bacaterus web banner retina

Sinopsis dan Review Film Back to the Future (1985)

Ditulis oleh Dhany Wahyudi
Back to the Future
4
/5
PERHATIAN!
Artikel ini mengandung spoiler mengenai jalan cerita dari film/drama ini.

Marty McFly secara tidak sengaja terlempar ke masa lalu, tepatnya 30 tahun yang lalu, dengan mengendarai mobil DeLorean yang sudah dimodifikasi menjadi mesin waktu oleh teman dekatnya, Doc Brown, seorang ilmuwan eksentrik. Sejak dirilis oleh Universal Pictures pada 3 Juli 1985, Back to the Future sudah banyak meraih prestasi dan kesuksesan, baik secara komersil juga kualitas.

Siapa sangka jika film yang sempat tidak akan pernah diproduksi ini menjadi salah satu film terbaik sepanjang masa. Steven Spielberg adalah sosok penting di balik semua ini yang sangat percaya dengan ide dan kemampuan sutradara Robert Zemeckis yang merupakan sineas muda kala itu yang baru mengantongi tiga film saja dalam filmography-nya.

Film ini memberikan banyak pengaruh dalam budaya populer di era 1980 an yang bahkan masih dikenal hingga saat ini. Back to the Future adalah film perdana dari trilogi yang sukses dan menjadi franchise yang menguntungkan di berbagai media. Simak review kami tentang film sci-fi klasik yang sudah bisa ditonton ulang di Netflix ini.

Sinopsis

Sinopsis

Tahun 1985, Marty McFly adalah seorang remaja yang hidup di dalam keluarga yang berantakan. Ayahnya selalu di-bully oleh Biff Tannen, atasan yang juga teman sekolahnya dulu. Ibunya adalah seorang alkoholik dengan berat badan yang berlebih. Sedangkan kedua kakaknya termasuk orang-orang yang kurang pergaulan. Sebagai gitaris, Marty kecewa ketika bandnya tidak lolos audisi.

Malam itu Marty bertemu dengan Doc di parkiran sebuah mall untuk melakukan uji coba penemuan terbarunya, yaitu mesin waktu dalam bentuk sebuah mobil DeLorean. Saat hendak mencobanya, Doc ditembak oleh teroris Libya karena telah mencuri plutonium dari mereka untuk bahan bakar mesinnya. Marty tancap gas dan menembus waktu ke tanggal 5 November 1955, hari bersejarah bagi Doc.

Sampai di tahun 1955, Marty tidak bisa kembali karena kehabisan plutonium. Dia mencari alamat Doc dan bertemu ayahnya, George McFly, yang ternyata sudah di-bully oleh Biff sejak remaja. Marty menyelamatkan George dari kecelakaan yang membuatnya pingsan dan tersadar berada di rumah Lorraine, ibunya. Lorraine kemudian jatuh cinta kepada Marty.

Marty menemui Doc di rumahnya dan menjelaskan jika dirinya berasal dari masa depan. Untuk mengembalikan Marty dibutuhkan plutonium atau tenaga listrik berkekuatan 1,21 gigawatt yang hanya bisa didapatkan dari sambaran petir. Marty memperlihatkan brosur gedung pengadilan yang pernah disambar petir di tahun 1955 yang menimbulkan ide gila dari Doc.

Perasaan cinta Lorraine kepada Marty berakibat fatal untuk masa depan keluarganya dimana gambar mereka di dalam foto mulai menghilang. Marty harus bisa menyatukan George dengan Lorraine. Marty mengajak Lorraine ke pesta dansa sebagai bagian dari rencananya bersama George. Tapi terjadi rintangan ketika Biff menyekap Marty dan mengganggu Lorraine.

George yang datang sesuai rencana, harus berhadapan dengan Biff. Tapi kali ini George berhasil memukulnya hingga pingsan dan menyelamatkan Lorraine. Marty diselamatkan oleh band yang tampil di pesta itu yang menyebabkan tangan gitaris mereka terluka. Marty harus tampil bersama band agar George dan Lorraine bisa berdansa dan jatuh cinta.

Setelah memastikan tugasnya menyatukan ayah dan ibunya selesai, Marty menuju gedung pengadilan untuk bertemu Doc yang sudah mempersiapkan semuanya. Terjadi beberapa kendala yang berhasil Doc atasi dan Marty kembali ke tahun 1985 beberapa saat sebelum kejadian di parkiran mall terjadi. Karena mobilnya mogok, Marty harus berlari dan hanya bisa menyaksikan kejadian itu terulang kembali.

Menangis di sisi Doc, Marty terkejut ketika Doc terbangun. Ternyata Doc memakai rompi anti peluru dan menyimpan surat peringatan dari Marty yang sudah direkatkan kembali setelah sebelumnya pernah dia sobek di tahun 1955. Marty pulang ke rumah dan menemui nasib keluarganya berubah, dimana ayahnya sukses menjadi penulis dan Biff hanya menjadi pesuruh ayahnya.

Kisah Fiksi Ilmiah yang Inventif

Kisah Fiksi Ilmiah yang Inventif

Back to the Future menampilkan kisah fiksi ilmiah klise, yaitu menembus lorong waktu, tapi dengan unsur hiburan yang sangat baik di segala sisi, mulai dari mesin waktunya sendiri yang berupa mobil DeLorean, perumusan cara untuk mengoperasikan mesin itu, perbedaan budaya yang terjadi hingga problematika cinta salah persepsi. Semua dikemas dalam skala yang ringan tapi tidak murahan.

Kejelian dan kesabaran Robert Zemeckis dan Bob Gale dalam mengolah naskahnya, dimana mereka harus menunggu selama tiga tahun dengan banyak penolakan, membuat hal sekecil apapun menjadi penting dan berpengaruh kepada jalinan cerita. Kedetailan cerita yang mereka tampilkan, anehnya menimbulkan kenikmatan tersendiri bagi penonton yang dibuat cepat mengerti tanpa harus berpikir rumit.

Banyak hal unik yang ditampilkan terkait referensi budaya populer di masanya, antara lain presiden Amerika Serikat di tahun 1985 adalah Ronald Reagan yang di tahun 1955 masih berprofesi sebagai aktor. Selain itu walikota fiktif di tahun 1985, ternyata masih menjadi karyawan café di tahun 1955 yang baru berniat melanjutkan sekolahnya lagi dan diberi ide oleh Marty untuk menjadi walikota.

Masih ada lagi yang lebih lucu, ketika Marty memainkan lagu “Johnny B. Goode”, yang baru populer di tahun 1958, yang membuat pengunjung pesta terheran-heran, dan vokalis band yang bernama Marvin Barry langsung menghubungi sepupunya, Chuck Berry, yang dikenal sebagai pencipta lagu tersebut. Selain itu masih ada lagi tentang asal-usul skateboard yang digunakan Marty saat kabur dari Biff.

Film Klasik Banjir Prestasi

Film Klasik Banjir Prestasi

Dalam proses produksinya, Back to the Future sempat mengalami berbagai kendala, salah satunya adalah penggantian pemeran utamanya. Awalnya, Michael J. Fox adalah pilihan utama, tetapi produser Family Ties, sitcom yang dibintangi Fox, tidak mengizinkannya karena akan merusak jadwal syuting acara mereka. Setelah melalui proses casting yang rumit, akhirnya terpilihlah Eric Stoltz sebagai pemeran utama.

Syuting dimulai pada bulan November 1984 dan hasilnya tidak memuaskan Zemeckis sama sekali. Melalui negosiasi Steven Spielberg kepada produser Family Ties, akhirnya Michael J. Fox diberikan waktu untuk melakukan syuting film ini dan Stoltz dipecat di bulan Januari 1985. Dengan hadirnya Fox, dilakukanlah syuting ulang untuk beberapa adegan, termasuk mengganti pemeran karakter kekasih Marty.

Proses syuting dipercepat karena mengejar tenggat rilis di bulan Juli 1985 yang berakibat saat penayangan awal (test screening), special effect yang ditampilkan belum sempurna dan editingnya masih kasar. Tapi mayoritas penonton saat itu ternyata sangat menyukainya. Pada saat perilisannya, 3 Juli 1985, polesan special effect sudah diselesaikan oleh Industrial Light & Magic dengan sempurna.

Hasilnya? Tentu saja film ini disukai oleh penonton segala usia karena unsur hiburan maksimal yang disajikan di dalamnya. Di tangga box-office, film ini berhasil meraup pendapatan sebesar $210 juta dan menjadi film terlaris di tahun 1985. Di ajang Academy Awards, film ini berhasil meraih Oscar di kategori Best Sound Effects Editing dan dinominasikan di tiga kategori lainnya.

Lagu tema “The Power of Love” yang dibawakan oleh Huey Lewis and the News menjadi pemuncak Billboard Hot 100 yang semakin mengabsahkan kepopuleran filmnya. Tentu saja kemudian semua media memberikan rating yang tinggi, IMDb memberikan 8,5 dengan Metascore sebesar 87 serta cap certified fresh dari Rotten Tomatoes semakin melengkapi kejayaan film ini.

Pengaruh Terhadap Budaya Populer

Pengaruh Terhadap Budaya Populer

Sebagai salah satu film tersukses, Back to the Future memberikan dampak yang besar terhadap budaya populer yang terjadi di masa itu hingga saat ini. Film ini sudah menyandang status klasik ketika terdaftar di National Film Registry di tahun 2007 dan sangat disukai oleh Ronald Reagan, mantan presiden Amerika Serikat yang diceritakan di dalam filmnya

Selain itu, film ini juga dianggap bertanggung jawab menjadikan skateboard diterima oleh publik dan digandrungi oleh para remaja pada umumnya yang memudarkan anggapan bahwa skateboard hanyalah permainan bagi kalangan remaja badung saja. Band pop-rock asal Inggris, McFly, mengambil nama bandnya dari tokoh utama film ini, Marty McFly.

Kejayaan Back to the Future tidak hanya berhenti di situ saja, dua sequel-nya yang dirilis pada tahun 1989 dan 1990 juga sukses besar yang membuat pengaruh film ini merambah ke berbagai media, antara lain serial TV animasi, video games, komik, board games, pakaian, musik, buku, makanan, mainan, koleksi dan wahana di taman bermain milik Universal Studio.

Dengan segala kesuksesan ini, tentunya Back to the Future menjadi film pilihan utama dan rekomendasi terbaik untuk ditonton bersama seluruh anggota keluarga. Dijamin, semua akan terhibur karenanya. Jadi jangan tunggu lebih lama lagi. Segera saksikan film ini yang triloginya disajikan secara lengkap di Netflix.

cross
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram