bacaterus web banner retina

Sinopsis & Review Balls of Fury: Pingpong untuk Menjebak Kriminal

Ditulis oleh Aditya Putra
Balls of Fury
3
/5
PERHATIAN!
Artikel ini mengandung spoiler mengenai jalan cerita dari film/drama ini.

Di dunia ini, ada banyak cabang olahraga yang digemari masyarakat. Cabang olahraga yang digemari di suatu negara bisa jadi berbeda dengan di negara lain.

Di Indonesia sendiri, sepak bola dan bulu tangkis menjadi cabang olahraga yang paling digemari. Sementara itu, di Amerika sana, masyarakatnya lebih menggemari basket ketimbang olahraga lainnya.

Di antara berbagai cabang olahraga, ada yang sering bisa kita jumpai di lingkungan sekitar. Olahraga itu adalah tenis meja atau yang dikenal juga dengan pingpong. Dengan bet, bola, serta meja pingpong yang ukurannya relatif nggak terlalu besar, kita bisa bertanding baik perorangan maupun beregu.

Nah, ada satu film seru yang mengambil tema pingpong, yaitu Balls of Fury. Simak sinopsis dan review-nya yuk!

Baca juga: Film Tentang Olahraga Terbaik yang Dibuat oleh Disney

Sinopsis

balls of fury_Sinopsis_

Randy Daytona ketika kecil dikenal karena memiliki kemampuan spesial dalam olahraga pingpong. Dia digadang-gadang akan menjadi atlet besar. Di usia 11 tahun, dia mengikuti sebuah kompetisi pingpong.

Ayahnya mempertaruhkan kehidupannya karena yakin sang anak akan menang. Mengingat pertaruhan yang besar, Daytona merasakan gugup menjelang pertandingan.

Daytona pun mengalami masalah, sehingga dia cedera. Nggak mampu melanjutkan pertandingan, dia pun dinyatakan kalah oleh pemain pingpong asal Jerman Timur, Karl Wolfschtagg.

Alhasil, sang ayah harus meregang nyawa karena dibunuh oleh anak buah seorang gembong kriminal, Feng. Merasa trauma, Daytona pun melepaskan mimpinya menjadi atlet pingpong.

Berselang 19 tahun kemudian, Daytona bekerja di sebuah tempat kasino. Kemampuannya dalam bermain pingpong menjadi hiburan tersendiri bagi para pengunjung.

Salah satu pengunjung adalah Ernie Rodriguez, seorang anggota FBI. Ketika Daytona dipecat, Ernie mengajak Daytona bergabung dalam sebuah misi untuk menangkap Feng.

Ernie mengatakan bahwa Feng mengadakan turnamen pingpong gelap di sebuah hutan yang sulit dijangkau oleh orang-orang kebanyakan. Dengan bergabungnya Daytona, FBI bisa menyelidiki lebih lanjut segala tindakan kriminal yang dijalankan oleh Feng.

Daytona pun setuju untuk bergabung. Namun, Ernie menyatakan bahwa Daytona perlu memenangkan pertandingan sebanyak-banyaknya agar dilirik oleh pemandu bakat kepercayaan Feng.

Sayangnya, upaya Daytona bersinar di turnamen pingpong nggak berjalan mulus. Dia harus menelan kekalahan. Karena itu, dia dikenalkan dengan seorang tunanetra yang merupakan pelatih pingpong, Wong, yang dulu menjadi mentor bagi Feng.

Daytona juga dikenalkan dengan keponakan dari Wong, Maggie. Daytona lalu berlatih keras di bawah pimpinan Wong.

Warga lokal menilai Wong sudah menyalahi aturan karena melatih seorang kulit putih. Wong pun dipaksa untuk mengirim anak asuhnya bertanding melawan The Dragon, seorang pemain pingpong lokal. Apabila anak asuh Wong berhasil menang, maka Wong boleh mengajar siapa saja di tempat latihannya.

Untungnya, Daytona berhasil mengalahkan The Dragon. Dia bersama Ernie dan Wong pun dibawa ke fasilitas Feng. Sesampainya di sana, Feng langsung menyertakan Daytona ke dalam turnamen.

Lawan pertama Daytona adalah Freddy “Fingers” Wilson. Dia kemudian menyadari bahwa turnamen ini punya pertaruhan yang ekstrem. Peserta yang kalah akan ditembak menggunakan sumbu beracun oleh kepala pelayan Feng, Mahogany.

Selepas mengalahkan Fingers, Daytona mencoba melarikan diri dari fasilitas Feng karena ketakutan. Upaya Daytona yang gagal justru membuat Feng mengundangnya.

Feng mengungkapkan bahwa Daytona baru belajar separuh dari seluruh kemampuan Wong. Dia pun membujuk Daytona dengan mengatakan bahwa kemenangan Daytona tanpa bimbingan Wong, akan jauh lebih berharga.

Feng menunjukkan meja pingpong khusus miliknya pada Daytona. Meja itu dilengkapi dengan kawat yang bisa menyetrum pemain. Sementara itu, Daytona berhasil menemukan bahwa Feng terlibat dalam jual beli senjata ilegal.

Dia memberitahukan informasi itu pada Ernie. Ernie pun mulai menginvestigasi fasilitas milik Feng, sementara Daytona mulai terjun dalam turnamen. Daytona akhirnya sampai final dan harus melawan Wolfschtagg. Bisakah dia akhirnya mengalahkan musuhnya dulu?

Pingpong, Laga, dan Komedi

balls of fury_Pingpong, Laga, dan Komedi_

Bagi yang mengharapkan Balls of Fury akan menjadi film bertema olahraga yang menekankan permainan pingpong sesungguhnya, maka akan dibuat kecewa. Pasalnya, film ini lebih mirip dengan film laga tahun 80-an. Pingpong hanya menjadi komponen pelengkap untuk mendukung cerita yang penuh dengan nuansa komedi.

Nggak ada perjuangan khas film biopik atau adegan latihan yang intens agar Daytona bisa menjadi atlet yang unggul. Yang ada adalah segala kekacauan yang terus-menerus muncul ketika Daytona menjalani misi untuk mengungkap kejahatan Feng.

Adegan-adegan yang ditampilkan pun lebih banyak yang di luar akal sehat, lengkap dengan segala kekonyolan tentang pertandingan pingpong yang dengan sengaja dibuat gila.

Secara sinematografi, film ini banyak menggunakan fast forwards serta efek untuk mendukung pertandingan pingpong yang jauh dari kata biasa. Sayangnya, editing dari adegan-adegan yang ditampilkan lebih cocok untuk membuat film ini seperti sebuah game.

Nggak mengherankan kalau film ini sukses besar dan mendapat apresiasi positif di Comic Con yang dilanjutkan dengan dirilis versi game dari film ini.

Cerita Terlampau Acak

balls of fury_cerita terlampau acak_

Balls of Fury menyajikan sebuah tontonan dengan alur cerita yang sangat acak. Mulai dari pingpong yang mempertaruhkan nyawa sampai investigasi atas tindakan kriminal Feng.

Dua elemen yang jauh berbeda itu sayangnya nggak dikemas dengan apik sampai menjadi sesuatu yang bisa dinikmati. Yang ada, cerita acak yang satu akan berlanjut dengan cerita acak yang lain sampai akhir.

Film garapan sutradara Robert Ben Garant ini sepertinya lebih ingin berfokus pada sisi komedinya. Selain cerita yang absurd, pendalaman karakter pun sangatlah minim.

Akhirnya, kita hanya diajak mengikuti cerita Daytona mengikuti turnamen yang diselenggarakan Feng tanpa pernah merasa terikat dari sisi emosional. Sebagai gantinya, hiburan berupa kekonyolan akan terus berdatangan.

Salah satu adegan yang bisa merepresentasikan betapa absurd Balls of Fury adalah ketika Daytona harus bertanding pingpong dengan The Dragon.

Nama sangar The Dragon itu malah dimiliki oleh seorang anak perempuan muda yang masih menonton Dora. Belum lagi, adegan Daytona ketika bermain pingpong dengan perubahan peraturan sesuai dengan keinginan Feng.

Cast yang Potensial

balls of fury_Cast yang Potensial_

Baca Juga: Daftar Film Komedi Terbaik Sepanjang Masa

Bagi yang terbiasa menonton film-film yang dibintangi Dan Fogler, mungkin akan lebih mudah memahami mengapa dia terpilih menjadi Daytona di Balls of Fury.

Cara berkomedinya di film yang absurd mungkin menjadi alasan mengapa dia terpilih menjadi karakter utama di film ini. Tapi Balls of Fury punya beberapa nama lain yang potensial untuk membuat tontonan lebih menarik.

Christopher Walken merupakan nama paling besar di jajaran cast film ini. Sayangnya, dia seperti menjadi parodi bagi dirinya sendiri. Ada pula Terry Crews yang bisa melakukan adegan konyol dengan posturnya yang tinggi dan kekar. Crews hanya tampil dalam durasi yang sebentar walau cukup memberi hiburan dalam kemunculannya.

Balls of Fury merupakan film yang memberi sajian berupa kekonyolan yang nyaris nggak berhenti dalam durasi sepanjang 90 menit. Film ini cocok bagi yang ingin mendapat hiburan ringan tanpa berpikir panjang walau sepertinya akan mudah dilupakan.

Suka nonton film absurd? Kalau punya rekomendasi film lain, langsung bagikan di kolom komentar yang Bacaterus sediakan, yuk!

cross
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram