisan cerita seperti asal dibuat agar film terasa lucu atau terasa berkesan. Seperti ketika Lucy diminta bicara di depan umum, alih-alih mempersiapkan diri dia malah minum alkohol dengan alasan agar membuatnya berani. Bukannya berani, dia justru tak terkontrol dan menyebabkan kekacauan yang berakibat pada pemecatan serta putusnya hubungan.

Kemudian ketika secara tiba-tiba galeri patah hati miliknya dan Nick yang jauh dari selesai berhasil masuk New York Magazine. Plot pada bagian ini serasa dipaksakan karena sebelumnya tidak ada cerita pendukung yang kuat mengenai perjalanan galeri ini. Hanya sebatas ramai di media sosial dan beberapa orang membuat video.

Bentuk galerinya saja tidak diperlihatkan, bagaimana barang-barang itu ditata dan sebagainya, sama sekali tak ada. Apalagi scene wawancara yang lumrah dilakukan sebuah majalah ketika akan memuat sesuatu, Anda tak akan melihatnya. Jadi, scene ini seperti asal tempel untuk membuat penonton terkesan, padahal tidak. Akan jauh lebih berkesan dan emosional jika bagian ini ditempatkan di akhir film.

Dapat Bonus Kalimat Bagus

Dapat Bonus Kalimat Bagus

Berdurasi sekitar 1 jam 48 menit, Broken Hearts Gallery (2020) akan membuat koleksi quote Anda tentang patah hati bertambah. Walau akhir ceritanya sudah bisa ditebak, sinematografi yang cantik dan pas di beberapa bagian akan Anda temukan di sini. Selain itu, film ini juga punya naskah yang menarik, terutama di bagian akhir.

Melalui dialog yang diucapkan Lucy di akhir-akhir film, penonton diajak untuk memahami betapa barang-barang yang tidak berharga itu punya nilai di mata pemiliknya. Itu adalah ‘sampah’ yang menceritakan kisah hidup. Ketakutan akan lupa dan dilupakan membuat seseorang seperti Lucy butuh sesuatu untuk ‘dipegang’.

Patah hati adalah perasaan paling sepi dan mengisolasi yang dirasakan semua orang. Ia adalah hal yang membuat semua manusia terasa sama. Pada akhirnya, hal yang menghancurkan hati, adalah yang yang membuat manusia merasa utuh.

Bagaimana? Merasa terwakilkan oleh ‘kegilaan’ Lucy dalam menyikapi patah hatinya? Kalau begitu Broken Hearts Gallery (2020) akan menghibur Anda. Agendakan untuk menontonnya saat patah hati ya! Selamat menonton!

cross linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram