bacaterus web banner retina

Sinopsis & Review Ben Is Back, Kasih Sayang Ibu Tanpa Batas

Ditulis oleh Aditya Putra
Ben Is Back
4
/5
PERHATIAN!
Artikel ini mengandung spoiler mengenai jalan cerita dari film/drama ini.

Dalam lirik lagu Kasih Ibu yang sering dinyanyikan ketika kita kecil, ada bait yang menyatakan bahwa kasing sayang seorang ibu itu tanpa batas. Walau sudah tumbuh dewasa, sosok ibu seringkali menganggap kita masih anak-anak. Ketika sakit, sosok yang paling diinginkan supaya hadir adalah ibu karena beliau yang paling mengerti dan bisa memberi ketenangan.

Kebaikan ibu kadang nggak berbanding lurus dengan sang anak. Anak seringkali berbuat sesuatu yang akan membuat ibu cemas bahkan bisa sampai marah. Walau marah, ibu akan tetap menyayangi. Seperti di film Ben Is Back yang menceritakan kembalinya Ben yang sering berbuat onar ke tengah keluarganya. Bagaimana lengkapnya? Yuk simak sinopsis dan review filmnya berikut ini.

Sinopsis

Holly Burns-Beeby membawa anak-anaknya berbelanja untuk keperluan Natal. Ketika sampai di rumah, dia dikejutkan dengan kehadiran Ben di depan rumah. Ben sedang menjalani rehab karena kecanduan narkoba dalam beberapa bulan terakhir. Maka dari itu, dia nggak seharusnya boleh pulang ke rumah.

Ben mengatakan bahwa dia diijinkan untuk pulang. Holly senang anak lelakinya pulang sekaligus harus waspada karena sewaktu-waktu Ben bisa mengonsumsi narkoba lagi. Kedatangan Ben nggak mendapat reaksi positif dari ayah tirinya, Neal Beeby. Bagi Neal, Ben seharusnya tetap berada di rehab karena belum sepenuhnya sembuh.

Holly mengabaikan reaksi Neal dan mengajak Ben untuk berbelanja. Di mall, Holly dan Ben bertemu dengan dokter yang dulu menangani Ben tapi kini sudah menderita demensia. Holly menyalahkannya karena pernah menyuntikkan penghilang rasa sakit ketika Ben cedera yang mengakibatkan Ben ketagihan.

Merasa tertekan kembali ke lingkungan yang banyak membawa kenangan buruk, Ben menyatakan pada ibunya bahwa dia perlu melakukan konseling. Holly mengantar Ben pada grup konseling. Ben menceritakan bagaimana dia nyaris overdosis tapi diselamatkan oleh sang ibu dan anjing peliharaan keluarga, Ponce.

Ben dan Holly kembali ke mall untuk membeli pakaian. Melihat tingkah Ben mencurigakan, Holly mendesak Ben kalau-kalau dia membawa narkoba. Ben yang sempat menyangkal akhirnya menyerah. Holly menemukan narkoba yang disembunyikan Ben. Ben menyatakan mendapat narkoba dari salah satu anggota grup konseling.

Pada malam Natal, Holly membawa serta seluruh keluarganya untuk acara malam Natal. Holly bahagia karena Ben mulai berubah. Ketika kembali ke rumah, Neal menemukan rumah berantakan. Ternyata ada seseorang yang masuk ke rumah keluarga Neal. Holly dan anak-anaknya mencari kalau-kalau ada barang berharga yang hilang. Ternyata nggak ada yang hilang, hanya saja Ponce nggak menghampiri ketika dipanggil.

Panik karena kehilangan anjing kesayangan keluarga, Neal, Holly dan anak-anaknya bertugas mencari Ponce di dalam rumah. Sementara Ben memilih mencari Ponce ke luar rumah. Ben justru menganggap bahwa hilangnya Ponce berkaitan dengan kembalinya dia ke rumah. Merasa bertanggung jawab atas kekacauan yang ada, Ben berusaha memperbaikinya.

Holly pergi mencari Ben dan berhasil menemukannya. Mereka berdua memutuskan untuk makan bersama. Ben mengaku bahwa dia pernah membuat seorang perempuan kecanduan narkoba bahkan sampai meninggal karena overdosis. Setelah makan, mereka bertemu dengan Spencer, teman masa kecil Ben. Keduanya pun bertengkar.

Spencer membangkitkan ketakutan Ben dengan menyebut nama Clayton. Clayton adalah pengedar narkoba dan Ben pernah bekerja untuknya. Spencer mengatakan bahwa orang yang mengambil Ponce adalah Clayton. Ben meminta ibunya agar pulang karena keadaan terlalu berbahaya dan dia ingin menyelesaikan masalah ini sendiri, tapi Holly menolak.

Setelah mengisi bensin, Ben meminta ijin pada Holly untuk membeli barang di toko swalayan. Setelah cukup lama, Ben nggak kunjung datang. Sementara itu, Ben menghampiri Clayton. Ben berniat menebus Ponce tapi Clayton menolak. Clayton akan memberikan Ponce asalkan Ben mau mengantarkan narkoba seperti dulu untuk terakhir kalinya. Apakah yang akan dilakukan Ben?

Drama Keluarga yang Intens

Kembalinya Ben sebelum Natal menimbulkan reaksi positif sekaligus negatif. Holly bahagia karena bisa berkumpul dengan semua anaknya. Selain itu, ruang gerak Ben menjadi sempit karena Holly melakukan pengawasan selama 24 jam. Apalagi Holly makin tersentuh melihat Ben seperti menebus waktunya yang hilang dengan menghabiskan waktu bersama adik-adiknya.

Reaksi positif Holly nggak sama dengan Neal dan Ivy. Neal merasa Ben sebaiknya dijauhkan dari keluarga karena bisa memberi pengaruh buruk pada anak-anaknya yang masih kecil. Apalagi rehab yang dijalani baru beberapa bulan. Ivy merasa bimbang, di satu sisi dia senang tapi di sisi lain khawatir sang kakak akan kembali menggunakan narkoba. Terlebih, masih banyak teman Ben yang belum sepenuhnya lepas dari narkoba.

Konflik memanas ketika Ben pergi mencari Ponce. Neal yang meminta Holly membiarkan Ben mendapat tanggapan keras dari Holly agar nggak perlu mengurusi Ben. Neal pun bereaksi keras ketika kehadiran Ben mulai menimbulkan kekacuan. Dia menyatakan kalau saja Ben keturunan Afrika-Amerika, dia pasti berada di penjara bukan di rumah atau tempat rehab.

Baca juga: Rekomendasi Film Tentang Ibu yang Seru dan Penuh Haru

Transisi dari Drama ke Thriller

Ben Is Back menampilkan drama keluarga selama paruh pertama film. Kedatangan Ben membawa polemik baru dalam keluarga. Masalah kecanduan Ben pada narkoba ditampilkan dengan jelas. Holly yang tampak bahagia kedatangan anaknya, tetap menyimpan curiga. Dia memeriksa kamar Ben kalau-kalau Ben menyimpan narkoba. Bahkan dia menyiapkan alat tes urine.

Separuh kedua film ini mengalami transisi menjadi kental dengan nuansa thriller. Upaya Ben mencari Ponce membuatnya kembali berhubungan dengan Clayton. Sementara Holly yang nggak tahu betul lingkaran pertemanan anaknya, mencari informasi dari orang-orang yang dia tahu. Tempo pun dinaikan sebagaimana Holly khawatir kalau Ben akan kembali terjerumus ke dunia narkoba.

Pergeseran dari drama keluarga ke thriller ini hebatnya bisa dikemas dengan mulus. Kita nggak akan menemukan plot hole tapi malah terbawa masuk ke dalam cerita. Cerita mengerucut pada upaya Ben yang terlepas benar atau salah, mencoba memperbaiki segala kekacauan yang dia sebabkan. Sementara Holly tetap berpegang pada prinsipnya yaitu nggak membiarkan anaknya kecanduan narkoba lagi.

Chemistry Lucas Hedges dan Julia Roberts

Lucas Hedges berperan sebagai Ben di film Ben Is Back. Dia begitu piawai masuk ke dalam karakter Ben. Adegan Ben gelisah karena kembali ke sudut-sudut rumah tempat yang dulu dipakainya mengonsumsi narkoba layak diberi apresiasi lebih. Hedges bisa membuat karakter Ben yang memancing simpati terasa hidup.

Julia Roberts nggak kalah hebatnya berperan sebagai Holly. Dia bisa menunjukkan sosok Holly sebagai seorang ibu yang tegas, tangguh, bisa berlaku keras tapi juga menyimpan kerapuhan. Ekspresi, gestur dan nada bicara yang ditunjukkan Roberts begitu meyakinkan seakan-akan dia benar-benar sosok ibu Ben di dalam cerita film ini.

Chemistry Hegdes dan Roberts terlihat jelas dalam adegan-adegan yang menampilkan interaksi keduanya. Adegan Holly menguatkan Ben ketika berada di tempat makan merupakan bukti keduanya bisa begitu cair memerankan karakter anak dan ibu. Begitu juga adegan ketika Ben berjanji nggak akan menggunakan narkoba lagi sambil berlutut, ekspresi Holly yang ingin percaya tapi nggak bisa percaya sepenuhnya terlihat begitu nyata.

Ben Is Back merupakan film drama berdurasi 104 menit yang menyentuh. Kehangatannya bisa disampaikan dengan baik melalui setiap adegan yang ditampilkan. Bagi yang ingin merasakan emosinya dikoyak habis-habisan, film karya Peter Hedges ini masuk dalam kategori wajib tonton. Suka film tentang ibu dan anak? Bagikan pendapatmu di kolom komentar yuk!

cross
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram