bacaterus web banner retina

Sinopsis & Review Ayat-Ayat Cinta, Kisah Aisha, Fahri dan Maria

Ditulis oleh Suci Maharani R
Ayat-Ayat Cinta
4
/5
PERHATIAN!
Artikel ini mengandung spoiler mengenai jalan cerita dari film/drama ini.

Menjadi salah satu film paling populer di tahun 2008, Ayat-Ayat Cinta (2008) memperlihatkan cinta dari sudut pandang agama Islam. Makanya menurut Hanung Bramantyo selaku sutradara, menggarap film ini ternyata sangat sulit dan penuh beban. Pasalnya film ini terinspirasi dari novel best seller karya Habiburrahman El Shirazy.

Beban lainnya yang tidak kalah pelik, ketika misi untuk berdakwah harus berbenturan dengan misi komersial. Hebatnya dengan segala kesulitan yang ada, Ayat-Ayat Cinta (2008) berhasil mendapatkan Rekor Muri Indonesia. Bahkan karena film ini, trio Fedi Nuril, Rianti Cartwright dan Carissa Putri mulai menapaki kesuksesan dalam karirnya.

Sinopsis

Review Ayat-Ayat Cinta

Mengisahkan kehidupan seorang mahasiswa Indonesia yang di Kairo, pria tersebut bernama Fahri bin Abdullah Shiddiq (Fedi Nuril). Fahri sedang mengejar gelar masternya di Al-Azhar, pria ini dikenal sebagai sosok yang ramah, sopan dan baik hati. Tak heran jika Fahri bisa dekat dengan orang-orang dari berbagai kalangan dan sangat dicintai oleh guru-gurunya.

Tapi hal yang tidak pernah disadari oleh Fahri, ternyata para wanita yang ada di dekatnya telah jatuh cinta padanya. Mulai dari Maria (Carissa Putri) gadis yang tinggal dalam gedung flat yang sama dengannya, Nurul (Melanie Putria) teman sekolahnya, hingga Noura (Zaskia Adya Mecca). Hingga suatu hari sang guru mengatakan Fahri sudah siap menikah, lalu menawarkannya untuk melakukan taaruf.

Pada awalnya Fahri merasa dirinya belum layak, karena tidak memiliki pekerjaan tetap hingga soal dirinya yang berasal dari keluarga sederhana. Tapi berkat dukungan dari para sahabat, Fahri akhirnya mau melakukan taaruf dengan gadis pilihan gurunya. Saat mereka bertemu, Fahri tertegun karena wanita tersebut adalah Aisha (Rianti Cartwright), wanita pemberani yang menarik hatinya.

Pernikahan keduanya bisa dikatakan bahagia, tapi perbedaan cara bersikap dan cara pandang keduanya ternyata sedikit jadi masalah. Tapi petaka lain datang saat keluarga Nurul memintanya untuk menikahi putrinya, hingga Fahri yang dituduh telah memperkosan Noura hingga hamil. Balada rumah tangga Fahri dan Aisha makin bergejolak, apalagi kini Aisha mulai meragukan suaminya.

Fitnah yang disampaikan oleh Noura dan para saksinya, bisa dikatakan sangat kuat dan tidak bercelah. Para saksi membuat kondisi Fahri semakin terpuruk sebagai terdakwa dan kesempatan untuk bebas semakin menipis. Kali ini Aisha benar-benar bingung dan berpikir, ternyata ia benar-benar tidak mengenal pria yang telah dinikahinya selama satu bulan itu.

Tapi berkat dukungan para sahabat Fahri, Aisha kembali mempercayai sang suami dan berjuang untuk keadilannya. Bahkan Aisha mati-matian berusaha untuk mencari keberadaan Maria, demi bisa membebaskan suaminya. Hingga melalui buku diary Maria, Aisha memahami bagaimana karakter sang suami dan seberapa besar cinta Maria pada suaminya.

Tidak memiliki jalan lain, Aisha berusaha meyakinkan suaminya untuk mau merekam suaranya demi Maria. Memang sakit dan menyedihkan, namun Aisha tidak ingin melepas satu-satunya kesempatan untuk membebaskan ayah anaknya tersebut. Hingga pilihan sulit harus diambilnya demi menolong suaminya, apakah Aisha rela membiarkan Fahri untuk erpoligami dengan Maria?

Kisah Cinta yang Mengharukan antara Aisha, Fahri dan Maria

Kisah Cinta yang Mengharukan antara Aisha, Fahri dan Maria

Ayat-Ayat Cinta (2008) berhasil saya sangat kagum dengan adaptasi cerita, totalitas produksinya hingga akting seluruh pemainnya. Tapi hal yang tidak bisa ditolak oleh siapapun, yaitu kisah cinta segitiga antara Fahri, Aisha dan Maria. Pasalnya kisah cinta ini sebenarnya sangat sederhana, tapi berbagai macam konflik batin diantara mereka membuatnya jadi lebih menarik.

Saya bisa melihat bagaimana cinta tumbuh di hati mereka, semuanya terlihat sangat manis. Ketika Maria adalah perempuan yang sangat ceria, cerdas dan begitu toleran dengan agama Islam. Sementara Aisha adalah perempuan muslim yang taat, berani dan selalu berpikiran luas. Sebagai perempuan, saya pun jatuh cinta dengan karakter dua perempuan hebat ini, tak heran jika Fahri dilanda rasa bingung.

Apalagi saat keduanya harus berbagi suami, saya bisa melihat bagaimana Aisha dan Maria sama-sama kesulitan menghadapinya. Terutama untuk Aisha sebagai istri pertama, ia tidak hanya harus berdamai dengan takdirnya tapi berdamai dengan dirinya sendiri. Agar ia bisa mengikhlaskan pernikahannya, bahwa sang suami harus menikahi wanita lain.

Sedangkan untuk Maria, ia berani memutuskan menjadi mualaf demi menjadi istri yang baik untuk Fahri. Maria pun merasa kesulitannya yang sama untuk menerima, bahwa suaminya tidak bisa ia miliki sendiri. Ia juga berusaha berdamai dengan seluruh takdir hidupnya, hingga ia memahami bahwa cinta dan keinginan untuk memiliki ternyata tidak sama.  

Meski hampir 14 tahun berlalu, siapapun yang menonton Ayat-Ayat Cinta (2008) pasti akan menangis dan terharu. Pasalnya film ini memang memiliki kisah yang sangat dramatis dan sangat menyentuh para penontonnya. Alasannya karena banyak sekali scene-scene penting dan mengharukan, yang membuat penontonnya tidak bisa untuk tidak menjatuhkan air mata.  

Perjuangan Hanung Bramantyo untuk Menggarap Film Ini

Perjuangan Hanung Bramantyo untuk Menggarap Film Ini

Mendapatkan kesuksesan yang luar biasa, hingga dianugerahi penghargaan dari Rekor Muri. Ternyata pembuatan Ayat-Ayat Cinta (2008) telah membuat Hanung Bramantyo kesusahan. Pasalnya tidak mudah baginya untuk membuat sebuah film yang memiliki dua misi yang saling berseberangan ini. Di satu sisi film ini tidak hanya memberikan kisah cinta saja, tapi ada dakwah yang diselipkan di dalamnya.

Tapi di sisi lain, selayaknya kebanyakan manfaat dari pembuatan film pada umumnya. Ayat-Ayat Cinta (2008) juga memiliki misi untuk mendapatkan keuntungan dari pemutarannya. Jadi bisa dipikirkan seberapa galaunya Hanung Bramantyo saat menggarap film bergenre religi ini. Tak hanya soal misi pembuatan filmnya saja, ternyata beban juga muncul soal ide ceritanya.

Fyi, Ayat-Ayat Cinta (2008) diadaptasi dari novel dengan judul yang sama karya Habiburrahman El Shirazy. Novel ini menjadi salah satu novel paling best seller, makanya Hanung Bramantyo cukup khawatir dengan ekspektasi dari para pembaca novelnya. Pasalnya untuk pembuatan set syutingnya saja tidak mudah lho, karena harus bisa menunjukkan suasana Timur tengah dari set yang berbeda.

Alih-alih melakukan syuting langsung di Timur Tengah, Hanung Bramantyo memilih India dan Kota Semarang. Hebatnya film ini memang berhasil memberikan nuansa timur tengah, mulai dari padang pasir hingga berbagai efek visual untuk memantapkan proses syutingnya.

Dikutip dari Wow Keren, Hanung Bramantyo memakai kamera seluloid supaya bisa mendapatkan suasana ala Kairo di kota Semarang. Makanya kesuksesan Ayat-Ayat Cinta (2008) menjadi hal yang tidak pernah ia duga sama sekali. Pasalnya bagi Hanung film ini tidak masuk dalam kategori komersial, tapi secara ajaib bisa bikin ibu-ibu pengajian berbondong-bondong ke bioskop.

Kekuatan Ayat-Ayat Cinta yang Tidak Bisa Ditolak

Kekuatan Ayat-Ayat Cinta yang Tidak Bisa Ditolak

Seperti yang sudah saya katakan sebelumnya, Ayat-Ayat Cinta (2008) memang film yang tidak bisa ditolak siapapun. Pasalnya film ini memang berhasil menggugah rasa penasaran banyak orang dan membuat hati para penontonnya tersentuh. Jujur saja saya menyukai semua hal dalam film ini, terutama soal bagaimana konfliknya dimainkan.

Setiap permasalahan yang menimpa Fahri seperti level dalam permainan game, setiap levelnya naik maka kesulitannya makin meningkat. Ini menjadi kekuatan pertama dari Ayat-Ayat Cinta (2008), karena konfliknya pun cukup beragam mulai dari cinta anak muda, fitna hingga konflik poligami. Selanjutnya totalitas penggarapan filmnya, mulai dari proses syuting, akting hingga sinematografi.

Kenyataan kalau mereka hanya syuting di India dan Kota Semarang, saya kagum dengan sinematografi untuk film ini. Selain itu perpindahan konflik yang terjadi juga sangat smooth, suasana yang digunakan juga benar-benar bisa membuat penontonnya makin terhanyut. Hingga soundtrack yang dinyanyikan oleh Rossa dan Sherina, menjadi lagu paling hits di tahun 2008.

Tidak bisa dipungkiri bahwa Ayat-Ayat Cinta (2008) menjadi salah satu film yang berhasil menyatukan dakwah dengan kisah cinta yang komersial. Bahkan unsur poligami yang diselipkan dalam film ini, berhasil membuat banyak orang tersentuh. Kalau menurutmu bagaimana? Ayo bagikan jawabannya di kolom komentar di bawah ini.

cross
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram