showpoiler-logo

Sinopsis dan Review A Quiet Place (2018), Teror Alien Buta

Ditulis oleh Dhany Wahyudi
A Quiet Place
4
/5
showpoiler-logo
PERHATIAN!
Artikel ini mengandung spoiler mengenai jalan cerita dari film/drama ini.

Di dunia post-apocalyptic, sebuah keluarga terpaksa harus hidup dalam kesunyian untuk bersembunyi dari sekelompok alien yang memiliki pendengaran yang sangat peka. Pemenang Critics’ Choice Award di kategori Best Sci-Fi/Horror Film ini juga menjadi salah satu film terbaik di tahun 2018 menurut National Board of Review.

A Quiet Place merupakan sebuah film horror dengan elemen sci-fi dan menjadi satu tambahan lagi dalam khazanah film-film bertema alien pemusnah manusia. Meski banyak terinspirasi dari film-film bertema serupa, seperti franchise Alien dan Signs (2002), makhluk mengerikan dalam film karya John Krasinski ini memiliki keunikan tersendiri, yaitu memiliki pendengaran yang sangat peka tetapi buta.

Premis film yang menjanjikan ini diolah dengan sangat apik dan menjadi tontonan menegangkan yang tidak biasa. Pertama kali tayang di South by Southwest di bulan Maret 2018, A Quiet Place mendapat respon positif terlebih setelah perilisan film pada bulan April 2018. Sekarang kita sudah bisa menyaksikan kembali film box-office ini di layar Netflix.

Film ini memiliki banyak keunikan tersendiri yang akan kami ulas beserta sinopsis dan catatan produksi film yang mengambil lokasi syuting tidak jauh-jauh dari kota New York, yaitu di bagian utara yang masih memiliki hutan yang lebat. Tenang, film ini tidak mengandung spoiler, kok!

Sinopsis

A Quiet Place (2018)

Cerita ini berada di waktu yang tidak jauh dari sekarang, dimana Bumi dihuni oleh makhluk mengerikan yang mengandalkan kelebihan mereka dalam kepekaan pendengaran. Satu saja bunyi terdengar oleh mereka, itu berarti nyawa kita akan terancam, dan setiap hari terbangun dalam kondisi masih hidup adalah rasa syukur yang sangat besar bagi manusia yang masih ada.

Sama seperti yang dilakukan oleh keluarga Abbott yang terdiri dari Lee (John Krasinski), Evelyn (Emily Blunt), dan ketiga anaknya. Hidup tidak mudah ketika keluarga ini tidak boleh bersuara, apalagi dalam membesarkan anak-anak mereka yang masih kecil. Terbukti dengan tewasnya putra bungsu mereka di dekat jembatan dalam perjalanan pulang dari kota karena dia menyalakan mainan pesawatnya.

Kehidupan mereka harus selalu teratur dan tidak boleh bergerak sembarangan yang bisa menimbulkan suara atau bunyi yang nantinya bisa didengar oleh para alien ganas ini. Sebagai ayah, Lee menjaga dengan baik seluruh anggota keluarganya sembari tetap mencari tahu tentang keberadaan penyintas lain, jika memang masih ada, lewat radio.

Sementara itu, putri sulung mereka, Regan, yang masih merasa bersalah atas kematian adik bungsunya, sedikit mengganggu keharmonisan keluarga, meski ayah dan ibunya berusaha semaksimal mungkin untuk tetap menjaga keharmonisan di antara mereka. Evelyn sedang hamil tua, dan ini akan menjadi permasalahan tersendiri yang mungkin akan memicu kedatangan para makhluk buta nan sadis tersebut.

Sebelumnya, bayangin dulu deh gimana repotnya harus meredam tangis anak bayi yang baru lahir tanpa terdengar? Hampir mustahil itu bisa dilakukan. Tetapi pasangan suami istri ini tampaknya sudah siap dengan segala peralatan dan skenario jika berada dalam situasi seperti itu kelak. Hingga datang harinya tiba, yaitu waktu kelahiran yang sangat menegangkan, terutama bagi penonton.

Evelyn di rumah seperti biasanya, sementara itu Lee mengajak putranya ke sungai untuk menangkap ikan dan melepaskan penat dengan berteriak di bawah air terjun. Sedangkan Regan sedang berziarah ke lokasi tewasnya sang adik bungsu. Evelyn sudah merasa jika dirinya akan melahirkan saat itu juga, dan menuju ruangan bawah tanah untuk bersalin.

Tapi karena kakinya menginjak paku di tangga dan sempat menjatuhkan pigura kaca sehingga mengundang sekelompok alien ini mendatangi rumah mereka. Evelyn menghidupkan lampu merah yang dipasang di sekeliling rumah sebagai pertanda ada bahaya mengancam. Lee segera bertindak menyelamatkan istrinya dan meminta Marcus untuk menyalakan kembang api sebagai pengalih.

Evelyn berhasil melahirkan dengan selamat dan bayi mereka langsung dipasangkan alat pernafasan supaya tangisnya tidak terdengar. Regan yang baru kembali ke rumah, segera mencari perlindungan ke atas lumbung gandum bersama Marcus. Ketika kembang api mereka habis, Marcus yang beranjak dari tempatnya terjatuh ke dalam lumbung dan nyaris tenggelam jika tidak diselamatkan oleh Regan.

Mereka berhasil menyelamatkan diri dari ancaman alien yang rupanya tidak tahan dengan suara berfrekuensi tinggi dari alat bantu dengar milik Regan. Ketika mereka berdua terdesak dalam mobil karena berlindung dari serangan alien, Lee berteriak menarik perhatian mereka dan mengorbankan dirinya demi keselamatan anak-anaknya.

Mereka kembali ke rumah dan bergabung bersama ibunya. Ancaman semakin besar karena kali ini tidak hanya satu, tapi muncul lagi beberapa yang lainnya. Regan yang sudah menyadari kelemahan alien, mendekatkan alat bantu dengarnya ke mikrofon yang membuat kawanan alien itu seperti kesakitan dan mudah untuk ditembak oleh Evelyn.

Kesunyian yang Mencekam

Kesunyian yang Mencekam
*https://www.imdb.com/title/tt6644200/mediaviewer/rm3119928832

Faktor utama suasana mencekam dalam film ini adalah kesunyian. Alien yang dihadapi oleh keluarga ini adalah makhluk yang tidak bisa melihat dan hanya mengandalkan pendengaran mereka yang sangat peka. So, sekali saja kita membuat suara atau bunyi, bisa kelar hidup kita. Dalam beberapa adegan, diperlihatkan bagaimana reaksi alien terhadap suara dengan menggunakan indra pendengaran mereka.

Adegan di awal film cukup membuat kita paham akan kehandalan atas kekurangan yang ada pada alien ini, dimana seluruh anggota keluarga ini berjalan tanpa alas kaki di atas pasir putih yang ditaburkan di sepanjang jalan dari kota menuju ke rumah mereka di hutan.

Selain itu, rumah mereka pun dibuat menjadi seperti benteng pertahanan yang dilengkapi dengan alat-alat sederhana sebagai sarana perlindungannya. Sepanjang film yang memakan waktu 90 menit ini, waktu tidak akan terasa karena kita dibuat selalu tegang dan tidak boleh bersuara, bahkan di beberapa adegan bisa membuat kita menahan nafas.

Kesunyian ini juga membuat film tampil minim dialog, hanya di dua adegan saja dan itu pun dalam volume yang di bawah standar, alias berbisik. Selebihnya, kita harus mencoba memahami bahasa isyarat yang dibuat oleh mereka.

Dan untungnya, kita bisa dengan mudah mengerti maksudnya karena performa akting yang sangat apik yang ditampilkan oleh keempat aktor utamanya ini. Tentu saja, bahasa isyarat yang paling menusuk hati adalah yang dilakukan oleh Lee kepada anak-anaknya sebelum dia dibunuh oleh alien.

Talenta Baru dalam Diri John Krasinski

Talenta Baru dalam Diri John Krasinski
*https://www.imdb.com/title/tt6644200/mediaviewer/rm3718596608

Tidak banyak aktor yang memiliki bakat untuk kemudian mengembangkan dirinya menjadi sineas yang komplit, yang salah satunya adalah menjadi sutradara handal dan menghasilkan film-film berkualitas. Talenta langka ini tumbuh dan berkembang dalam diri John Krasinski. A Quiet Place adalah film ketiga hasil arahannya.

Dilihat dari grafiknya, Krasinski mengalami perkembangan yang pesat. Film debut penyutradaraannya, Brief Interviews with Hideous Men (2009), adalah film indie bergenre komedi yang sebenarnya cukup bagus, tapi sayangnya masih berada di bawah radar kesuksesan. Kemudian di The Hollars (2016), Krasinski mampu tampil lebih baik dengan cerita film yang hangat dan performa cast yang baik.

Dan A Quiet Place menjadi pembuktian kehandalan tangan dinginnya di kursi panas sutradara dalam mengolah cerita, menjaga tensi, mengatur ritme, mengarahkan para aktor dan aktrisnya, dan menciptakan nuansa mencekam yang berbeda dari film sejenis. Sebuah lompatan besar dalam pencapaian hasil pembelajaran yang tiada lelah darinya.

A Quiet Place menciptakan standar baru dalam genre horror sci-fi dengan keunikan yang ditampilkannya. Genre yang biasanya memamerkan penampilan makhluk yang menyeramkan, kali ini nuansa mencekam justru tercipta tanpa harus sang alien melulu tampil. Dengan minimnya dialog, informasi tentang keadaan dan situasi yang terjadi hanya didapat dari mengamati segala hal yang disajikan di tiap adegannya.

Konsep bertahan hidup yang ditampilkan sangat detil, bahkan alat kecil yang sederhana sangat berarti dalam usaha menyelamatkan nyawa mereka. Film yang berhasil masuk nominasi Oscar di kategori Best Sound Editing ini memberikan kita sudut pandang yang baru tentang ketakutan akan suara dan bunyi lebih dari rasa takut lainnya.

Penasaran dengan sensasinya? Tonton filmnya di Netflix sekarang juga ya! Very recommended! Tapi, kalau kamu sudah menontonnya, silakan share pengalamannya di kolom komentar, ya.

cross linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram