showpoiler-logo

Review & Sinopsis Ave Maryam, Pergulatan Batin Sang Biarawati

Ditulis oleh Sri Sulistiyani
Ave Maryam
4
/5
showpoiler-logo
PERHATIAN!
Artikel ini mengandung spoiler mengenai jalan cerita dari film/drama ini.

Apa yang terlintas di pikiranmu ketika mendengar profesi biarawati? Mungkin kamu akan terpikir mengenai seorang wanita yang mengabdikan seluruh hidupnya dalam suatu pelayanan gereja. Betul sekali, seorang biarawati memang memberikan pengabdian yang begitu besar. Tema inilah yang diangkat dalam sebuah film berjudul Ave Maryam.

Sinopsis

Sinopsis Ave Maryam

Film Ave Maryam mengisahkan kehidupan seorang biarawati berumur 40 tahun yang akrab dipanggil Suster Maryam. Ia bertugas di rumah biarawati di daerah Semarang pada tahun 1998. Di rumah biarawati tersebut, ia bertugas untuk mengurusi para biarawati-biarawati lain yang sudah berusia lanjut, mulai dari menyiapkan makanan hingga membantu mereka meminum obat.

Salah satu suster senior yang dirawat oleh Suster Maryam adalah Suster Monic. Suatu hari, datanglah Romo Yosef ke rumah biarawati tersebut. Romo Yosef adalah seorang pastor berusia 35 tahun yang akan memimpin gereja dan mengajarkan para biarawati disana bermain orchestra. Sosok Romo Yosef sendiri tampak seperti seorang Romo dengan pribadi yang begitu atraktif dan menarik.

Pesona Romo Yosef lambat laun membuat Suster Maryam merasa terpikat. Hal yang sama juga dirasakan oleh Romo Yosef yang berulang kali mengajak Suster Maryam untuk pergi jalan-jalan berdua. Semenjak keduanya menjadi dekat, tugas-tugas Suster Maryam di kesusteran seringkali terbengkalai. Para biarawati lain pada akhirnya mulai mencium hubungan yang terjadi antara mereka.

Sebagai suster senior sekaligus ibu angkat Romo Yosef, Suster Monic sudah mengingatkannya untuk membuang perasaannya pada Suster Maryam.  Namun perasaan cinta antara Suster Maryam dan Romo Yosef tak bisa dibendung lagi. Di hari ulang tahun Suster Maryam, ia pergi berdua bersama Romo Yosef ke sebuah pantai dan melakukan sesuatu yang sangat terlarang bagi mereka.

Semenjak kejadian itu, Suster Maryam membuat dirinya mempertanyakan kembali kesetiaan dan pengabdiannya kepada gereja. Atas rasa bersalahnya tersebut, Suster Maryam memutuskan untuk pergi dan keluar dari gereja dan kesusteran. Ia meninggalkan tempat tersebut sambil membawa rasa bersalah dan penyesalannya yang amat mendalam.

Tempo Film yang Cukup Lambat

Tempo Film yang Cukup Lambat
*

Meskipun film Ave Maryam versi bioskop Indonesia hanya berdurasi sekitar 72 menit, namun tempo cerita dari film ini memang terasa cukup lambat. Bagi kamu yang tidak menyukai film-film bertempo pelan, mungkin kamu akan sedikit bosan ketika menonton film ini. Namun tempo yang lambat ini memang terasa cocok dengan kisah yang diceritakan.

Dengan tempo film yang cukup lambat, kita bisa merasakan bagaimana kehidupan sehari-hari para biarawati di film tersebut. Kita seolah bisa merasakan detik demi detik yang bergulir dalam setiap adegan yang dipertontonkan.

Film dengan Dialog yang Minim

Film dengan Dialog yang Minim

Film Ave Maryam juga bisa disebut sebagai film yang minim unsur dialog. Tidak banyak dialog yang diucapkan oleh para tokoh dalam film ini. Hal ini juga untuk memperlihatkan karakter si tokoh utama, Suster Maryam yang terkesan tertutup dan lebih sering memendam perasaannya. Suster Maryam memang diceritakan sebagai sosok yang tidak banyak bicara dan lebih senang membaca.

Begitu pula dengan dialog dari tokoh-tokoh lainnya dalam film ini. Tampaknya film Ave Maryam memang ingin penonton bisa merasakan emosi yang dirasakan para tokoh ini tanpa perlu diucapkan dengan kata-kata, dan hal itu tampaknya cukup berhasil. Meski minim dialog, kamu tetap bisa menangkap benang merah cerita yang dikisahkan.

Dari dialog yang cukup minim di sepanjang film ini, kita justru disajikan dialog-dialog yang begitu puitis dan memiliki makna mendalam. Misalnya saja dialog Suster Monic yang berkata “jika surga belum pasti untukku, untuk apa aku mengurusi nerakamu?” atau kalimat Maryam seperti “Aku juga manusia biasa yang terus belajar untuk memurnikan diri tanpa menghakimi batas hasratku."

Begitu pula dengan dialog-dialog dari Romo Yosef seperti “Kebahagiaan menjadi hal paling utama dalam menikmati segala sesuatu hal yang paling menakjubkan di dunia ini.” Pokoknya, akan banyak kutipan-kutipan indah yang akan kamu temukan di sepanjang film ini yang dilontarkan melalui dialog-dialog singkat para tokohnya.

Shot Panjang yang Membentuk Sebuah Sinematografi Indah

Shot Panjang yang Membentuk Sebuah Sinematografi Indah

Kamu pasti akan setuju jika film Ave Maryam memiliki sinematografi yang sangat indah dan estetik. Di sepanjang film, kita akan dimanjakan dengan beauty shot-beauty shot yang akan memanjakan mata kamu. Sinematografi yang indah ini berasal dari paduan shot, camera angle, hingga nuansa warna yang digunakan di sepanjang film.

Dalam banyak adegan kamu akan melihat sang sutradara menggunakan shot-shot dengan durasi yang cukup panjang. Ada banyak adegan scene dengan durasi adegan yang cukup lama dan hanya diambil dalam satu kali shot saja. Bayangkan betapa para pemain film ini harus benar-benar menghafal satu adegan scene tanpa ada pemotongan adegan. Luar biasa!

Selain shot dengan durasi panjang, visual-visual dalam film juga tersaji lebih indah dengan menggunakan tehnik foreground atau background yang begitu estetik. Begitu pula dengan nuansa warna yang digunakan di sepanjang film. Warna yang digunakan membuat kita benar-benar merasakan nuansa vintage dari film tersebut.

Dari segi sinematografi, film Ave Maryam memang memiliki paket lengkap yang membuat kamu akan terpana dengan visual-visual yang disajikan di sepanjang film ini.

Para Kru & Pemain yang Rela Tidak Dibayar

Para Kru & Pemain yang Rela Tidak Dibayar

Ada fakta unik dari proses produksi film Ave Maryam ini, yaitu para kru dan pemain yang rela untuk tidak dibayar, bahkan untuk aktor dan aktris sekelas Maudy Koesnaedi atau Chicco Jerikho. Mereka menyebut alasan bekerja secara sukarela karena memiliki kesamaan visi dan misi untuk memberi warna baru di dunia perfilman Indonesia.

Selama proses produksi film ini, konsumsi untuk para kru dan pemain bahkan disediakan secara sukarela oleh para suster yang mengabdi di gereja tempat mereka melakukan proses pengambilan gambar tersebut.

Diputar di Festival-Festival Internasional

Diputar di Festival-Festival Internasional

Sebelum dirilis dan tayang di bioskop-bioskop Indonesia tahun 2019, film Ave Maryam sebenarnya sudah malang melintang di berbagai festival film Internasional. Ave Maryam pernah ditayangkan di Festival Film International Hanoi 2018, Festival Film Asia Hong Kong 2018, dan Festival Film International Capetown 2018.

Film ini juga masuk nominasi seleksi Asian African Film Festival dan memenangkan kategori Penyuntingan Film Terbaik di Festival & Penghargaan Film Internasional Perbara ke-4. Di Festival dalam negeri, Ave Maryam pertama kali ditayangkan di Jogja NETPAC Asian Film Festival 2018.

Pada intinya, film Ave Maryam merupakan salah satu film Indonesia terbaik yang menawarkan warna dan cerita baru dalam dunia perfilman. Dengan cerita yang menarik, visual yang estetik, dan berbagai prestasi yang telah ditorehkan, tidak ada alasan bagi kamu untuk tidak menonton film yang begitu indah ini.

Jadi, apakah kamu sudah menonton film Ave Maryam? Bagaimana tanggapanmu dengan film ini? Bagikan review-mu di kolom komentar ya!

cross linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram