showpoiler-logo

Sinopsis & Review A Beautiful Mind, Cerita Hidup Ahli Matematika

Ditulis oleh Aditya Putra
A Beautiful Mind
4.5
/5
showpoiler-logo
PERHATIAN!
Artikel ini mengandung spoiler mengenai jalan cerita dari film/drama ini.

Hidup manusia dari waktu ke waktu semakin dipermudah dengan adanya sains. Sains berperan besar dalam pengembangan teknologi yang memberikan dampak yang lebih luas yaitu pada manusia. Oleh karena itu, mereka yang berhasil menciptakan sesuatu yang berkontribusi besar pada manusia akan mendapatkan Penghargaan Nobel.

Salah satu bidang yang berperan penting dalam kehidupan manusia adalah matematika. Teori yang ditemukan dalam matematika malah bisa dipergunakan untuk kepentingan yang lebih luas seperti ke bidang ekonomi.

Hal itulah yang dilakukan oleh John Forbes Nash, Jr. dalam film A Beautiful Mind. Sinopsis dan review filmnya bisa kamu simak di sini!

Sinopsis

a-beautiful-mind-2_

Pada tahun 1947, John Nash diterima masuk ke Princeton University lewat jalur beasiswa untuk program studi matematika. Nash bukanlah mahasiswa biasa, dia punya keinginan besar untuk menciptakan sebuah teori baru yang revolusioner.

Teorinya terinspirasi oleh cara pria mendekati wanita di bar yang menurut Nash akan punya kemungkinan sukses lebih besar apabila dilakukan dengan kooperatif.

Nash mempublikasikan teori yang diciptakannya. Teori itu membuatnya diterima untuk menjadi dosen di Massachusetts Institute of Technology (MIT).

Di tempat barunya, Nash berhasil menyelesaikan geometri diferensial. Sebelumnya belum pernah ada yang berhasil melakukannya. Ketika mengajar di MIT, Nash bertemu dengan Alicia, salah seorang mahasiswa yang diajarnya.

Pada tahun 1953, Nash diundang ke Pentagon untuk mempelajari telekomunikasi yang terenkripsi. Nash berhasil memecahkannya. Merasa bosan dengan tugasnya sebagai dosen, Nash direkrut oleh William Parcher yang mengaku dari Departemen Pertahanan Amerika.

Nash diberikan tugas untuk mencari pola tersembunyi di majalah dan koran terbitan Rusia. Nash mulai terobsesi dengan tugas barunya, bahkan merasa dia diikuti oleh seseorang.

Alicia mengajak Nash untuk makan malam dan keduanya saling jatuh cinta. Ketika mengunjungi Princeton, Nash bertemu dengan Charles, mahasiswa sastra temannya dulu bersama keponakannya, Marcee. Charles mendorong Nash untuk segera melamar Alicia. Nash melamar Alicia dan keduanya pun menikah.

Nash mulai merasakan ketakutan akan keselamatan hidupnya setelah selamat dari pertarungan Parcher melawan agen Soviet. Di saat yang bersamaan Alicia tengah mengandung anak Nash.

Parcher meminta Nash untuk melanjutkan tugasnya. Ketika sedang menjadi pengajar tamu di Harvard, Nash melarikan diri karena merasa dirinya dikejar oleh beberapa agen Soviet.

Nash memukul Dr. Rosen, seorang psikiater yang dianggapnya sebagai pemimpin agen. Dr. Rosen menyuntik Nash dan mengirimnya ke fasilitas psikiatris. Dr. Rosen memberi tahu Alicia bahwa Nash menderita schizophrenia.

Sosok-sosok yang dilihatnya yaitu Charles, Marcee dan Parcher hanyalah sosok imajiner dalam pikiran Nash. Alicia menemui Nash dan memberi tahu bahwa sosok Parcher itu nggak ada.

Untuk mengatasi schizophrenia, Nash diberikan terapi kejut insulin. Selanjutnya Nash diharuskan meminum obat. Nash merasa obat-obatan membuatnya mudah kelelahan dan sulit berkonsentrasi. Maka dari itu, dia memilih untuk nggak meminum obat lagi. Akibatnya dia kembali melihat sosok Charles, Marcee dan Parcher lagi.

Pada tahun 1965, Alicia menemukan bahwa Nash kembali mengerjakan tugasnya mencari pola di koran dan majalah. Sadar bahwa suaminya sudah kambuh, Alicia pulang ke rumah dan menemukan sang anak nyaris tenggelam di bathtub.

Nash merasa bahwa Charles sedang mengawasi anaknya. Alicia menelepon Dr. Rosen tapi Nash malah memukul Alicia sampai nggak sadarkan diri. Saat itu Nash merasa Alicia adalah Parcher.

Ketika sadar, Alicia mencoba membawa anaknya untuk melarikan diri dari Nash. Nash menghentikan mobil yang ditumpangi Alicia dan menyadari bahwa sosok-sosok yang dilihatnya hanyalah halusinasi. Dr. Rosen meminta Nash untuk kembali mengonsumsi obat-obatan tapi Nash menolak. Perjuangan apa lagi yang harus dilalui oleh Nash?

Pengemasan Nash yang Manusiawi

a-beautiful-mind-3_

A Beautiful Mind menceritakan kehidupan Nash dari awal masuk Princeton sampai memenangkan Nobel. Sebagai film biografi, sosok Nash yang ditampilkan dalam cerita dibuat dengan manusiawi.

Nash yang punya kontribusi besar pada matematika dan ekonomi, nggak dibuat seolah-olah tanpa cela. Film ini turut menampilkan kekurangan serta perjuangannya sampai menjadi peraih Nobel.

Dari awal film, kita mungkin akan terkecoh bahwa sosok Nash yang kelak menjadi ahli matematika digambarkan sebagai sosok yang nggak nyaman ketika berinteraksi dengan orang banyak. Karakter seperti itu merupakan hal yang biasa untuk menguatkan persepsi tentang ilmuwan.

Tapi ada adegan ketika dia mendekati wanita di bar, bukannya memilih topik yang umum, dia malah membicarakan tentang seks yang membuatnya terasa berbeda.

Realita Melawan Halusinasi

a-beautiful-mind-4_

Sebagai seorang ilmuwan atau ahli, senjata yang Nash miliki adalah pikirannya. Pikirannya juga yang kelak akan memberi banyak pengaruh pada manusia. Tapi pikiran yang sama juga yang membuatnya menghadapi masalah personal. Masalah itu muncul karena dia menderita delusi dengan melihat sosok-sosok yang sebenarnya nggak ada.

A Beautiful Mind menekankan pada cerita realita melawan halusinasi yang dialami oleh Nash. Penyebabnya pun terasa reasonable karena Nash memang menderita schizophrenia. Film ini bahkan dengan berani memaparkan bagaimana gejala yang dirasakan penderita penyakit tersebut lengkap dengan perjuangan untuk mengatasinya.

Pendalaman karakter Nash di film ini sangatlah solid. Di awal film, gurunya menyebut kalau Nash punya dua otak tapi hanya punya setengah hati.

Sosoknya yang sulit bersosialisasi pun tergambar lewat adegan ketika Nash mengatakan bahwa dia nggak menyukai orang-orang dan begitupun sebaliknya. Karena dua hal itu, narasi perjalanan Nash sampai ke titik kesuksesan terasa dibangun dengan kuat.

Secara sinematografi, A Beautiful Mind memamerkan beberapa teknik pengambilan gambar yang unik. Dalam sebuah adegan, Nash memandang langsung ke arah kamera untuk memperlihatkan bahwa film sedang berjalan dari sudut pandangnya dan memotret paranoid yang dirasakannya.

Ketika Nash berhalusinasi, nuansa film dibuat lebih gelap untuk menguatkan cerita bahwa Nash merasa diikuti oleh orang lain dan berada dalam bahaya.

Penampilan Mengagumkan Russell Crowe

a-beautiful-mind-5_

Rasanya nggak ada aktor lain yang tepat untuk memerankan karakter John Nash di A Beautiful Mind selain Russell Crowe. Aktor kelahiran Selandia Baru itu bisa menghidupkan karakter Nash. Crowe bisa menjadi sosok yang sulit berbaur dengan orang lain tapi tetap memiliki kepercayaan diri yang tinggi dan cenderung arogan.

Puncak penampilan Crowe di film ini adalah ketika dia berhalusinasi. Dia bisa menjadi seseorang yang tekun mencari pola rahasia di koran dan majalah.

Kemudian merasakan paranoid bahwa dia diikuti oleh orang lain dan nyawanya berada dalam bahaya. Sang aktor berhasil membuat kita sebagai penonton merasa peduli pada sosok Nash dengan segala kegilaan dan perjuangannya.

A Beautiful Mind merupakan sebuah film biografi yang berimbang dalam membawakan narasi seorang pemenang Nobel bernama John Nash.

Dalam durasi selama 135 menit, kita akan diperlihatkan sosok Nash dengan kelebihan serta kekurangannya. Durasi yang cukup panjang itu terasa sepadan dengan cerita yang disajikan. Suka film biografi? Coba tulis film biografi favorit kamu di kolom komentar, teman-teman!

cross linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram