bacaterus web banner retina

Sinopsis dan Review Film Bridget Jones's Diary (2001)

Ditulis oleh Aditya Putra
Bridget Jones’s Diary
3.5
/5
PERHATIAN!
Artikel ini mengandung spoiler mengenai jalan cerita dari film/drama ini.

Setiap orang mempunyai pandangan sendiri tentang menemukan jodoh. Nggak sedikit yang merasa tertekan kalau di usia tertentu belum juga menemukannya. Biasanya memasuki usia kepala tiga. Terutama wanita, yang pada usia tersebut dianggap sudah harus menemukan pria dan menikah. Hal itu juga yang menimpa Bridget Jones.

Bridget Jones’s Diary merupakan film yang diadaptasi berdasarkan novel yang berjudul sama karya Helen Fielding. Novelnya sendiri merupakan interpretasi ulang sang penulis atas karya fenomenal Jane Austen, Pride and Prejudice. Kalau ingin tahu seperti apa review dan sinopsisnya, kamu bisa menyimaknya di sini!

Sinopsis

review briget jones diary_sinopsis

Bridget Jones adalah seorang perempuan berusia 28 tahun yang bekerja di sebuah perusahaan penerbitan di London. Dia belum punya pacar dan sering berharap berat badannya akan turun. Sang ibu merasa kondisi Bridget bukanlah sesuatu yang diharapkannya. Maka dari itu, dia mencari cara agar bisa mengubah hidup anaknya.

Oleh sang ibu, Bridget dikenalkan pada Mark Dancy. Mark dinilai punya pekerjaan yang mapan dan anak dari teman ibunya Bridget. Sayang, perkenalan itu nggak meninggalkan ketertarikan bagi Bridget. Menurut Bridget, Mark adalah sosok yang arogan dan kasar. Sementara menurut Mark, Bridget adalah wanita yang sering bertindak konyol.

Mendengar celotehan Mark tentang dirinya, Bridget mengambil keputusan untuk memperbaiki diri selama setahun. Dia akan berhenti merokok, mencoba menurunkan berat badannya, menulis diary, dan menemukan sosok pria yang diidamkannya. Setahun dinilainya merupakan waktu yang cukup untuk membuat perubahan signifikan.

Di tempat kerja, Bridget punya bos yang menurutnya tampan, Daniel Cleaver. Mereka mulai saling merayu. Hubungan menjadi semakin dekat ketika ada peluncuran buku. Di sana, Bridget bertemu dengan Mark bersama Natasha. Pertemuan itu nggak menimbulkan reaksi apa-apa, malah Bridget pergi makan malam dengan Daniel.

Daniel mempunyai reputasi sebagai seorang pria yang doyan mempermainkan wanita. Dia bercerita pada Bridget bahwa dulu dia dan Mark merupakan teman kuliah. Bahkan keduanya berteman dekat. Hubungan mereka merenggang setelah dia mengetahui Mark menikungnya diam-diam. Karena hal itu mereka jadi saling membenci.

Bridget dan Daniel mulai berpacaran. Bridget bahkan diundang ke pesta yang diadakan Daniel dan dihadiri juga oleh Mark dan Natasha di pinggiran kota London. Daniel mengatakan bahwa dia harus pergi dan nggak bisa menghadiri pesta. Alhasil Bridget menghadiri pesta sendirian. Ketika dia kembali ke London, dia menemukan rekan kerjanya, Lara berada di apartemen milik Daniel.

Merasa sakit hati, Bridget memutuskan hubungan dengan Daniel. Bukan itu saja, dia juga memutuskan untuk keluar dari tempat kerjanya. Ide itu sempat coba digagalkan oleh Daniel yang memintanya untuk tetap bekerja di kantor penerbitan tempat mereka bekerja. Bridget menolaknya dan memilih untuk mencari pekerjaan baru.

Bridget berhasil mendapat pekerjaan di sebuah stasiun televisi. Dalam sebuah pesta, dia bertemu dengan Mark dan Natasha. Mark menyatakan bahwa dia sebenarnya menyukai Bridget apa adanya. Dia pun membantu Bridget untuk mendapatkan interview yang melambungkan nama Bridget dalam dunia pertelevisian.

Perasaan suka pada Mark mulai muncul pada diri Bridget. Mereka pun makan malam bersama tapi Daniel datang bersama teman-temannya. Pertemuan Daniel dan Mark membuat mereka bertengkar. Sementara itu, sang ibu mengetahui fakta sebenarnya tentang hubungan Daniel dan Mark yang akan mengubah jalan hidup Bridget. Siapakah yang akan dipilih oleh Bridget?

Drama dan Komedi yang Proporsional

Premis di film Bridget Jones’s Diary terkesan sederhana, yaitu Bridget harus memilih antara Daniel atau Mark untuk menjadi pasangannya. Kisah cinta segitiga tentu bukan barang baru dalam dunia film. Yang membuat film ini spesial adalah dimasukkannya unsur komedi yang terasa nggak dipaksakan sehingga lucu untuk ditonton.

Unsur drama romantis macam makan malam dan menghabiskan waktu bersama, tentu dimuat di film rilisan tahun 2001 ini. Uniknya, unsur komedi dibuat secara seimbang dengan romansanya. Interaksi Bridget dengan Mark dan Daniel bukan hanya tentang adegan yang menggemaskan tapi juga mengundang gelak tawa.

Pertemuan pertama Bridget dan Mark menjadi contohnya. Mark menilai bahwa Bridget merokok seperti cerobong asap, minum seperti ikan, dan berpakaian seperti ibunya. Ada pula adegan Bridget memasak untuk acara ulang tahunnya tapi malah menjadi bencana sebelum diselamatkan oleh Mark.

Kesuksesan Bridget Jones’s Diary mengemas komedi dan drama ini mendapatkan sukses secara komersial. Bukan hanya itu, film ini juga menarik hati penggemarnya yang kemudian berubah menjadi begitu antusias terhadap film dan sekuelnya. Bahkan julukan cult film disematkan pada film ini dan Bridget dianggap menjadi ikon budaya di Inggris.

Penampilan Apik Tiga Karakter Utama

Sebuah film nggak akan berhasil menjadi sebuah produk yang bagus kalau para pemain utamanya nggak tampil maksimal. Kesuksesan Bridget Jones’s Diary selain karena bagusnya skrip dan faktor lainnya, juga karena penampilan apik tiga karakter utamanya. Ada kesan wajar mengingat nama Renee Zellweger, Colin Firth dan Hugh Grant adalah nama-nama berpengalaman. 

Pemilihan Renee Zellweger  untuk memerankan Bridget yang konyol, perasa, tapi tangguh sempat menimbulkan polemik. Pasalnya, Bridget adalah orang London, sementara Renee berasal dari Texas. Selain masalah aksen, fisiknya juga sempat dirasa nggak pas. Tapi ketika film ini dirilis, semua prasangka itu dimentahkan dengan performanya yang nyaris sempurna.

Colin Firth yang berperan sebagai Mark Darcy nggak kalah bagusnya. Dia bisa menjadi seseorang yang hangat walau seringkali asal berucap. Untuk ukuran karakter protagonis, Colin terbilang mewakili tipe orang yang tersakiti tapi masih bisa tegar. Di balik ketegarannya, cara bercandanya yang konyol juga menjadi daya tarik tersendiri.

Karakter Daniel Cleaver diperankan oleh Hugh Grant. Grant bukanlah nama baru untuk film bergenre romcom. Dia sebelumnya pernah berperan di Notting Hill yang ikonik di tahun 90-an. Kali ini dia menjadi antagonis. Dia nggak tampak canggung berperan menjadi pria yang suka mempermainkan wanita. Lengkap dengan sifat ambisisus dan manipulatifnya.

Soundtrack yang Mendukung

Sebuah film akan mendapat nilai lebih ketika didukung oleh musik yang tepat. Film bergenre drama dan romantic comedy akan terasa lebih pecah ketika musik-musik yang mengiringi bisa senada adegan-adegan yang manis. Bridget Jones’s Diary melakukannya dengan memasukkan musik dari berbagai dekade tapi tetap terdengar relevan.

Nama-nama macam Elvis Costello, Dianna Ross, Marvin Gaye dari dekade 50 dan 60-an menjadi jajaran artis yang mengisi soundtrack. Sementara itu dari generasi ketika film dirilis, ada nama Robbie Williams dengan lagunya Angels dan juga TLC dengan lagunya yang berjudul Waterfalls. 

Bridget Jones’s Diary merupakan film yang ceritanya ringan untuk diikuti. Film yang akan membuat kita tertawa sekaligus gemas ketika menyaksikannya. Kesuksesan film ini sampai-sampai dibuatkan sekuelnya lho. Buktikan sendiri seberapa gemas film ini dengan menontonnya. Setelah itu, kamu bisa membagikan kegemasannya kepada pembaca lain di kolom komentar, teman-teman!

cross
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram