bacaterus web banner retina

Sinopsis & Review A Sun (2019), Luka Perih Sebuah Keluarga

Ditulis oleh Desi Puji Lestari
A Sun
4
/5
PERHATIAN!
Artikel ini mengandung spoiler mengenai jalan cerita dari film/drama ini.

Menghadapi kasus anak bungsunya yang terlibat penyerangan hingga membuat orang lain cacat, Wen, tak berharap apa-apa. Dia malah ingin anaknya itu dipenjara seumur hidup bahkan sampai mati. Sikap Wen yang keras diimbangi oleh sikap lembut Qin sebagai ibu. Qin tetap ada untuk anak-anaknya sekalipun masalah datang bertubi-tubi.

Wen tak mengakui anak bungsunya dan hanya menganggap si anak sulung yang memang sempurna. Sayang, di balik sikapnya yang baik-baik saja, dia menyimpan kegelisahan. Saking sempurnanya, anak sulung Wen tak pernah punya salah, kecuali pada satu peristiwa yang memilukan.

Bagaimana Wen dan Qin menghadapi beban yang datang silih berganti? Sanggupkah mereka melaluinya? Film drama Taiwan berjudul A Sun (2019) berisi cerita pilu mereka. Lantas seperti apa persisnya? Mari simak lebih dulu sinopsis dan ulasan berikut sebelum menontonnya!

Sinopsis

Di malam yang hujan, A-Ho (Wu Chien Ho) dan Radish (Liu Kuan Ting) terlihat berkendara motor. Mereka tampak mencari seseorang bernama Oden. Setelah menemukan keberadaan orang tersebut keduanya bergegas menuju sebuah restoran.

Masuk melalui dapur, begitu sampai ke depan, ke tempat banyak tamu duduk untuk makan, Radish tanpa aba-aba menebas tangan Oden yang bersiap makan malam.

Seketika tangan Oden putus hingga sebatas pergelangan. Darah muncrat ke mana-mana, dia menjerit sambil terus memegangi tangannya. Potongan tangan Oden terlihat terlempar ke dalam panci berisi sup yang tersaji di meja.

Scene berpindah memperlihatkan seorang lelaki paruh baya melakukan pekerjaannya sebagai instruktur di sebuah sekolah mengemudi. Dia adalah Wen (Chen Yi Wen).

Wen mengarahkan pengemudi mobil yang sepertinya masih dalam tahap belajar. Pengemudi mobil itu ternyata sudah enam kali gagal tes mengemudi dan itu bisa merusak reputasi tempat kerja Wen.

Tak lama Wen menerima telepon dari istrinya, Qin (Samantha Ko). Sang istri mengatakan hakim marah karena ayah terdakwa tidak datang ke persidangan. Wen berdalih dirinya sedang sibuk bekerja.

Qin meminta Wen datang ke persidangan selanjutnya dan mengatakan sesuatu pada hakim untuk memberikan A-Ho kesempatan. Wen enggan dan meminta Qin saja yang mengatakan itu.

Menurut Qin, hakim ingin menemui Wen dan mendengar opininya. Alih-alih terbujuk lelaki paruh baya itu justru berharap anak bungsunya itu dapat dipenjara sampai tua dan mati.

Esok harinya di Pengadilan Daerah Taipei, Taiwan, A-Ho mendapat pertanyaan di depan kedua orang tuanya. Pertama apakah dirinya mendesak Radish untuk menyerang Oden? Pemuda tersebut menjawab tidak. Pertanyaan lain adalah lantas mengapa Radish memotong tangan Oden? A-Ho menjawab bahwa dia tak tahu.

Ho tahu Radish membawa golok untuk sekadar menakut-nakuti, tapi dia tak menyangka pemuda itu benar-benar memotong tangan Oden. Radish yang duduk di depannya sudah melemparkan tatapan mata penuh amarah. Ternyata motor yang mereka pakai di malam kejadian adalah barang curian.

Ketika Hakim bertanya siapa yang mencuri, Ho diam cukup lama. Hal itu membuat Radish meneriakinya lalu meminta Ho mengaku dan tak menimpakan semua kesalahan padanya.

Ho kemudian mengakui bahwa yang mencuri motor adalah dirinya. Asisten Hakim lantas menyimpulkan bahwa Ho tampak menyesal dan meminta penangguhan hukuman. Hal berbeda disampaikan Wen ketika Hakim bertanya pendapatnya.

Wen merasa sudah menjadi orang tua yang gagal dan mungkin tidak akan berhasil ke depannya. Dia ingin anaknya mendapat hukuman saja untuk memberinya pelajaran. Mendengar itu A-Ho mulai meneteskan air mata tanpa bersuara.

Di luar pengadilan, Qin mengungkapkan kecewanya pada sang suami. Dia berharap Wen meminta keringanan hukuman tapi yang terjadi sebaliknya.

Film berlanjut memperlihatkan Wen yang menemui anak lelaki pertamanya di sebuah bimbingan belajar. Wen memberikan A-Hao (Greg Hsu) sejumlah uang untuk kuliah dalam sebuah buku yang seharusnya dia serahkan beberapa waktu lalu. Tak lama Wen pun pulang.

Di rumah, Qin kedatangan dua orang wanita, satu dewasa dan satu remaja. Maksud kedatangan mereka adalah ingin bertemu A-Ho, meminta pertanggungjawabannya karena telah menghamili gadis remaja berusia 15 tahun bernama Xiao Yu (Apple Wu). Qin mengatakan bahwa A-Ho tidak ada di rumah melainkan di lapas remaja.

Qin yang masih kaget tak menunjukkan reaksi apa pun. Hal tersebut membuat wanita yang tampaknya ibu dari gadis remaja itu kecewa sehingga bersiap menuntut di pengadilan. Di lapas remaja Ho mulai tinggal di penjara. Pemuda kelahiran 1996 itu dihukum selama tiga tahun atas penyerangan yang dilakukannya.

Di tempat berbeda A-Hao atau Hao sedang mengikuti pelajaran tapi pemuda itu terlihat hilang fokus sampai-sampai menarik perhatian guru yang sedang mengajar. Akibatnya Hao dikeluarkan dari kelas. Sementara itu Wen kembali mendampingi peserta kursus mobil yang kali ini adalah seorang wanita.

Wanita tersebut bertanya berapa anak yang dimiliki Wen. Wen menjawab dia hanya punya anak satu yang tahun depan masuk kedokteran.

Di sisi lain Ho mulai mendapat perisakan dari teman-teman satu kamarnya. Cerita berlanjut saat ayah Oden menemui Wen dan bicara soal uang kompensasi. Wen tak mau membayar karena yang memotong tangan Oden bukan Ho melainkan Radish.

Namun, ayah Oden tak tega melihat kondisi keluarga Radish sehingga berusaha mendapatkan kompensasi dari keluarga Ho. Kembali ke penjara, Ho terlibat perkelahian dengan salah satu penghuni hingga wajahnya babak belur. Ho diberi peringatan bahwa perilakunya bisa memengaruhi masa tahanan. Jika terus berulah, bukan tidak mungkin dia akan dihukum lebih lama dibanding yang lain.

Setelahnya Ho mendapat kabar bahwa sang ibu menjengkunya. Qin yang melihat Ho babak belur tentu bertanya, tapi pemuda itu tak ingin membahas apa pun. Walau awalnya marah, Qin akhirnya hanya bertanya barang apa saja yang dibutuhkan Ho selama di penjara.

Meski sangat ingin, wanita paruh baya tersebut tidak membahas masalah Xiao Yu yang hamil oleh Ho. Lalu apakah kasih sayang Qin benar-benar tidak akan berubah? Bagaimana dengan Wen?

Perjuangan Satu Keluarga Hadapi Masalah-Masalah

Film Taiwan selalu punya sihirnya tersendiri. Mereka seperti memiliki formula yang dapat membuat sebuah film drama bisa terasa gelap. Beberapa di antaranya ada Dear Ex (2018), Little Big Women (2020) dan Your Name Engraved Herein (2020). Kali ini kisah yang tak kalah gelap tersaji dalam sebuah film drama keluarga berjudul A Sun (2019) atau Yang Guang Pu Zhao.

Berada di bawah arahan sutradara Chung Mong Hong, aktor Chen Yi Wen, Samantha Ko, Wu Chien Ho dan Greg Hsu menjadi sebuah keluarga dengan rentetan masalah yang berat. Secara ekonomi mereka bukan keluarga berlebihan tapi juga tidak kekurangan. Konflik yang jadi sajian utama dalam film ini bukan uang, melainkan anak-anak dengan isi kepala yang tak bisa ditebak.

Sebagai orang tua, Wen dan Qin seperti tak diberi kesempatan untuk bernapas karena masalah datang pada mereka secara bertubi-tubi. A-Ho anak bungsu bahkan masih merepotkan setelah dirinya berada dalam penjara.

Sementara anak pertama yang digadang-gadang hidup dengan benar, ternyata punya luka yang tak tampak dan berakhir dengan tragedi. Pada bagian ini, alurnya akan membuatmu tak habis pikir karena saking gelap dan tak tertebak.

Luka, Ego dan Kasih Sayang Seorang Ayah

Sepanjang hampir 3 jam, tepatnya 2 jam 36 menit, kamu akan dibuat lelah bukan hanya oleh ceritanya, melainkan juga pemilihan tone atau color grading yang benar-benar pengap, redup dan gelap. Pemilihan warna yang demikian memang seolah mencerminkan kekalutan hati seorang ayah yang punya luka, ego dan kasih sayang di dirinya.

Wen yang terluka karena perbuatan Ho bagaimana pun tetap manusia biasa. Dia ayah yang pasti punya marah ketika sang anak berulah. Dia juga punya ego yang merasa berhak untuk tidak lagi menganggap anaknya sebagai anaknya. Namun, jauh di lubuk hati dia ingin anaknya bahagia dan terlindungi.

Konflik utama yang dimuat dalam alur film ini terasa realistis karena kehidupan memang bisa begitu menyesakkan bagi beberapa orang. Seseorang bisa dituntut segala macam sekaligus harus menahan dirinya. Belum lagi karakter ibu dalam film ini juga digambarkan sangat manusiawi.

Samantha Ko sebagai Qin sejak awal sudah menarik perhatian. Dia bukan ibu yang berlebihan menunjukkan pembelaannya pada sang anak, tapi tidak juga menyudutkannya. Qin merangkul mereka dengan luka-luka yang terlihat jelas melalui matanya. Dia lelah tapi harus bertahan.

Tak heran Chen Yi Wen menang sebagai Best Leading Actor di ajang 56th Golden Horse Awards 2019 lalu, sementara Samantha Ko dinobatkan sebagai Best Supporting Actress pada 14th Asian Film Awards 2020. Keduanya menyuguhkan kualitas akting yang kawakan sebagai sepasang suami istri dengan luka batin yang dalam.   

Perjalanan Tak Mudah Jadi Orang Lebih Baik

A Sun (2019) yang memenangkan lebih dari satu penghargaan sebagai Best Film melengkapi kualitasnya dengan sinematografi yang apik. Scene saat menjelang usai, ketika Wen akhirnya memperlihatkan dirinya yang asli sebagai seorang ayah pada Qin, kamu akan melihat satu paket pemandangan yang emosional. Selain itu scoring-nya juga sangat pas hingga kepedihan yang coba ditampilkan dapat dirasakan.

Melalui itu semua film ini sekaligus memperlihatkan bahwa perjalanan menjadi orang yang lebih baik adalah tak mudah, tapi bukan berarti tidak layak untuk diperjuangkan. Masa lalu yang sangat berantakan hanya boleh ditinggalkan sementara masa depan tidak untuk disiakan.

Secara keseluruhan A Sun (2019) akan berkesan untuk kamu yang nyaman dengan alur lambat, gelap dan mengejutkan. Bagi beberapa yang lain, film ini akan cukup melelahkan dan membosankan, apalagi durasinya hampir 3 jam. Jika kamu tetap penasaran dengan jalan ceritanya, A Sun (2019) bisa ditonton di Netflix! Tertarik? Agendakan segera!

cross
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram