showpoiler-logo

Sinopsis & Review Film Adaptasi Game, Assassin's Creed (2016)

Ditulis oleh Siti Hasanah
Assassin's Creed
2
/5
showpoiler-logo
PERHATIAN!
Artikel ini mengandung spoiler mengenai jalan cerita dari film/drama ini.

Ada yang suka main game? Pasti nggak asing ya dengan franchise game Assassin's Creed satu ini. Sedikit cerita, game Assassin's Creed ini merupakan game besutan Ubisoft yang rilis sejak tahun 2007.

Kemudian game ini diangkat ke layar lebar pada tahun 2016. Disutradarai oleh Justin Kurzel, yang sebelumnya menggarap Macbeth (2015). Kurzel pun menggaet dua pasang aktor langganannya.

Michael Fassbender dan Marion Cotillard ditunjuk Kurzel karena sebelumnya mereka pernah beradu akting di Macbeth. Sayangnya, Assassin's Creed tidak sebaik karyanya sebelumnya. Bahkan rasanya aktor-aktor terbaik di film ini berakting sia-sia. Lalu apa ya yang membuat Assassin's Creed ini terasa ’hambar’? Simak ulasannya berikut ini.

Sinopsis

assassin's creed-2_

Callum Lynch (Michael Fassbender) adalah sosok pria yang diyakini sebagai keturunan persaudaraan Assasins yang berdiri 500 tahun yang lalu. Di masa kini, Cal bermasalah hingga divonis hukuman mati. Dirinya terlibat kasus pembunuhan germo.

Saat akan dijatuhi hukuman mati, Yayasan Abstergo Templar memalsukan hukumannya. Seseorang pun membawa Cal pergi ke Animus.

Animus merupakan mesin waktu yang dapat membawa ingatan Cal ke 500 tahun yang lalu, tepat dimana memori tersebut membawa Cal ke ritual persaudaraan Assassins tersebut.

Pada 500 tahun yang lalu, Cal mengingat sosok pria bernama Aguilar de Nerha yang hidup pada tahun 1492. Di latar waktu tersebut, Guilar hidup di Andalusia saat terjadi Perang Granada.

Pada saat itu, Aguilar ditugaskan untuk melindungi Pangeran Ahmed de Granada dari para Ksatria Templar. Para Kesatria tersebut sedang memburu Apple of Eden, yang menyimpan genetika umat manusia.

Apple tersebut tersimpan di tempat tersembunyi dan ingatan Aguilar diyakini dapat membantu para pemburu Apple menemukannya.

Sofia (Marion Cotillard), ilmuwan Abstergo, memanfaatkan ingatan Cal untuk menuntunnya ke Apple of Eden. Dirinya dan sang ayah, Alan Rikkin (Jeremy Irons), pun memanfaatkan Animus untuk melacak keberadaan benda tersebut.

Saat plot semakin maju, point of view cerita akan berpindah-pindah. Entah dari sisi Cal, maupun Aguilar.

Pada sisi Aguilar, dirinya berusaha menyelamatkan Pangeran Ahmed yang telah diculik oleh ketua Templar. Tomas de Torquemada adalah dalang dibalik penculikan tersebut. Aksi penculikan ini adalah caranya agar ayah dari sang pangeran menyerahkan Apple of Eden sebagai imbalan.

Saat Aguilar gagal menyelamatkan sang Pangeran, dirinya justru tertangkap oleh para Templar. Sebelum ingatan Cal semakin berlarut, Sofia segera menarik Cal dari Animus. Selama berada di Animus, Cal bertemu juga dengan beberapa keturunan Assassins lainnya. Cal pun berbagi kisah dengan para keturunan Assassins tersebut.

Percakapan semakin dalam, Cal yang tadinya memercayai Sofia, akhirnya mengetahui kebenarannya. Sebelum dirinya kembali mencari Apple of Eden, Cal malah mengetahui kedok Sofia yang sebenarnya. Saat kebenaran semakin jelas terlihat, lalu bagaimana nasib Cal setelahnya? 

Akting Maksimal Para Pemain Tidak Sejalan dengan Kualitas plot

assassin's creed-3_

Kalau lihat lagi jajaran pemain, Assassin's Creed punya banyak aktor aktris berkelas. Sebut saja Michael Fassbender, Marion Cotillard, dan Jeremy Irons. Ketiganya adalah aktor dan aktris layar lebar yang kualitas aktingnya luar biasa hebat. Maka, selama mereka melakoni perannya di film ini, tentu terasa meyakinkan.

Sayangnya kualitas akting mereka tidak sejalan dengan plot cerita yang hambar dan membingungkan. Di Assassin's Creed, Fassbender memerankan dua karakter yang berbeda – Aguilar dan Cal.

Dari kedua tokoh tersebut, walau satu ’jiwa’ namun tetap saja keduanya adalah karakter yang beda. Fassbender sebenarnya sukses membawa kedua tokoh tersebut. Hanya saja, kedua karakter dari segi cerita terasa sama saja.

Rasanya sayang saja banyak aktor aktris yang memiliki talenta luar biasa di film ini. Namun tidak didukung dengan plot cerita yang bagus sehingga seluruh aktornya tidak merasa tertantang dengan karakter-karakternya.

Tidak Berani Berimprovisasi dari Segi Cerita

assassin's creed-4_

Rasanya Assassin's Creed ini kurang banyak menjelaskan detail-detail kecil yang membingungkan. Belum lagi dengan penjelasan karakternya yang sama-sama belum jelas. Mungkin bagi yang memainkan game-nya akan mudah paham dengan detail di dalamnya. Sayangnya, bagi orang awam, untuk mengerti kisah dari Assassin's Creed cukup melelahkan. 

Kalau saja Bill Collage dan rekannya lebih berani untuk ‘merombak’ cerita film dari game-nya, ceritanya mudah diterima orang awam. Plot yang dirampungkan di film ini terkesan padat dan memiliki terlalu banyak informasi.

Mungkin kasusnya bisa seperti Arcane League of Legends, yang memiliki banyak detail di dalamnya, sehingga lebih tepat jika proyeknya dijadikan serial ketimbang proyek layar lebar.

Kurang Pas untuk Penonton Awam

assassin's creed-5_

Seperti yang sudah disinggung sebelumnya, film ini memang akan sangat membingungkan bagi penonton awam entah dari alurnya yang tiba-tiba menceritakan Aguilar, lalu pindah ke Cal.

Kemudian film ini akan membahas tentang Apple of Eden yang entah fungsinya apa. Serta detail cerita lainnya yang perlu dipahami lebih. Akhirnya penonton keburu bosan untuk memahami semuanya.

Namun balik lagi, apabila hadirnya Assassin's Creed untuk fan service, mungkin sasarannya tepat. Jangankan dari segi cerita, properti yang muncul di film ini terlihat akurat seperti di game-nya.

Bahkan, kostum Fassbender hampir sama seperti di game. Jadi, memang nampaknya film ini seperti kebanyakan film adaptasi game lainnya, yakni sebagai fan service movie.

Visual dan Produksi Terlihat Mewah, Nyata, dan Mahal

assassin's creed-6_

Untuk membuat film ini, rumah produksi 20th Century Fox harus merogoh kocek sebesar 125 juta USD. Selama produksi, Assassin's Creed mengambil beberapa lokasi yang tidak main-main yakni di Malta, London, Spanyol, serta 007 Stage yang merupakan studio James Bond di Pinewood Studios.

Bukan hal mengherankan jadinya jika visual yang disuguhkan film ini terasa nyata bagai ada di game-nya.

Sang sutradara dan Fassbender sendiri menyatakan tidak ingin memakai visual effect berlebihan. Hal tersebut untuk menjaga kualitas visual yang disuguhkan untuk penonton, sehingga setiap adegan ekstrem yang ada di film terasa lebih nyata. 

Untuk adegan ekstrim yang dilakukan Cal, Fassbender memiliki stunt double, yakni Damien Walters. Sebelumnya Walters menjadi stunt double di beberapa film lainnya. Sebut saja Scott Pilgrim Vs The World (2010), The Eagle (2011), Captain America: The First Avenger (2011), dan masih banyak lagi.

Itulah ulasan lengkap mengenai film adaptasi game Assasin’s Creed. Visual mewah dan aktor aktris yang bertalenta, ternyata tidak cukup untuk menjadikan Assassin's Creed masuk deretan film game terbaik. Namun, bagi pecinta game Assassin's Creed, film ini bisa jadi bentuk fan service yang bisa dinikmati.

Apakah kamu salah satu penggemar game Assasin’s Creed? Menurut kalian bagaimana eksekusi dari film ini? Jangan ragu untuk share pengalaman menonton kalian ya! Kalau penasaran, film ini bisa jadi tontonan hiburan di waktu senggang.

cross linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram