bacaterus web banner retina

Sinopsis & Review Bilal: A New Breed of Hero (2015)

Ditulis oleh Dhany Wahyudi
Bilal: A New Breed of Hero
3.3
/5
PERHATIAN!
Artikel ini mengandung spoiler mengenai jalan cerita dari film/drama ini.

Seorang budak di kota Makkah menemukan jalan hidayah untuk mengikuti perjuangan Nabi Muhammad dan para sahabatnya dalam menegakkan Islam dan meruntuhkan kesyirikan yang melanda Jazirah Arab pada masa itu. Bilal: A New Breed of Hero adalah film animasi produksi Uni Emirat Arab yang pertama kali dirilis pada 9 Desember 2015 di International Dubai Film Festival.

Penayangan di wilayah Timur Tengah baru dilaksanakan mulai 8 September 2016 dan penayangan internasionalnya dimulai sejak bulan Februari 2018, termasuk di Amerika dan Eropa. Mengisahkan kembali awal mula kelahiran Islam, tetapi dari sudut pandang salah satu sahabat Nabi, menjadi daya tarik tersendiri film yang kemudian di dubbing ke dalam bahasa Inggris oleh aktor-aktris ternama ini.

Lalu, faktor menarik apa lagi yang disajikan oleh film karya duet sutradara Khurram H. Alavi dan Ayman Jamal ini? Simak review kami tentang film yang original song-nya dipersembahkan oleh Akon ini.

Sinopsis

Bilal hidup tenang di luar kota bersama ibu dan adik perempuannya. Kemudian pasukan Bizantium menyerang, membunuh ibunya dan menjadikan dia serta Ghufaira sebagai budak. Bilal dan Ghufaira dibeli oleh salah satu bangsawan suku Quraisy, Umayyah, untuk menjadi budaknya di kota suci tempat Ka’bah berada.

Beranjak remaja, Bilal mengamati kehidupan penduduk Makkah yang menyembah kepada berhala dengan seorang pemimpin agama yang selalu mengenakan topeng dan menjanjikan pengabulan doa dengan mengeruk harta para penduduk kota itu. Shafwan, putra Umayyah, mengganggu Ghufaira dan Bilal membela adiknya dengan mengalahkan Shafwan.

Kabar ini segera sampai ke telinga Umayyah yang kemudian menghukum cambuk Bilal dan memarahi Shafwan yang telah membuatnya malu. Bilal berteman dengan seekor kuda putih sampai dia beranjak dewasa bersama kedua teman akrabnya, Saad sang pemanah dan Suhaib sang pandai besi.

Suatu hari, Bilal menolong seorang pengemis cilik yang ingin mengambil uang persembahan. Bilal melarangnya dan memberikan anak itu makanan. Melihat kebaikan Bilal, Abu Bakar menghampirinya dan berbicara tentang kesetaraan hak sesama umat manusia. Bilal masih ragu dengan apa yang disampaikan salah satu sahabat Nabi paling utama itu, tapi Bilal kemudian beberapa kali menemuinya.

Suatu hari, Abul Hakam, salah satu bangsawan Quraisy, melakukan penganiayaan di tengah kota kepada salah seorang Muslim. Aksinya hendak dihentikan oleh Bilal, tetapi dia gagal. Hamzah, paman Nabi, datang menyelesaikan masalah itu. Di malam perayaan Shafwan, Abul Hakam menceritakan kejadian itu kepada Umayyah dan Shafwan menunjuk Bilal adalah pengikut sang Nabi.

Bilal kemudian disiksa, tetapi dia tidak mengubah imannya. Akhirnya Bilal dieksekusi di tengah lapangan di hadapan penduduk Makkah dengan menimpakan sebuah batu besar ke atas tubuhnya. Abu Bakar membebaskan Bilal dengan menebus harganya dua kali lipat, tapi dia tidak bisa menebus Ghufaira. Bilal kemudian diajarkan keahlian bertarung oleh Hamzah dan mengiringi hijrah kaum Muslim ke Madinah.

Mereka membangun masjid Nabawi dan Bilal menjadi orang pertama yang mengumandangkan azan sebagai penanda masuknya waktu shalat wajib atas perintah Nabi. Setahun kemudian, migrasi penduduk Makkah ke Madinah semakin banyak. Mereka menceritakan penyiksaan yang dilakukan kaum Quraisy kepada kaum Muslim yang membuat Bilal geram dan langsung ke Makkah mengendarai kudanya.

Dikejar oleh Hamzah, mereka akhirnya sampai di Makkah dan menyaksikan pemandangan luar biasa dimana nyaris seluruh kota terbakar. Berusaha mendatangi rumah Shafwan untuk menjemput Ghufaira, Bilal nyaris kehilangan nyawanya karena diserang oleh tentara Quraisy. Untung saja Hamzah datang tepat waktu dan menyelamatkannya.

Setahun berlalu dan semakin banyak kota di Jazirah Arab yang mengikuti risalah Nabi. Kaum Quraisy yang khawatir akan berkembangnya kekuasaan ini, mengumandangkan perang kepada Nabi. Mereka bertemu di Badar dengan jumlah pasukan yang tidak seimbang, pasukan kaum Muslim yang hanya berjumlah 313 orang akan menghadapi seribu orang pasukan Quraisy.

Perang diawali dengan pertarungan tiga orang terbaik dimana pasukan Islam mengirim Hamzah, Ali dan salah seorang sahabat Nabi. Tiga pahlawan Islam itu menang dengan mudah dan perang pun berkobar. Tiba-tiba datang pasukan malaikat berjubah putih dalam jumlah ribuan membantu perjuangan pasukan Islam. Bilal berhasil membunuh Umayyah di perang ini.

Kematian Umayyah mengundang kemarahan Shafwan yang menyatakan perang lagi, yaitu Perang Uhud. Kali ini pasukan Islam kalah dan Hamzah terbunuh. Beberapa tahun kemudian, seluruh Jazirah Arab sudah menjadi satu kekuatan dibawah panji Islam dan masuk dengan damai ke kota Makkah. Berhala-berhala dihancurkan dan azan dikumandangkan oleh Bilal dari atas Ka’bah.

Bilal mendatangi Shafwan dan meminta penjelasan kenapa dia membunuh Ghufaira. Ternyata, Ghufaira masih hidup dibawah pengawasan Shafwan. Bilal pun memaafkan Shafwan yang kemudian memerdekakan Ghufaira.

Biografi Singkat Bilal

Bilal bin Rabah adalah salah satu sahabat Nabi yang dijanjikan masuk surga. Jejak langkahnya dalam mengiringi perjuangan Nabi menjadi inspirasi bagi umat Islam, terutama tentang kesetaraan hak asasi manusia. Dilahirkan di Makkah dari keluarga budak, meski ibunya adalah putri kerajaan Abyssinia yang dijadikan budak setelah kerajaan mereka diserang.

Bilal kemudian menjadi budak dari Umayyah, salah satu bangsawan kaum Quraisy. Dia disiksa karena mengikuti ajaran Nabi, tapi kemudian dimerdekakan oleh Abu Bakar. Setelah hijrah ke Madinah, Bilal memegang peranan penting dalam penegakan syariat Islam, salah satunya adalah sebagai pengumandang azan pertama (muazin). Sehingga setelahnya seringkali seorang muazin itu dipanggil dengan sebutan bilal.

Bilal juga mengiringi berbagai peperangan bersama Nabi, antara lain di Perang Badar dan Perang Uhud. Nabi Muhammad pernah bertanya kepada Bilal tentang amalan apa yang dia lakukan sehingga Tuhan menjanjikannya surga di akhirat nanti. Bilal menjawab bahwa dia tidak pernah terlewat untuk melakukan shalat sunnah setelah berwudhu. Ini bukti amalan ringan yang dilakukan secara rutin berbuah surga.

Baca juga: Film Animasi Non-Hollywood Terbaik Sepanjang Masa

Keindahan Animasi Bernuansa Padang Pasir

Animasi yang diolah oleh studio Barajoun untuk film berdurasi 1 jam 45 menit ini sangat indah. Bernuansa padang pasir khas Arabia, mata kita akan dimanjakan dengan dinamisnya pergerakan para karakter dan lansekap di belakangnya. Setiap adegan aksinya, yang sebenarnya cukup keras untuk ditonton oleh anak-anak, sangat memukau. Apalagi ketika ditampilkan dengan efek slow-motion.

Dan yang paling mempesona ialah pertempuran di gurun Badar yang terlihat sangat detail dalam pengerjaannya. Dibutuhkan ratusan gambar untuk pasukan, senjata dan kuda-kudanya, tim animasi sempat ragu untuk mewujudkannya. Kemudian mereka merekrut beberapa pendekar dari Cina untuk beraksi yang kemudian disempurnakan dalam bentuk animasi.

Panorama kota Makkah masa lampau digambarkan cukup akurat dengan penampakan Ka’bah yang disesuaikan dengan banyaknya riwayat shahih terkait kiblat umat Islam tersebut. Bahkan di beberapa kesempatan, kita disuguhkan sudut pandang first person, seolah kita menjadi karakternya. Intinya, secara keseluruhan, penampilan animasi film ini tidak mengecewakan.

Hanya saja untuk ekspresi para karakternya masih kurang detail, sehingga kita tidak dapat melihat perubahan mimik karakternya secara signifikan. Meski ini hal kecil, mungkin tidak akan terlalu mengganggu kenikmatan kita saat menonton, tapi sudah seharusnya para animator tidak mengabaikan salah satu faktor penting dari akting di dunia animasi ini.

Perjuangan Kesetaraan Manusia

Menjadikan Bilal sebagai tokoh utama dalam film yang menggelar sejarah awal berdirinya Islam, menyampaikan sebuah pesan moral yang baik tentang kemanusiaan, dimana Islam memandang semua manusia memiliki hak yang sama, tidak ada kasta dan diskriminasi dalam agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad ini.

Pesan ini sudah digaungkan sejak 14 abad yang lalu, tapi buktinya hingga saat ini masih saja ada tindakan diskriminasi bernada rasis yang menimpa banyak orang dan golongan. Islam sendiri menyatakan bahwa Tuhan tidak memandang golongan dan fisik seseorang, tapi Dia memandang amalannya. Dari sisi ini, Bilal menjadi pionir dan inspirasi bagi kaum budak di masa setelahnya untuk mendapatkan kemerdekaan.

Bilal: A New Breed of Hero menjadi sebuah film animasi yang spektakuler dari sisi animasi dan sarat pesan positif dari sisi cerita. Jalinan kisah yang mengalir lancar membuat kita sanggup menyimaknya hingga akhir film. Ada beberapa adegan dramatisasi terhadap sosok para sahabat Nabi yang terkenal saat kemunculannya yang cukup menggugah semangat, seperti kehadiran Hamzah dan Ali.

Seperti film-film tentang perjuangan Nabi Muhammad lainnya, sosok Rasul mulia ini tidak diperlihatkan sama sekali. Hanya beberapa sahabat Nabi yang dihadirkan, seperti Abu Bakar, Hamzah dan Ali. Hal ini sudah menjadi keputusan bersama para ulama Islam untuk tidak menampilkan penggambaran Nabi Muhammad dalam media apapun, termasuk lukisan dan film.

Film ini menuai banyak penghargaan dari berbagai ajang festival film animasi, antara lain Best Feature Film dari Annecy Internatioanl Animated Film Festival di Prancis, Best Inspiring Movie di Cannes Festival, Best Animated Feature Film dari Asia Pacific Screen Awards, dan Best Innovative Movie dari BroadCast Pro Middle East Award. Jadi tidak perlu ragu untuk menyaksikan film ini ya!

cross
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram