showpoiler-logo

Sinopsis & Review A Jazzman’s Blues, Kesuksesan dan Diskriminasi

Ditulis oleh Dhany Wahyudi
A Jazzman’s Blues
3.3
/5
showpoiler-logo
PERHATIAN!
Artikel ini mengandung spoiler mengenai jalan cerita dari film/drama ini.

Bayou yang pemalu jatuh cinta kepada LeAnne dan mereka pun menjalin cinta secara rahasia. Terpisah karena LeAnne dibawa pergi ibunya, Bayou terus mengiriminya surat meski tak pernah dibalas.

Bertemu kembali beberapa tahun kemudian, cinta terlarang antara mereka membuat Bayou harus pergi dari desa. Dia menjelma menjadi penyanyi terkenal di kota. Apakah dia akan merebut kembali cinta LeAnne?

A Jazzman’s Blues adalah film drama karya Tyler Perry yang dirilis sebagai original film Netflix pada 23 September 2022. Terbiasa mengarahkan film komedi, kali ini Tyler Perry mencoba menyuguhkan kisah drama romantis dengan latar era 1940an.

Dengan iringan musik blues dan jazz yang mengisi filmnya, apakah film yang tayang perdana di Toronto International Film Festival ini bisa mengubah citra komedi sutradaranya? Simak review berikut sebelum menonton filmnya.

Baca juga: 10 Film Terbaik Tentang Rasisme yang Harus Ditonton

Sinopsis

A Jazzman’s Blues_Sinopsis_

Pemuda pemalu bernama Bayou selalu direndahkan oleh ayah dan kakaknya, Willie Earl. Hanya ibunya saja yang membelanya.

Mereka hidup di sebuah desa di daerah Georgia di era 1930an. Dia bertemu dengan gadis cantik bernama LeAnne yang hidup bersama kakeknya. Mereka menjalin cinta secara rahasia agar tidak diketahui oleh kakek LeAnne.

Ayah Bayou pergi meninggalkan mereka demi mengejar karier musiknya di Chicago. Willie Earl tidak lama kemudian ikut menyusul.

Suatu malam, Bayou melihat LeAnne mengalami kekerasan seksual, tapi dia tidak berbuat apapun. Bayou kemudian berniat mengajak LeAnne kabur dari desa. Tapi sebelum niatnya terlaksana, LeAnne sudah dibawa pergi oleh ibunya kembali ke Boston.

Hati Bayou hancur. Dia masuk militer namun tidak diterjunkan ke medan perang karena berkulit hitam. Dia selalu mengirim surat kepada LeAnne, namun tidak pernah sampai ke tangan kekasihnya.

Dia pulang ke Georgia setelah perang usai. Bayou kemudian membantu usaha ibunya yang membuka toko dan laundry di siang hari serta bar dengan live music di malam hari.

Suatu hari, Bayou mengantar pakaian dari laundry ke rumah Sheriff Jackson dan melihat LeAnne yang kini telah menjadi istri John Clayton, adik sang sheriff. Rupanya LeAnne sudah mengubah jati dirinya menjadi wanita kulit putih.

Meski begitu, LeAnne dan Bayou masih saling mencintai. Mereka kemudian menjalin hubungan cinta terlarang yang bisa membahayakan nyawa Bayou.

Ibu LeAnne mengetahui perselingkuhan putrinya tersebut dan melaporkannya kepada Sheriff Jackson. Dia langsung mengumpulkan orang untuk menyerang Bayou. Willie Earl yang hendak pergi ke Chicago bersama manajernya, Ira, membawa serta Bayou demi keselamatan nyawanya.

Sesampainya di Chicago, mereka mengikuti audisi untuk tampil di Capitol Royale. Bayou berhasil mencuri perhatian pemiliknya yang langsung menjadikannya penyanyi utama di tempat itu.

Sementara Willie Earl hanya menjadi pemain terompet di belakang adiknya tersebut. Popularitas Bayou semakin meningkat yang membuat iri Willie Earl yang kini terjebak jerat narkoba.

LeAnne melahirkan seorang putra dari hasil hubungannya dengan Bayou. Dia selalu ingin membantu ibu Bayou yang kini hidup sengsara karena seluruh usahanya ditutup oleh walikota baru, yang tidak lain adalah suami LeAnne sendiri.

Bayou mendapat surat dari ibunya yang mengabarkan bahwa dia baik-baik saja di rumah. Tapi Bayou sangat rindu dan ingin berjumpa dengan ibunya. Dia pun meminta Ira mengatur jadwalnya agar dia bisa ke Georgia membawa serta band untuk bisa tampil di bar milik ibunya.

Willie Earl yang terbakar rasa iri kepada Bayou, melaporkan keberadaan adiknya itu kepada Sheriff Jackson. Di tengah penampilan, Bayou meminta izin untuk pergi sebentar. Rupanya dia hendak bertemu LeAnne yang sudah menunggunya di bus.

Melihat rombongan orang membawa obor menuju ke rumah ibunya, Bayou keluar dari bus dan berusaha mencegah mereka. Apa yang kemudian terjadi kepada Bayou? Akankah cinta mereka berdua mencapai akhir yang bahagia?

Lanjutkan menonton film ini hingga usai untuk menemukan jawabannya. Persiapkan hati kalian untuk akhir yang penuh keharuan.

Mengupas Topik Sensitif

A Jazzman’s Blues_Mengupas Topik Sensitif_

Tyler Perry adalah seorang sineas yang suka menyelipkan pesan-pesan keagamaan dan topik diskriminasi rasial. Kita mengenalnya lewat karakter Madea yang selalu berbicara tentang dua hal tadi, namun dengan ucapannya yang kasar dan kotor. Tapi kita tidak akan menemui semua unsur tersebut di dalam film ketiganya untuk Netflix ini.

Kita sangat mengapresiasi eksplorasinya dalam berbagai genre film. Selain komedi, dia juga pernah mengarahkan film drama dan thriller.

Tapi baru kali ini dia membuat film drama romantis dengan latar waktu bukan di zaman modern, melainkan era 1930-an dan 1940-an. Dan bisa dibilang, Tyler Perry cukup sukses menyajikan kisah cinta berbalut diskriminasi rasial ini dengan baik.

Tyler Perry memang bukan putra asli daerah Atlanta, dia dilahirkan di New Orleans, tapi seluruh filmnya memiliki latar lokasi di kota itu. Karena sudah hafal dengan seluk-beluk kota Atlanta serta negara bagian Georgia secara umum, pemilihan lokasi untuk film ini sangat sesuai dengan latar waktu yang diceritakan.

Desain produksi film berdurasi 2 jam 7 menit ini cukup autentik. Selain lokasi, dukungan desain kostum juga sinematografi dengan pewarnaan yang teduh layaknya mimpi semakin mendukung alur cerita yang dipaparkan dalam bentuk kilas balik ini.

Alur ceritanya pun cukup berliku yang memperlihatkan kematangan Tyler Perry sebagai penulis naskah. Latar belakang cerita langsung mudah dipahami sejak awal film dan pondasi karakternya sudah mulai tergambar pula.

Tikungan demi tikungan cerita, membuat alurnya sedikit tidak mudah untuk ditebak, meski akhir filmnya yang tragis sudah dibuka sedari awal.

Lewat film ini, kita diperlihatkan beberapa lapisan topik tentang betapa banyaknya ketidakadilan hukum yang terjadi pada masa itu secara terang-terangan. Istilah segregasi sudah menjadi hal lumrah yang tak bisa ditolak.

Dalam kendaraan umum, warga kulit hitam ditempatkan di kursi paling belakang. Mereka juga tidak diperbolehkan berperang meski sudah masuk militer.

Sedangkan Bayou hanyalah warga biasa yang tidak punya kuasa untuk mendobrak kebobrokan sistem negaranya. Dia hanya mengikuti alurnya saja dan berusaha mengalah ketika terhimpit oleh warga kulit putih.

Bagi warga kulit hitam yang memiliki kulit yang lebih cerah, mereka bisa mengubah jati diri menjadi warga kulit putih. Hal ini dilakukan secara rahasia dengan menutup masa lalu mereka rapat-rapat.

Topik ini pernah ditampilkan secara mendalam di film Netflix lainnya, Passing (2021). Kalian akan memahami permasalahan ini dengan menonton film tersebut.

Juga diceritakan perasaan iri Willie Earl yang besar kepada Bayou karena kesuksesannya sebagai penyanyi, sementara dia sendiri hanya menjadi pemain terompet di belakangnya.

Dia menjadi iri karena selama ini selalu mencemooh Bayou yang dianggap tidak punya kelebihan di bidang musik, tidak seperti dirinya yang selalu mendapat pujian dari ayahnya.

Dan ketika Bayou menjadi terkenal, dia menimbun rasa iri yang besar. Pelarian dari rasa kecewanya ini adalah ke narkoba. Puncaknya, dia justru melaporkan Bayou kepada Sheriff Jackson.

Sempalan kisah ini serupa dengan kisah Qabil dan Habil, dua anak Adam. Hal ini membuktikan bahwa Tyler Perry tidak pernah lupa menyelipkan pesan moral keagamaan di dalam filmnya.

Penuh Musik Jazz dan Blues

A Jazzman’s Blues_Penuh Musik Jazz dan Blues_

Film ini juga menceritakan perjuangan seseorang yang terbiasa direndahkan dalam membuktikan kualitasnya.

Bayou dari awal film sudah dihina dan direndahkan oleh ayahnya dengan memintanya memainkan terompet di atas panggung. Karena tidak bisa memainkannya dengan benar, dia hanya menjadi bahan tertawaan yang kemudian semakin direndahkan lewat permainan terompet kakaknya.

Satu adegan ini sudah cukup mewakilkan penderitaannya sedari kecil hingga usia remaja. Ternyata, dia bukanlah anak kandung ayahnya, melainkan dari pria lain yang menjadi selingkuhan ibunya.

Dia pernah menjadi tentara, juga menjadi penjaga toko. Namun, gairahnya adalah dalam bidang musik. Dia memang tidak pandai memainkan instrumen, tapi Bayou memiliki suara yang indah.

Sesuai judulnya, film ini dipenuhi oleh iringan musik jazz dan blues. Dua genre musik ini ditampilkan secara berimbang.

Di setengah fllm pertama, saat Bayou masih di Georgia, musik blues tampil mendominasi. Lalu setelah Bayou berada di Chicago, dia bernyanyi dengan balutan musik jazz hingga menjelang akhir film.

Tyler Perry menempatkan lagu-lagu di film ini sesuai dengan jalan cerita dan perasaan penyanyinya pada adegan tersebut. Kurang lebih serupa dengan fungsi lagu-lagu yang ada di film-film India.

Sehingga dengan mengamati lirik lagunya, kita akan memahami apa yang dirasakan oleh penyanyinya, termasuk menjadi benang merah dalam jalan ceritanya.

Performa Apik Joshua Boone

A Jazzman’s Blues_Performa Apik Joshua Boone_

Vokal Joshua Boone, pemeran Bayou, memang bagus. Tapi saat menyanyikan lagu-lagu blues, suaranya tidak begitu padu dengan jenis musik tersebut. Karena biasanya musik blues akan terasa kental dengan warna vokal yang tebal. Sedangkan Joshua Boone memiliki warna vokal yang cenderung tipis.

Tapi ketika menyanyikan lagu-lagu jazz, barulah aura vokalnya terlihat cemerlang. Meski kita tahu bahwa dia tidak menyanyi secara langsung di setiap adegannya, melainkan hasil dari rekaman, tapi dia terlihat lebih hidup dan nyaman ketika menyanyikan lagu-lagu jazz.

Dan kita dibuat terkesima olehnya, sama dengan warga Chicago yang berbondong-bondong ingin menyaksikannya di Capitol Royale.

Joshua Boone memang adalah aktor pendatang baru. Dia lebih sering menjadi bintang tamu di beberapa serial TV. Film A Jazzman’s Blues ini adalah film keduanya, setelah sebelumnya bermain di film indie berjudul Premature (2019).

Tyler Perry tidak salah menempatkannya sebagai pemeran utama, karena dia berhasil membawakan karakter Bayou dengan baik. Ekspresi dan gerak tubuhnya tampak natural sebagai pemuda yang selalu ditekan dan direndahkan.

Namun ketika Bayou mulai populer, wajahnya penuh rasa percaya diri. Dia juga terlihat seperti benar-benar seorang bintang jazz terkenal.

Tidak disangka, ternyata A Jazzman’s Blues mampu menepis keraguan kita akan kemampuan Tyler Perry membesut film drama romantis.

Memang kisah percintaannya tidak begitu dalam tergali karena selalu dirintangi oleh tindakan diskriminasi rasial. Tapi justru rintangan ini semakin menggambarkan betapa besar rasa cinta yang mereka miliki. Semua aspek teknis film ini berada di atas standar dan merupakan keunggulan utamanya.

Sementara itu, rangkaian lagu-lagunya pun bisa membawa mood kita hanyut ke dalam ceritanya. Meski konklusi akhirnya kurang memuaskan, hanya dijawab dengan diam, tapi kita dibuat paham bahwa mendobrak sistem hukum yang sudah ada memang tidaklah mudah.

Hal ini yang sangat dipahami oleh Johnathan, putra LeAnne dan Bayou, yang sedang menempuh jalan untuk menjadi senator. Dia baru menyadari siapa ayah kandungnya setelah membaca surat-surat Bayou yang diantar ke kantornya oleh Hattie Mae, nenek yang belum dikenalnya.

Akhir film ini mendorong kita untuk menaruh simpati kepada para korban diskriminasi ini. Bagi kalian yang mencari kisah romantis, mungkin film ini tidak akan memuaskan dahaga kalian sepenuhnya.

Namun bagi kalian yang menyukai film perjuangan seseorang untuk mencapai kehidupan yang lebih baik, maka film A Jazzman’s Blues adalah salah satu film yang wajib kalian tonton. Sudah tersedia di Netflix, jangan sampai melewatkan film ini, ya!

cross linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram