showpoiler-logo

Sinopsis & Review Film Brahmāstra: Part One-Shiva (2022)

Ditulis oleh Suci Maharani R
Brahmāstra: Part One-Shiva
3.5
/5
showpoiler-logo
PERHATIAN!
Artikel ini mengandung spoiler mengenai jalan cerita dari film/drama ini.

Tak hanya Indonesia, ternyata India juga punya waralaba superhero yang diadaptasi dari kisah para dewa. Brahmāstra: Part One-Shiva (2022) adalah film pembuka dari The Astraverse, yaitu semesta pahlawan super India.

Film ini mengisahkan sosok pemuda bernama Shiv yang tidak tahu bahwa dirinya adalah seorang Agneyastra, yaitu senjata surgawi atau Astra paling kuat yang pernah ada.

Disutradarai oleh Ayan Mukerji, tidak bisa dipungkiri kalau Brahmāstra: Part One-Shiva (2022) digarap dengan sangat serius. Mulai dari animasi pembuka, aksi laga, CGI akting hingga sense superhero ala barat-nya bisa menyatu dengan budaya Bollywood. Namun untuk alur terasa lemah dan ada beberapa detail seperti dubbing yang telat bikin para penonton kurang enjoy.

Lalu bagaimana cara Shiv mengetahui bahwa dirinya adalah seorang Agneyastra terhebat di dunia? Buat kamu yang sudah penasaran, yuk intip sinopsis dan ulasan filmnya hanya di Showpoiler!

Baca juga: 20 Film India Bergenre Action, Seru dan Memacu Adrenalin

Sinopsis

Sinopsis

Dahulu kala, sekelompok orang bijak di Himalaya bertabrakan dengan energi dari Brahmashakti. Dari sinilah lahir banyak sekali senjata surgawi yang disebut Astra. Kelompok tersebut menggunakan Astra untuk menjaga bumi.

Namun ada satu pejuang bernama Dev yang memiliki kemampuan menguasai banyak Astra. Ia terobsesi menjadi penguasa seluruh Astra dan ingin menjinakkan Brahmāstra.

Akibat perbuatannya ini keseimbangan dunia sempat hancur. Kembali ke masa sekarang, kelompok rahasia yang dibuat oleh orang bijak Himalaya atau Brahmānsh ternyata tetap berjalan.

Para penjaga Astra ini berkumpul disebut tempat rahasia, sambil meneliti keseimbangan dunia. Namun suatu hari berita mengejutkan mengenai tewasnya dua pemilik Astra menjadi sebuah pertanda datangnya bencana.

Anehnya, seorang pria bernama Shiva (Ranbir Kapoor) dengan jelas melihat bagaimana Ilmuwan bernama Mohan Bhargav (Shahrukh Khan) tewas. Salah satu pemegang Astra ini dibunuh oleh tiga orang pemilik kekuatan jahat, Zor (Saurav Gurjar), Raftar (Rouhallah Gazi) dan pimpinan mereka Junoon (Mouni Roy).

Shiva sip ria yatim piatu yang dikenal sebagai disk jockey ini merasa bingung dengan penglihatan. Namun penglihatan itu memberikan clue yang jelas, ia harus mencegah Junoon menemukan tiga lempengan Brahmāstra.

Di sisi lain, Shiv merasa bimbang karena ia berpikir kisah cintanya dengan Isha Chatterjee (Alia Bhatt) berakhir sebelum dimulai. Untungnya Isha mau memberikannya kesempatan dan mempercayai cerita aneh dan tidak masuk akal yang disampaikan Shiv.

Tak hanya itu, Isha juga bersedia ikut dengan Shiv untuk menemui seorang seniman dan arkeolog bernama Anish Shetty (Nagarjuna Akkineni).

Awalnya Shiv dan Isha berpikir mereka berhasil lari dari Junoon dan anak buahnya, ternyata mereka sudah dibuntuti sejak awal. Anish Shetty meminta Isha untuk menjaga lempengan kedua Brahmāstra dan menyuruh mereka pergi ke Guru (Amitabh Bachchan).

Sementara Anish Shetty memilih untuk merelakan nyawanya dan mencegah Junoon untuk mengejar Shiv dan Isha. Dalam perjalanannya, Shiv dan Isha malah dihadang oleh Raftar yang memakai Astra milik Mohan Bhargav yaitu Vanarāstra.

Namun yang membuat Isha dan Shiv terkejut, ternyata Shiv bisa mengendalikan api yang begitu besar dan berhasil menewaskan Raftar. Guru yang melihat ini sangat terkejut, ia tidak menyangka akan bertemu dengan sosok terkuat dari para Astra yaitu Agneyastra.

Shiv tahu bahwa sejak ia masih kecil api tidak bisa membunuhnya, namun apa hubungan api, dirinya dan Brahmāstra? Hal ini membuatnya sangat bingung, hingga Guru yang ternyata pimpinan para Brahmānsh memberitahukan asal usul Shiv yang ternyata bukan dari kalangan biasa.

Shiv adalah putra dari Dev dan seorang pahlawan wanita yang bernama Amrita (Deepika Padukone). Saat Dev terobsesi dengan kekuatan, Amrita adalah satu-satunya orang yang bisa menghentikannya.

Amrita memecah Brahmāstra dalam tiga bagian dan mengurung Dev di sebuah pulau yang tenggelam di lautan. Semua orang berpikir Amrita tewas, ternyata wanita ini masih hidup dan melahirkan Shiv ke dunia.

Guru juga menjelaskan bahwa Shiv bukanlah penyebab ibunya meninggal dunia dalam kebakaran saat dirinya masih balita. Ia meminta Shiv untuk berhenti bermusuhan dengan api, karena api adalah sumber kekuatan terbesarnya.

Selain itu, ia memiliki misi penting untuk melawan Junoon yang mengincar dua lempengan Brahmāstra terakhir untuk membangkitkan Dev. Junoon pun tidak tinggal diam, ia meminta restu dan kekuatan pada Dev. Dari sinilah ia memiliki kekuatan dan menjadikan masyarakat sekitar sebagai tentaranya.

Sialnya, koneksi yang tidak sengaja dilakukan oleh Shiv saat memakai kalung merah yang digunakan Junoon membuatnya tahu dimana markas Brahmānsh. Pertarungan sengit pun terjadi, kira-kira siapa yang berhasil mendapatkan Brahmāstra?

Dibuka dengan Indah, Animasi Pembukanya Mengagumkan

Dibuka Dengan Indah, Animasi Pembukanya Mengagumkan

Untuk pertama kalinya saya merasa terpukau dengan opening sebuah film India dan hal itu saya dapatkan dari Brahmāstra: Part One-Shiva (2022).

Jujur saja, animasi yang ditampilkan terlihat sangat indah dan bikin mata saya tidak berhenti memandang. Warna-warna hangat seperti kuning, pink, biru, hijau, jingga hingga ungu ditampilkan dan membentuk sebuah Pelangi yang cantik.

Narasa mengenai apa itu Astra, bagaimana senjata mitologi ini muncul, apa manfaatnya hingga kisah para penjaga Astra ditampilkan dengan baik. Animasi yang menunjukkan bagaimana masyarakat India hidup dari zaman ke zaman, masa ke masa hingga ke modern.

Semua ini diperlihatkan dengan baik dan benar-benar membuat saya sangat terpukau sampai berulang kali menontonnya. Terlebih lagi, alur cerita mengenai hadirnya senjata surgawi ini juga terasa sangat runtut padahal hanya disampaikan dalam waktu beberapa menit saja.

Penonton diberitahu bahwa ada banyak sekali senjata surgawi atau Astra di bumi. Perkumpulan rahasia ini hanya diketahui oleh para pemilik Astra dan mereka harus bersiap untuk perang ketika bumi dalam keadaan genting.

Modern tapi Etnik, The Astraverse Beda dengan Marvel atau DC

Modern Tapi Etnik, The Astraverse Beda dengan Marvel atau DC

Harus diakui, hanya India dan Indonesia yang bisa membawa mitologi para dewa ke format superhero modern. Jika Indonesia memiliki Jagat Satria Dewa, maka India memiliki The Astraverse yang mengisahkan para penjaga senjata surgawi dari Brahmashakti. Uniknya, film garapan Ayan Mukerji ini terasa sangat original dan tidak berkiblat pada film superhero Amerika.

Mulai dari kisah mitologi yang diadaptasi, sepertinya bukan rahasia lagi kalau India memang kaya akan berbagai kisah para dewa. Kali ini mengisahkan soal senjata surgawi yang disebut Astra yang digunakan untuk menjaga bumi.

Fyi, kisah mengenai Astra ini memang nyata dan sangat lumrah di kalangan orang India, kamu bisa membaca lebih lengkapnya di Wikipedia.

Senjata Astra ini lekat juga dengan kisah Ramayana dan Mahabarata, makanya para penonton Indonesia juga merasa dekat dengan mitologi ini. Agar plot ini terlihat lebih megah, Ayan Mukerji menambahkan berbagai plot mengenai sihir dan mistis lainnya yang terlihat mulus dan ciamik.

Tapi dari sinilah yang membuat Brahmāstra: Part One-Shiva (2022) sangat berbeda dengan Marvel atau DC. Mereka memiliki ciri khas tersendiri, pasalnya sosok Shiv yang diperankan oleh Ranbir Kapoor tidak memakai seragam apapun.

Setiap anggota yang memiliki Astra, mereka hanya berdandan layaknya orang biasa, bahkan saat mereka menggunakan Astranya. Selain itu, saya merasa film ini lebih menitik beratkan pada sejarah dibanding dengan hal-hal modern atau berkiblat ke film superhero Amerika.

Terlalu Banyak Romansa, Bikin Alurnya Tidak Bernyawa

Terlalu Banyak Romansa, Bikin Alurnya Tidak Bernyawa

Premis utamanya sudah menjanjikan nih, tapi apakah alur ceritanya bakalan bikin penontonnya tercengang? Sayang sekali, saya akan menjawab mengecewakan.

Saya tidak akan mengatakan alur ceritanya buruk, hanya saya kurang masuk akal dan terlalu picisan. Saya tahu dalam Ramayana, Mahabarata hingga kisah soal Dewa tertinggi umat hindu yaitu Dewa Shiwa selalu ada romansa.

Cinta dan pengorbanan adalah salah satu hal penting di setiap kisah para dewa. Namun ketika dua hal tadi dimasukkan dalam plo Brahmāstra: Part One-Shiva (2022), saya rasa kesannya jadi murahan.

Film ini memulai kisahnya dengan sangat baik, tapi alur ceritanya semakin tidak masuk akal. Hal yang paling mengganggu, saya pikir semua orang terlalu polos karena percaya hal-hal tidak masuk akal begitu saja.

Agak konyol melihat gadis modern bisa percaya dengan cerita aneh soal senjata sakti tanpa ada bukti. Hal lainnya, cinta memang jadi salah satu plot penting dalam universe ini. Namun kisah cinta antara Shiv dan Isha terasa buru-buru dan tidak memiliki pondasi kuat.

Untungnya kemistri dari pasangan suami istri Ranbir Kapoor dan Alia Bhatt berhasil menutupi kekurangan ini. Namun porsi romansa yang terlalu banyak, malah mengurangi excitement penonton pada kisah superhero dan mitologinya.

Padahal untuk adegan penutupnya, film ini memberikan pertarungan sengit dari para penjaga Astra dan Junoon. Saya pikir dibanding fokus pada romansa, akan lebih baik jika Ayan Mukerji mengeksplor soal Junoon dan kedua rekannya yang asal usulnya masih misterius.  

Mouni Roy Slay, Sementara Karakter Superheronya Flop

Mouni Roy Slay, Sementara Karakter Superhero-nya Flop

Alih-alih kagum pada sosok superhero-nya, saya justru merasa jatuh cinta pada sosok villain dalam Brahmāstra: Part One-Shiva (2022).

Junoon yang diperankan oleh Mouni Roy berhasil mengambil spotlight dari nama-nama besar seperti Ranbir Kapoor, Alia Bhatt, hingga Amitabh Bachchan dan Shah Rukh Khan. Terobsesi dan berjanji akan mendapatkan Brahmāstra untuk membebaskan Dev.

Karakternya ini sangat misterius, kita tidak tahu siapa dia dan apa hubungannya dengan Dev. Apakah ia murid atau dimanfaatkan oleh Dev. Namun sejenak saya melupakan hal tersebut, karena penampilannya terlihat sangat luar biasa. Aura wanita dingin, kejam dan tidak kenal ampun terpancarkan. Tatapan matanya tajam dan sikap diamnya saja sudah bikin penonton merinding.

Satu-satunya kekurangan dari karakter Junoon yang diperankan oleh Mouni Roy adalah masalah dubbing. Sudah lama sejak saya menonton film Mouni Roy, tapi seingat saya suara sang aktris tidak sama dengan yang ada di film ini.

Sialnya lagi, gerakan mulut dengan dubbing suara yang ditampilkan tidak pas. Aksen bahasa Inggrisnya juga agak kagok, pasalnya cengkok Indianya masih ada tapi dipaksakan jadi halus.

Kehadiran Mouni Roy sebagai Junoon juga membuat karakter superhero lainnya dari Astra terlihat biasa saja. Terlebih lagi development karakter dari pemilik Astra sangat singkat. Sehingga penonton kurang bisa melihat seberapa megah Astra dan Brahmāstra.

Bagi saya, para superhero dalam grup Astra malah terasa seperti tentara biasa yang kurang menarik atau bikin penasaran. Meski tidak begitu memuaskan, sebenarnya Brahmāstra: Part One-Shiva (2022) adalah pembuka universe yang cukup menjanjikan.

Satu-satunya kesalahan fatal dalam film ini adalah terlalu banyak romansa dan plotnya yang kurang mulus. Padahal secara kualitas, film ini memiliki CGI yang menjanjikan, plot yang khas dan etnik serta terasa fresh karena tidak mirip dengan superhero Marvel atau DC.

cross linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram