bacaterus web banner retina

Sinopsis dan Review Film Netflix American History X (1998)

Ditulis oleh Dhany Wahyudi
American History X
3.7
/5
PERHATIAN!
Artikel ini mengandung spoiler mengenai jalan cerita dari film/drama ini.

Mantan skinhead Neo-Nazi berusaha untuk mencegah adiknya dari mengikuti jejaknya dahulu. Edward Norton masuk nominasi Academy Awards di kategori Best Actor lewat film yang mampu menampilkan kekuatan aktingnya ini. Bersama Edward Furlong yang berperan sebagai adiknya, dua Edward ini berhasil mengikat cerita dengan baik yang ditampilkan lewat banyak flashback.

American History X adalah sebuah drama kriminal yang menjadi debut penyutradaraan Tony Kaye. Latar belakang naskah yang ditulis oleh David McKenna ini berdasarkan kehidupan masa kecilnya hingga remaja di San Diego dalam memandang supremasi kulit putih dan pergerakan Neo-Nazi yang sering dilihatnya di lingkup gaya hidup punk-rock.

Ditampilkan dengan cerita kelam yang tidak terstruktur secara kronologis, justru beberapa adegan flashback yang ditampilkan membuat kita paham dengan apa yang terjadi, dan pertanyaan kita tentang akar permasalahannya akan terjawab dalam flashback terakhir yang seharusnya menjadi adegan paling awal dalam penuturan kisahnya.

Akankah Derek, sang tokoh utama, mampu menyelamatkan adiknya dari jeratan pemahaman sesat tentang ras manusia? Semua akan terjawab dengan ulasan kami kali ini tentang film yang dirilis secara limited di bulan Oktober 1998 silam. Spoiler alert!

Sinopsis

American History X (1998)

Film dibuka dengan adegan yang mengejutkan. Danny (Edward Furlong) berlari memberitahu kakaknya, tokoh Neo-Nazi Derek (Edward Norton), bahwa ada beberapa remaja Afrika-Amerika memecahkan kaca mobilnya di depan rumah.

Derek segera mengambil pistolnya dan tanpa pikir panjang menembak mati seorang diantaranya dan membunuh seorang lagi dengan menginjak kepalanya di tepian trotoar. Persidangan menghukum Derek tiga tahun di penjara. Selama di dalam penjara, dia dipekerjakan di bagian laundry bersama tahanan Afrika-Amerika, Lamont, yang menjadi temannya.

Derek juga sempat mengalami masalah dengan kelompok tahanan yang berpemahaman sama dengannya, tetapi justru menyiksanya ketika sedang mandi. Sementara itu, Danny dengan penampilan barunya yang seperti Derek dan kelompok Neo-Nazinya dahulu mulai menapaki jejak untuk menjadi seperti kakaknya.

Setelah Danny menulis ulasan tentang Mein Kampf, buku propaganda yang ditulis oleh Adolf Hitler, kepsek Sweeney memberikan tugas lain kepada Danny dengan judul American History X yang akan mengulas tentang Derek yang juga adalah muridnya dulu.

Mulai dari sini banyak adegan flashback sebagai latar belakang tulisan yang dibuat oleh Danny tentang Derek sebelum malam kejadian di awal film. Diperlihatkan bagaimana sosok Derek yang kharismatik dalam membela temannya di pertandingan bola basket, bagaimana Derek berdebat dengan anggota keluarga lainnya tentang pemahaman yang dianutnya, dan beberapa hal lainnya lagi.

Setelah keluar dari penjara, Derek berubah menjadi orang yang sangat sayang kepada keluarganya, terutama kepada kesehatan ibunya. Dia memutuskan untuk keluar dari kelompok Neo-Nazi yang diotaki oleh Cameron yang dianggapnya mulai meracuni pemikiran adiknya seperti yang pernah dilakukan kepadanya dulu.

Aksinya di sebuah pesta mencelakai Cameron dan Seth. Derek berusaha mengubah pandangan Danny yang salah selama ini yang juga dia pahami dulu.

Keesokan paginya, Derek mengantar Danny ke sekolah dan sempat bertemu dengan kepala polisi dan Sweeney yang memintanya untuk menyelesaikan urusannya dengan kelompok rasialis yang baru saja ditinggalkannya. Di sekolah, Danny ditembak di toilet oleh siswa Afrika-Amerika yang bermasalah dengannya.

Alur Cerita Non-Linear

Alur Cerita Non-Linear

American History X adalah salah satu film yang bercerita dengan alur non-linear, alias banyak adegan flashback-nya. Tapi jangan khawatir, justru seluruh adegan flashback ini semakin mengikatkan kita dengan kisah yang sedang dituturkan.

Kita akan dibuat paham bagaimana perubahan pemikiran karena racun pemahaman yang ada di otak Derek yang mempengaruhi jalan hidup dia dan keluarganya.

Seluruh adegan flashback ini diceritakan dari sudut pandang Danny yang menjadikannya sebagai latar belakang penulisan tugas yang dibebankan oleh kepala sekolah kepadanya. Setiap adegan flashback ditampilkan dalam presentasi hitam-putih atau monochrome, sehingga tidak akan membingungkan dengan cerita di masa kini yang ditampilkan dalam presentasi berwarna.

Derek dan Pemahaman Supremasi Kulit Putih

Derek dan Pemahaman Supremasi Kulit Putih

Penampilan seperti Derek yang berkepala plontos, memakai sepatu boots, dan banyak tato di sekujur tubuhnya dengan lambing swastika sebagai pusatnya, tentu sangat identik dengan kelompok Neo-Nazi yang mengagungkan supremasi kulit putih. Pemahaman propaganda sesat dari Adolf Hitler sangat menempel di pemikiran kelompok ini.

Derek mulai mengerti jika pemahaman yang selama ini dia andalkan ternyata salah ketika menjalani masa tahanan di penjara. Disana, dia justru dianiaya oleh kelompoknya sendiri hanya karena kebiasaan mereka yang justru berhubungan erat dengan kelompok tahanan yang berasal dari ras lain. Dan hal ini yang dia jelaskan kepada adiknya supaya dia menjauhi pemahaman sesat ini.

Penampilan gang ras Arya ini sedikit banyak mempengaruhi gaya berpakaian kelompok punk-rock, yang biasa kita sebut “anak punk”. Tapi bisa dipastikan, jika kita tanyakan kepada anak punk di sekitar kita, mereka tidak paham dengan filosofi punk ataupun yang menginspirasinya, yang mereka tahu adalah punk itu anti kemapanan yang membuat mereka pada akhirnya tampil seperti gembel.

Sejatinya, pemikiran dan pemahaman seperti ini harus diluruskan lagi, dan akan lebih baik dihilangkan, karena tidak sesuai dengan tatanan kehidupan bermasyarakat pada umumnya. Tentu saja, ini adalah tugas berat bagi para orang tua dan pendidik untuk menghilangkan dan mencegah racun pemikiran seperti ini berkembang di negara kita pada khususnya.

Akting Berkelas dari Edward Norton

Akting Berkelas dari Edward Norton

Kita tahu secara pasti jika Edward Norton memiliki kekuatan akting berkelas yang dia perlihatkan di dalam setiap film yang dibintangi, terutama di American History X yang menjadi salah satu film yang mengatrol karirnya di perfilman Hollywood. Bisa dibilang, dia memerankan satu karakter yang berada dalam beberapa fase hidup dengan sifat yang berbeda.

Di awal film kita diperlihatkan dirinya dalam penampilannya sebagai anggota kelompok Neo-Nazi. Kemudian dirinya dalam transisi ke arah lebih baik saat di penjara dan juga setelah keluar dari penjara yang sudah sangat jauh berbeda dengan sebelum dia masuk penjara.

Ditambah satu fase lagi yang baru diungkit di akhir film yang justru menjadi awal pondasi racun pemikiran ini merasukinya. Transformasi yang dialami karakternya di dalam film ini diakui oleh Norton sendiri dalam catatan produksinya yang dirilis oleh Cinema Review.

Jadi wajar jika juri Academy Awards memberikan jalan kepadanya untuk masuk sebagai nominator di kategori Best Actor, hanya saja sangat disayangkan dia kalah oleh Roberto Benigni dalam Life Is Beautiful (1997).

American History X menjadi sebuah pameran akting terbaik dari Edward Norton, meski perubahan motivasi karakternya masih kurang kuat. Tetapi semua terasa cukup dengan keindahan gambar yang mampu mendramatisir adegan. Silakan lihat betapa slow motion kucuran air seperti bisa bercerita dengan bahasanya sendiri yang seolah-olah dapat kita pahami.

Kita akan dibuat kaget dengan betapa sadisnya perlakuan Derek kepada dua korbannya, lalu hati kita dibuat mencair olehnya ketika dia mampu menampakkan kasih sayang yang besar kepada keluarganya, dan ditutup dengan keperihan yang bisa membuat tough guy menjadi “nangis bombay” karena adegan akhir yang tragis. Segera simak film ini di layar Netflix kalian, ya! Recommended Movie.

cross
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram