showpoiler-logo

Review & Sinopsis Asphalt Burning, Bertaruh di Arena Balap

Ditulis oleh Aditya Putra
Asphalt Burning
2.5
/5
showpoiler-logo
PERHATIAN!
Artikel ini mengandung spoiler mengenai jalan cerita dari film/drama ini.

Beradu kecepatan mobil di lintasan balap atau jalan raya sering diangkat menjadi tema di dalam film. Ada Gone in 60 Second, Need for Speed dan yang paling populer adalah franchise Fast & Furious. Kesamaan dari ketiganya selain menggunakan tema balapan adalah selalu ada pertaruhan di dalamnya, bukan cuma adu kecepatan biasa.

Ada banyak yang dipertaruhkan di arena balap, bisa itu nyawa, uang, bahkan nama baik. Bagaimana jadinya kalau yang dipertaruhkan adalah calon istri? Itulah yang terjadi pada Roy di film asal Norwegia berjudul Asphalt Burning. Sebuah pertaruhan yang nggak biasa dan mengundang banyak tanya. Seperti apa ceritanya? Mari simak review dan sinopsis film Asphalt Burning di sini.

Sinopsis

Roy Gunderson adalah seorang pengusaha. Dia punya perusahaan bernama Stallion Parts. Dia kerap menggunakan mobil untuk beradu kecepatan di lintasan balap maupun jalan raya. Kehidupannya nyaris sempurna dengan kehadiran wanita yang sudah lama dipacarinya, Sylvia, dan sbayi yang dilahirkannya, Shelby.

Mereka akhirnya merencakan pernikahan setelah hubungan mereka direstui oleh Nina, anak dari Roy. Roy dan Sylvia akan menikah di lokasi eksotis yaitu di daerah pegunungan yang indah. Ada sebuah tradisi yang masih dilestarikan di antara para pembalap yaitu akan diadakan sebuah balapan yang pesertanya adalah mempelai pria dan orang-orang terdekatnya.

Tradisi balapan itu ada hadiahnya juga. Hadiahnya adalah mempelai wanita. Sebenarnya, balapan ini hanya bersifat seremoni karena mempelai pria akan dibiarkan untuk menang. Ajakan balapan disetujui oleh Roy sebagai sebuah apresiasi terhadap profesi dan pernikahannya yang akan berlangsung.

Ketika balapan berlangsung, mobil milik Roy disalip oleh mobil yang dikendarai oleh seorang wanita. Wanita itu ternyata adalah Robin yang kemudian memenangkan perlombaan. Roy mengenal Robin setelah malam sebelumnya berpesta bersama teman-temannya. Di sisi lain, Robin juga mengenal Sylvia. Balapan itu dinyatakan dimenangkan oleh Roy karena nggak mau merusak suasana.

Asphalt Burning

Ketika pernikahan dilangsungkan, Robin kembali hadir. Kali ini dia menagih hadiah yang ditetapkan pada saat balapan yaitu mempelai wanita. Sylvia setuju untuk ikut dengan Robin. Roy meminta pertandingan ulang yang disetujui oleh Robin tapi akan diselenggarakan di trek yang berada di Jerman, Nurburgring.

Nggak mau dikalahkan oleh Robin untuk kedua kalinya, Roy langsung mengumpulkan tim andalannya. Ada Nina, Steffen, Nybakken dan TT yang terbiasa merakit mobilnya agar bisa menjadi yang tercepat di lintasan balap. Di tengah upayanya membangun mobil balap, Roy kedatangan seorang tamu dengan penampilan mirip Lemmy dari Motorhead.

Dia menantang Roy untuk balap, hanya saja dia menggunakan mobil mayat khas Inggris. Mobil yang akan digunakan Roy di Nurbugring selesai dirancang. Mobil itu kemudian dibawa menggunakan jalur darat ke Jerman. Di perjalanan, Roy dikejar oleh polisi yang mengira bahwa Roy adalah seorang pelaku tindakan kriminal yang sedang diincar, kebetulan namanya Roy juga.

Formula yang Digunakan

Asphalt Burning atau yang berjudul asli Borning 3 adalah sekuel ketiga dari serial Borning. Film pertama berjudul The Fast and The Funniest yang bercerita tentang Roy ikut dalam balapan ilegal. Film kedua berjudul Borning 2 yang menceritakan tentang balapan antara Roy dengan Nina dan pacarnya. Film ketiganya ini menceritakan upaya Roy mendapatkan Sylvia lewat balapan.

Film ketiga Borning menggunakan formula lama tentang balapan yaitu adanya pertaruhan. Bedanya terletak pada apa yang dipertaruhkan. Selain itu, ada tim yang bekerja di belakang Roy yang mengingatkan kita dengan orang-orang di balik Dominic Toretto. Tapi kemiripan itu coba dieliminir dengan unsur komedi yang dijadikan andalan untuk membedakan dengan film bertema serupa.

Komedi yang Konyol

Kalau kamu menyukai tipikal komedi tanpa perlu banyak berpikir untuk menangkapnya, Asphalt Burning punya stok melimpah. Dari awal kita disuguhi set up komedi yaitu kerelaan Sylvia dibawa oleh Robin. Kemudian ada percakapan di bengkel ketika sesorang masuk. Dia disambut dan disebut sebagai orang Norwegia padahal orang itu berasal dari Swedia.

Asphalt Burning mengandalkan komedi lewat dialog para pemain serta aksi konyol. Ada banyak mobil yang memanjakan mata dan adu kecepatan tapi itu semua dikemas secara komedi untuk membuat kita tertawa. Beberapa ada yang berhasil terlihat atau terdengar lucu tapi beberapa juga malah terasa konyol. Kita nggak tertawa, tapi tersenyum geli.

Salah satu adegan paling konyol adalah ketika kedatangan pria yang berdandan seperti Lemmy Kilminster dari Motorhead. Nggak akan ada yang menyangka kalau orang yang ikut menghalangi konflik dan membuat subplot akan tampil dengan karakter tersebut. Belum lagi kendaraan yang dikendarainya pun mobil mayat.

Tipikal komedi konyol seperti ini akan banyak disuguhkan di dalam film. Kalau kamu suka, berarti film ini pilihan tepat buat kamu. Biasanya, film yang bertema balap akan diwarnai oleh aksi yang menegangkan. Film ini adalah satu dari sedikit film balap yang memilih komedi untuk mewarnai ceritanya.

Penggunaan CGI

Nggak lengkap rasanya kalau film yang menggunakan unsur balapan tanpa ada adegan mobil berbelok dengan kecepatan tinggi dan mobil yang terbalik. Asphalt Burning nggak melewatkan kesempatan untuk menampilkan adegan-adegan tersebut. Hanya saja, beberapa adegan itu justru menganggu. Yang membuat mengganggu adalah penggunaan CGI-nya yang buruk.

Kita bisa melihat secara jelas bagaimana teknologi itu nggak dimaksimalkan. Hal itu membuat adegan yang dibuat di tahun 2020 terlihat seperti adegan yang dibuat di dekade 90-an. Dengan budget yang jauh di bawah film bertema balap lain, adegan dengan CGI buruk bisa jadi untuk menutupi kekurangan sekaligus menunjukkan unsur komedinya.

Stereotip Protagonis dan Antagonis yang Melekat

Salah satu kehebatan dari film adalah bisa membuat kita sebagai penonton mendukung karakter protagonis. Di sisi lain, kita akan membenci karakter antagonis. Untuk urusan satu ini, Asphalt Burning bisa mengemas sedemikian rupa agar kita mendukung segala tindakan Roy untuk bisa mendapatkan Sylvia kembali.

Sementara itu, karakter antagonis benar-benar dibuat lurus. Nggak ada kesan humanis yang ingin ditampilkan. Mereka digambarkan sebagai sosok yang dingin dan tujuan mereka hanya satu yaitu menggagalkan misi Roy. Sebagai film yang mengusung komedi, twist dari karakter antagonis memang nggak begitu diperlukan hanya saja membuat film terasa datar.

Puncak dari kegemilangan film ini membagi karakter protagonis dan antagonis akan muncul di akhir film. Suka atau nggak, cerita berhasil dibangun dengan rapi untuk membuat konflik terasa mencapai klimaks. Hal itu didukung dengan pergerakan kamera yang cantik untuk membuat suasana mengagumkan dan menegangkan bisa dirasakan oleh penonton.

Menonton Asphalt Burning kita hanya perlu duduk, menonton dan menikmati action, balapan, serta komedi yang ditampilkan. Walau nggak mendapat semeriah sambutan dua film sebelumnya, film ini layak masuk daftar tonton kalau kehabisan stok film komedi yang ringan. Kira-kira kamu bakal suka nggak sama film ini? Bagikan di kolom komentar, yuk!

cross linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram