bacaterus web banner retina

Sinopsis & Review Drama Thailand A Tale of Thousand Stars

Ditulis oleh Syuri K.N.
A Tale of Thousand Stars
4
/5
PERHATIAN!
Artikel ini mengandung spoiler mengenai jalan cerita dari film/drama ini.

Lakorn BL yang ngehits banget di tahun 2021, nih, judulnya adalah A Tale of Thousand Stars (นิทานพันดาว). Serial televisi Thailand ini mengajak pemain drama kawakan, Pirapat Watthanasetsiri (Earth), dan juga Thai idol yang baru debut jadi aktor, Sahaphap Wongratch (Mix). Drama ini diangkat dari novel berjudul sama karya Bacteria.

Latarnya ada di Pha Pun Dao (desa fiksi di sebelah utara Thailand). Menceritakan tentang Tian Sopasitsakun (Mix) yang mendapatkan transplantasi jantung dari seorang guru volunteer bernama Torfun Chareonpon (Sarunchana Apisamaimongkol) yang meninggal karena kecelakaan. Melalui buku diari Torfun, Tian mengetahui keseharian gadis tersebut dan juga impiannya.

Untuk balas budi, Tian ingin menjadi pengganti Torfun sebagai guru sukarelawan dan juga mewujudkan harapan gadis itu yang tertulis di buku hariannya. Torfun menuliskan tentang Legenda 1000 Bintang pada halaman terakhir di buku diari tersebut. Pada malam pergantian tahun, di bukit tertinggi Pha Pun Dao, jika seseorang berhasil menghitung 1000 bintang maka harapannya akan terkabul.

Tian juga menyadari jika Torfun memiliki perasaan pada seseorang di sana, yaitu Phupha Viriyanon (Earth), Chief Forest Ranger di desa. Tian pun berjuang untuk melakukan semua kebiasaan Torfun dan mewujudkan harapan terakhirnya dengan segala cara. Berikut sinopsis dan ulasan drama A Tale of Thousand Stars dari Bacaterus.

Sinopsis

Tian (Mix) adalah seorang anak dari Teerayut dan Lalita, pesohor yang kaya raya. Ia hidup hanya untuk bersenang-senang, berpesta, berjudi, mabuk-mabukkan; ia tidak pernah memikirkan orang lain. Walau terlihat happy, ternyata Tian memiliki penyakit parah, yaitu gagal jantung kongestif.

Sebenarnya Tian sudah merasakan tanda-tandanya, tapi ia abai. Akhirnya, suatu malam ketika akan balapan mobil liar bersama musuhnya, ia jatuh pingsan dan dibawa ke rumah sakit. Saat itu juga, ia harus mendapatkan donor jantung, kalau tidak, nyawanya bisa melayang.

Di saat yang hampir bersamaan, seorang wanita muda yang merupakan guru relawan di desa terpencil, tertabrak mobil dan meninggal seketika. Gadis itu bernama Torfun.

Selain aktif menolong orang-orang, Torfun juga telah mendaftarkan diri sebagai donor organ jika ia meninggal nanti. Tian akhirnya mendapatkan jantung baru yang kebetulan sangat kompatibel dengan tubuhnya. Ia mendapatkan kehidupan yang kedua berkat Torfun.

Tian sangat penasaran dengan siapa pendonor jantungnya. Walau menurut rumah sakit data pendonor itu dirahasiakan, ia tahu kalau orang tuanya menyembunyikan fakta tersebut.

Ia pun menyelinap ke ruang kerja ayahnya dan mengintip data dari rumah sakit. Ia berhasil menemukan nama pemilik jantung tersebut, Torfun Chareonpon. Mencari-cari di mana kediaman Torfun, Tian pun menemukannya.

Saat itu, tante Torfun sedang beres-beres, hendak membuang semua barang peninggalan keponakannya. Akan tetapi, Tian berhasil menyelamatkan buku harian Torfun.

Tian melakukan itu semua karena ia bisa merasakan ada keinginan yang belum tuntas dari Torfun. Dari diari Torfun, Tian mengetahui kalau gadis itu sedang menjadi guru sukarelawan di sebuah desa bernama Pha Pun Dao, sebelah utara Thailand.

Karena ingin membalas jasa dan merasa bersalah pada Torfun, Tian nekat melamar menjadi guru relawan di desa yang bahkan tidak memiliki sinyal dan kalau malam tidak ada listrik. Tadinya, pusat relawan ragu karena mengetahui latar belakang Tian. Tapi, melihat kesungguhan pria muda tersebut, akhirnya Tian pun diloloskan dan bisa menjadi relawan dalam waktu dekat.

Sesampainya di Pha Pun Dao, Tian bertemu dengan Chief Phupha (Earth) dan langsung pingsan. Mungkin karena ia kelelahan setelah mendaki bukit (ingat Tian baru selesai operasi cangkok jantung), atau mungkin karena hatinya Torfun merespon kehadiran Chief Phupa. Oh iya, Chief Phupa adalah Kepala Forest Officer di desa tersebut, ya.

Setelah resmi menjadi guru sukarelawan, ternyata ada banyak hal yang harus Tian pelajari. Seperti harus menyesuaikan diri dengan lingkungan baru, yang tentunya belum pernah ia alami selama hidupnya yang bergelimang harta.

Tempat tinggalnya sekarang berupa gubuk tanpa listrik, tanpa kamar mandi di dalam, dan tanpa orang-orang yang mengenal serta mengelukan dirinya.

Selain Phupha, Tian juga bertemu dengan Yod (teknisi), Rang (bawahan Phupa), dan Dokter Nam (dokter Desa). Mereka semua satu-satunya yang tahu tentang kecelakaan yang dialami Torfun, sehingga gadis itu meninggal dunia. Tapi, mereka sepakat untuk menyembunyikan semuanya dari Bianglae Khama (kepala desa), anak-anak di sekolah, juga seluruh warga desa.

Pada hari pertamanya mengajar, Tian berusaha sangat keras untuk diterima oleh anak-anak muridnya dan juga oleh penduduk desa. Semua orang masih membandingkannya dengan Torfun, itu membuat Tian sedikit merasa sedih.

Saat mengajak anak-anak ke sungai, salah satu murid Tian ada yang tenggelam dan itu membuat Phupha serta para penduduk desa semakin tidak menyukainya.

Tian ingin menyerah menjadi guru sukarelawan dan berpikir ia harus kembali menjalani hidupnya di kota. Namun, ia ingat tujuannya ke sana adalah untuk Torfun.

Namun, Phupha menenangkannya dan memintanya untuk tidak menjadi 'guru' anak-anak, melainkan menjadi 'kakak' mereka. Tian pun bekerja keras untuk mengambil hati anak-anak, warga desa, dan juga Chief Phupa.

Semuanya berjalan lancar. Tian telah diterima oleh anak-anak juga penduduk desa, eh, Tian malah memicu masalah baru. Ia mendamprat pengepul teh yang curang, mereka berkelahi dan para penjahat itu mengatakan tidak akan membeli teh dari desa Pha Pun Dao lagi.

Supaya konfliknya makin sedap, ternyata mereka bukan sembarangan orang. Mereka merupakan bawahan saudagar yang memiliki pengaruh kuat di sana, yaitu Tuan Sakda. Kejadian tersebut mengakibatkan tidak ada satupun produk teh dari desa Pha Pun Dao yang laku karena pembeli lain diminta untuk tidak membeli apapun dari desa tersebut oleh Tuan Sakda.

Hal itu membuat warga desa cukup kesal dengan Tian, walaupun sebenarnya mereka telah dibela. Tian pun berusaha sekuat tenaga untuk menjual daun-daun teh warga. Ia memutar otak, jika tehnya saja tidak laku, berarti ia harus membuat produk lain dari teh tersebut.

Tian memiliki ide untuk membuat kantung teh yang berfungsi sebagai aromaterapi ruangan atau mobil. Warga yang tadinya sangsi pun semangat membuat produk baru tersebut. Di penghujung hari, penduduk desa menyadari bahwa Tian telah melakukan yang terbaik demi penduduk desa, dan menerimanya kembali sebagai keluarga.

Namun, bahaya belum selesai mengintai Tian, karena Tuan Sakda ingin Tian mati setelah mengetahui bisnis ilegal yang dilakukannya. Dalam adegan perkelahian itu, Chief Phupa tertembak dan Tian patah tulang. Karena kejadiannya sangat fatal, ayah Tian pun terpaksa dipanggil ke rumah sakit desa.

Tian terkejut melihat ayahnya ada di sana ketika ia sadarkan diri. Ternyata, selama ini ayahnya dan Chief Phupa saling mengenal.

Kata hatinya mengatakan kalau perhatian Phupa selama ini hanya karena 'tugas' semata, Tian kesal pada Phupa dan berpikir untuk pulang ke rumah. Didukung oleh Phupa yang tiba-tiba bersikap dingin dan seakan-akan mengusir Tian agar segera pergi dari desa.

Phupa juga berkata hal-hal yang menyakitkan dan meminta Tian melupakan apapun yang pernah terjadi diantara mereka. Naun, ternyata, Phupa melakukan itu karena merasa bersalah. Ia merasa tidak bisa menjaga Tian hingga terluka.

Phupa juga berpikir sangat disayangkan jika Tian menghabiskan masa mudanya di desa bersama pria miskin seperti Phupa, sedangkan masa depan Tian begitu membentang. Setelah berbicara hati ke hati, Tian pun setuju untuk pulang. Ia juga telah berpikir untuk meneruskan kuliahnya, tapi ia akan berganti jurusan karena ingin menjadi guru.

Tadinya Tian ingin kuliah di Thailand saja, tapi ibunya bersikeras untuk mengirim Tian ke Amerika. Tian pun mengirimkan surat terakhir untuk Phupa dan tidak lagi menanti balasan surat yang memang tak kunjung datang. Akan tetapi, akhirnya Phupa datang ke airport pada detik-detik terakhir untuk melepas kepergian Tian. Mereka pun berjanji untuk saling menunggu.

Waktu dipercepat ke dua tahun kemudian. Tian telah menyelesaikan studinya dan kembali melamar menjadi guru di desa Pha Pun Dao. Hati Tian dan Phupa pun bersatu kembali, tapi kali ini untuk selama-lamanya.

Trivia

Tim produksi drama pada awalnya memilih salah satu desa di perbukitan bagian utara Thailand untuk syuting. Tetapi, karena tradisi dan kepercayaan, lokasi yang awalnya dipilih tidak bisa digunakan karena tidak keluar perizinan.

Sebab, warga desa khawatir jika banyaknya kru dan apa yang mereka lakukan untuk shooting akan mengganggu arwah di tempat tersebut, karena mereka masih memegang tradisi pemujaan roh.

Tim produksi kemudian memutuskan untuk membangun seluruh desa dari 0 di lokasi yang berbeda. Tim produksi pun membangun Rumah Tian, Sekolah Pha Pan Dao, Rumah Khama, dan rumah para penduduk desa. Unit Pra Pi Run yang merupakan tempat kerja, stasiun komando, dan akomodasi untuk Forest Ranger juga direnovasi dari rumah tua yang kosong di pinggir jalan.

Karena banyak adegan yang berlatar bukit dan sungai, di mana di sana tak ada listrik, para kru pun harus membawa alat-alat berat sambil naik turun bukit yang sangat tinggi dengan tanah yang becek. Benar-benar dedikasi yang tinggi, ya?

Alur Maju Mundur yang Menarik

Saya pikir penyuntingan drama maju-mundur cukup populer dilakukan dalam drama-drama Korea. Saya kurang tahu untuk drama Thailand, karena saya tidak terlalu banyak menontonnya.

Jadi, sebelum episode baru dimulai, ada beberapa detik kilas balik ke adegan sebelumnya (yang kadang terlalu jauh dari alur yang sekarang). Tapi, memang adegan itu dibutuhkan agar penonton lebih mengerti jalan cerita ke depannya.

Kadang flash back itu juga merupakan sambungan dari adegan yang sebelumnya sengaja dipotong, jadi penonton baru sadar setelah menonton adegan singkat itu. Jadi, saat menonton drama Tales of 1000 Stars ini sebaiknya kamu tidak berkedip sama sekali, terutama di awal-awal drama akan dimulai.

Tapi, kadang alur seperti ini ada yang menyebalkannya juga. Misalnya cerita lagi klimaks, tiba-tiba terpotong flashback atau lebih parahnya lagi: iklan!

Terus, iklannya bukan cuma ads yang lewat dari YouTube, melainkan para pemain dramanya memang mengiklankan produk tersebut dalam adegan. Mirip iklan-iklan di sinetron Indonesia, tapi lebih natural sih karena diselipi adegan dan dialog yang nyambung dengan karakter dan jalan ceritanya.

Cuma sedikit kesal, apalagi saat Tian pingsan karena kelelahan dan mungkin efek berkelahi dengan antek-antek Tuan Sakda di Chiang Mai. Tiba-tiba saja scene selesai dan malah disambung iklan di mana Tian dan Chief Phu ngopi!!!

Bukan Sekedar Kisah Romansa

Latar tempat drama ini ada dua, yaitu perkotaan metropolitan juga pegunungan dengan hutan di desa terpencil. Tokoh utamanya, Tian, belajar memperbaiki dirinya sendiri. Yang awalnya ia anak orang kaya yang arogan dan suka foya-foya, di Pha Pun Dao Tian belajar untuk menjadi orang yang lebih baik lagi, jadi berguna untuk banyak orang.

Sebagai anak orang kaya, Tian memiliki segalanya. Rumah mewah, mobil mahal, teman hura-hura. Tapi, ia kesepian. Rumahnya yang besar selalu kosong. Ia tak dekat dengan kakak perempuannya. Ia menyadari kalau kehidupannya hampa dan tak bahagia. Tapi, setelah datang ke Pha Pun Dao, ia jadi lebih bahagia.

Sejak awal drama di mulai diperlihatkan perbandingan si kaya dan si miskin. Juga kehidupan Tian yang tidak berarti dibandingkan Thorfun yang merasa menemukan keluarga baru di Pha Pun Dao. Itu juga yang mendorong Tian pergi ke desa, selain untuk menggantikan posisi Thorfun, ia juga ingin mencari jati diri dan melakukan hal yang lebih berarti dalam hidupnya.

Latar Pedesaan yang Asri & Kearifan Lokal

นิทานพันดาว 1000stars kite scene_

Berbeda dari lakorn BL yang kebanyakan berlatarkan kampus dan sekolah, 1000 Stars fokus pada area pedesaan. Jadi rasanya seperti angin segar, bagi kamu yang bosan dengan template serial BL yang anak kuliahan, jurusan engineering, terus karakternya mirip-mirip (yang satu tukang marah-marah yang satu sedingin kulkas), harus banget coba nonton 1000 Stars.

Saya juga mau mention kalau di sini ceritanya Tian anak engineering juga. Dan, di antara semua lakorn yang menceritakan anak kampus, tidak banyak yang benar-benar mengimplementasikan 'pendidikan'nya di dalam drama. Nah, kalau Tian membangun tandu dan juga membuat layangan dengan teknik tertentu yang mencirikan kalau dia betulan anak engineering.

Selain view desa, kita juga disuguhkan berbagai kearifan lokal khas orang Thailand Utara. Seperti bermain layangan, gangsing, dan sebagainya yang semua mainannya tuh dibikin sendiri oleh Tian, Phupa CS, dan anak-anak Pha Pun Dao. Jadi kerasa banget tradisionalnya.

Pemberdayaan Orang Desa dan Penjarahan Hutan

Seperti yang sudah saya katakan di atas, drama ini tidak hanya berfokus pada romansa Tian dan Chief Phupa saja. Tapi, karena latar tempatnya lebih banyak di Desa Pha Pun Dao, penonton juga jadi ikut mendalami tentang tempat tersebut. Seperti desa terpencil yang bisa kita bayangkan, di sana tak ada listrik saat malam hari, tak ada sinyal HP, apalagi internet.

Di sana juga orang-orangnya kurang mendapatkan pendidikan formal, masih percaya takhayul dan mitos, sehingga ada oknum jahat yang memanfaatkan mereka. Seperti Tuan Sakda yang menipu orang-orang desa dengan membayar mereka dengan upah kecil, padahal keuntungan yang diambil sangat banyak.

Karena idealisme Tian sangat tinggi, ia membongkar kecurangan yang dilakukan pengepul daun teh yang licik itu. Mereka selalu mengurangi jumlah timbangan dan bayaran untuk warga desa, karena warga di sana tidak mengetahui matematika dan tidak bisa membaca. Hal ini beruntun panjang, membuat Tian berangsur-angsur dalam masalah besar yang bahkan membahayakan nyawanya.

Tian juga mengajarkan anak-anak di sekolah bagaimana menggunakan timbangan, matematika simpel, bagaimana menanam tanaman, pokoknya ilmu-ilmu yang penting dan bisa berguna di desa tersebut.

Ia juga mengajak warga desa untuk bangkit dan membuat produk baru dari teh-teh mereka yang tidak laku. Selain memberikan harapan baru, Tian juga sekaligus mendongkrak perekonomian desa.

Teman yang Suportif

Di tempat asalnya, Tian memiliki banyak 'teman', tapi teman dekatnya hanya beberapa saja yaitu Mark, Lin, Ood. Namun, yang paling dekat 'dekat' dengannya alias teman sejatinya hanya satu, yaitu Tul.

Bahkan ketika Tian tak ada kabar karena di Desa Pha Pun Dao tidak ada sinyal, sekalinya dihubungi oleh Tian yang sedang berada di Chiang Mai (daerah perkotaan), Tul langsung menyusulnya.

Saat bertemu kembali setelah beberapa lama tak ada kabar, mereka saling melepas rindu dengan bercakap-cakap, membicarakan banyak hal.

Tapi, yang paling mengejutkan adalah ketika Tian bertanya "Bagaimana jika aku memberitahumu aku menyukai pria?", Tul menjawab, "Ya, terserah. Kamu baru mengetahui apa yang kamu sukai, tak ada yang salah dengan itu. Aku tidak ada masalah dengan itu karena aku temanmu.".

Walaupun merasa ada ketertarikan dengan Chief Phupa, Tian sebenarnya masih bingung apakah perasaannya itu memang muncul dari dirinya sendiri, atau dari jantung mendiang Torfun, atau memang dianya saja selama ini yang gay tapi tidak menyadarinya.

Di Pha Phun Dao pun, Tian memiliki orang-orang yang peduli dengannya. Semua warga, anak-anak muridnya di sekolah, dan tentunya para petugas penjaga desa, semuanya sangat peduli pada Tian dan menganggapnya keluarga. Terutama, tentunya Chief Phu, ya.

Saya pikir Tian akan kesulitan untuk bertahan di Pha Pun Dao jika ia tak memiliki orang-orang yang mendukungnya. Tian paling dekat dengan Chief Phupa, Longtae (anak kepala desa), Rang, Yod, dan dokter Nam. Ia juga sering meminta saran dari beberapa tetua di desa. Namun, Longtae lah yang menjadi teman terbaik Tian selama di Pha Pun Dao.

Torfun adalah Kunci

Walaupun telah meninggal dunia, Torfun benar-benar membantu dalam cerita ini. Pertama, jantungnya telah memberikan Tian kehidupan baru. Kedua, buku harian peninggalan Torfun secara tidak langsung memberikan jawaban untuk masalah-masalah yang dialami Tian juga warga desa Pha Pun Dao.

Seperti masalah teh yang menumpuk karena pengepul tak mau membeli lagi dari warga Pha Pun Dao setelah dilabrak Tian. Sewaktu pergi ke Chiang Mai, Tian melihat penjual parfum sachet-an yang terbuat dari teh dan bunga.

Tian ingat di buku harian Torfun ada tulisan tentang bunga dan teh Pha Pun Dao yang begitu harum. Bahkan, setelah sekian lama dikeringkan, Tian masih bisa mencium aromanya dari buku harian itu.

Dari situlah Tian mendapatkan ide untuk membuat produk serupa demi menjawab kegelisahan warga karena teh produksi mereka tidak ada yang mau membeli. Beberapa kebiasaan Torfun pun ia terapkan, sehingga orang-orang desa terkadang mengira bahwa Throfun dan Tian sangatlah mirip.

Character Development

Tian bertransformasi dari orang yang tidak peduli terhadap apapun selain hidupnya sendiri, menjadi seorang volunteer, guru, penolong, dan penyemangat warga Pha Pun Dao.

Tian belajar banyak hal, begitu pula kita sebagai penonton. Menurut saya, scene paling sedih adalah ketika Tian harus kembali ke Bangkok. Sebenarnya Chief Phupa dan juga semua orang di desa tidak ingin Tian pulang atau setidaknya tinggal lebih lama di sana.

Tapi, mau bagaimana lagi, hal itu tidak mungkin terjadi. Terlebih ternyata selama ini Chief Phu mengenal ayah Tian, dan memang menitipkan Tian selama ada di sana kepadanya. Setelah kejadian penembakan yang dilakukan Tuan Sakda, ayah Tian datang dan membuat Tian tahu segalanya.

Chief Phu juga seperti disadarkan, bahwa kehidupan Tian bukan di sini, sehingga ia pun harus merelakan hatinya pergi. Chief Phupa berpikir bahwa hidup Tian masih panjang, masa depannya sangat luas, sangat disayangkan jika ia melepaskan semuanya untuk tinggal di desa.

Tak hanya sedih karena harus jauh dari kekasih hatinya, Chief Phu, Tian juga remuk karena harus berpisah dari keluarga barunya di desa. Sekembalinya Tian ke Bangkok, ia berusaha menjalani kehidupannya dengan situasi yang lama, tapi sikapnya yang baru.

Ia masak sendiri, membereskan kasur sendiri, lebih bisa menghargai orang lain, jadi menyukai anak-anak, jadi lebih bijaksana, dan masih banyak lagi hal positif lainnya yang ia pelajari dari Pha Pun Dao.

Karena, seperti tanaman, kita bisa tumbuh dan berkembang (juga merasa bahagia) jika berada di tempat yang tepat. Akhirnya Tian tahu yang ia inginkan, yaitu menjadi seorang guru. Awalnya sang ibu tidak setuju, tapi setelah berdiskusi dengan suaminya, ia merelakan anaknya belajar di bidang edukasi asalkan di Amerika.

Satu-satunya hal yang menahan Tian di Thailand adalah Phupa. Saat dokter Nam menikah di Bangkok, Tian sangat berharap untuk bisa bertemu Phupa. Tapi, Phupa sengaja tidak membiarkan itu terjadi. Phupa berpura-pura telah pergi, padahal ia memperhatikan Tian dari jauh. Hal itu membuat Tian memutuskan untuk mengikuti kemauan ibunya belajar di Amerika.

Tian berpikir, Phupa memang benar-benar ingin Tian move on. Dan, ia berharap, dengan jarak yang begitu jauh, ia bisa melupakan semuanya.

Saat scene Tian akan berangkat ke Amrik, ia memakai jaket belel Phupa dan cincin pemberiannya, sambil meminum kopi yang dulu mereka minum berdua di desa. Tian bahkan membuat dua gelas dan melakukan cheers seakan-akan ada Phupa di sana. Itu ngena banget, sih.

Final Verdict

Melalui buku harian Torfun, Tian belajar tentang arti kehidupan, tentang perasaan cinta, serta keinginan untuk berubah menjadi orang yang lebih baik. Keseluruhan drama ini sangat bagus. Terlepas mungkin ada orang yang menyepelekan karena drama ini berunsur LGBT, tapi banyak banget pelajaran yang bisa penonton dapatkan dari cerita ini, sungguh.

Serial ini membuktikan bahwa tidak perlu banyak adegan ciuman dan adegan ranjang untuk menarik penonton. Berinvestasi dalam cerita yang indah, ditambah aktor yang sangat baik, dapat membuat serial BL sukses.

Saya menyukai fakta bahwa cerita ini tidak hanya berfokus pada kisah cinta Tian dan Phupha. Drama ini menunjukkan kepada penonton pentingnya menemukan tujuan hidup, melindungi sumber daya alam, dan menjangkau komunitas yang jauh dari peradaban.

Semua aktor dalam serial ini patut diacungi jempol. Para aktor dan aktris pendukung berakting dengan sangat baik, dapat membuat setiap scene jadi lebih hidup. Terutama Mix, ini adalah debut aktingnya tapi ia telah melakukan pekerjaan yang sangat baik.

Sedangkan Earth tadinya sempat ingin mundur dari dunia hiburan, namun karena serial ini sangat sukses dan mampu membuktikan kualitas aktingnya, karirnya pun semakin bersinar. Mix dan Earth juga menyanyikan OST drama ini dalam versi mereka, loh. Salut juga untuk semua kru yang bertugas, sutradara, penulis dialog, dan juga penulis cerita.

Untuk keseluruhan cerita, sinematografi, dan dialog, saya memberikan rating 4/5 untuk drama ini. Bagaimana menurutmu tentang drama Thailand A Tale of Thousand Stars ini? Yang sudah nonton, sharing-sharing, yuk, di kolom komentar.

cross
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram