showpoiler-logo

Sinopsis dan Review Film Turki 7 Kogustaki Mucize (2019)

Ditulis oleh Suci Maharani R
7 Kogustaki Mucize
3.7
/5
showpoiler-logo
PERHATIAN!
Artikel ini mengandung spoiler mengenai jalan cerita dari film/drama ini.

Satu lagi remake dari Miracle in Cell No. 7 (2013) yang tidak boleh kamu lewatkan. Inilah 7 Koğuştaki Mucize (2019) yaitu adaptasi resmi dari film garapan Lee Hwan Kyung buatan Turki.

Film ini digarap oleh sutradara Mehmet Ada Öztekin dan dibintangi oleh deretan selebriti ternama di Turki. Mulai dari Aras Bulut İynemli, Nisa Aksongur, Deniz Baysal hingga salah satu aktor senior İlker Aksum.

Namun, hal yang patut kamu antisipasi ternyata alur cerita garapan Mehmet Ada Öztekin ini cukup berbeda dengan film aslinya.

Mereka tidak hanya mengubah latar cerita saja, tapi memberikan tambahan karakter dan ending bikin penonton sangat terkejut. Pasalnya, tangisan ini tidak hanya soal rasa sedih tapi ada kebahagiaan juga di dalamnya.

Bagi kamu yang penasaran, kira-kira seberapa bagusnya sih 7 Kogustaki Mucize (2019) ini? Kamu bisa membaca sinopsis dan ulasan lengkap mengenai filmnya berikut ini ya!

Baca juga: Sinopsis & Review Film Miracle in Cell No.7 Versi Indonesia

Sinopsis

Sinopsis

Berlatar pada tahun 1983, Mehmet Koyuncu atau Memo (Aras Bulut İynemli) adalah seorang pria yang diketahui sebagai penyandang disabilitas Intelektual.

Selama ini, Memo hanya tinggal bersama dengan putrinya yang bernama Ova (Nisa Aksongur) dan sang nenek Fatma (Celile Toyon Uysal). Untuk menghidupi keluarganya, Memo kerap berjualan di pasar.

Akhir-akhir ini, Memo berusaha keras untuk berjualan karena sang putri menginginkan sebuah tas. Hari itu Memo mengajak Ova untuk membeli tas Heidi, sayangnya uang yang mereka kumpulkan belum cukup.

Sang penjaga toko berkata, bahwa Ova bisa membawa tas itu dan membayarnya di akhir. Tapi Memo tidak mau, pria itu berkata dirinya takut dimarahi oleh sang nenek.

Beberapa hari kemudian, Memo dan Ova kembali mendatangi toko tas tersebut. Sayangnya, tas Heidi yang diinginkan oleh Ova telah dibeli oleh putri seorang Letnan Kolonel yang berkuasa.

Memo sempat ingin membeli tas itu dari sang Letnan, tapi pria itu malah memukulnya. Untungnya penjaga toko berhasil melerai perkelahian itu dan berkata bahwa Memo hanya lah seorang pria autis dan tidak berbahaya.

Beberapa hari kemudian, Memo sedang menggembala domba-domba miliknya di atas perbukitan. Hari itu, ia tidak sengaja bertemu dengan anak yang membeli tas Heidi lagi.

Anak perempuan itu meminta Memo untuk mengejarnya, tapi ia terpeleset hingga jatuh ke dalam danau. Memo berusaha menolong anak itu, tapi semua orang menuduhnya sebagai pembunuh.

Letnan Kolonel Aydin (Yurdaer Okur) langsung memerintahkan seluruh anak buahnya menangkap Memo. Bahkan, ia membebaskan mereka untuk melakukan apapun. Selama Memo mengakui, bahwa ia adalah pembunuhnya.

Memiliki posisi tinggi, proses peradilan bagi Memo benar-benar berjalan timpang. Hingga, membuat Memo dijatuhi hukuman mati atas tuduhan pembunuhan kelas pertama. Sontak hal ini membuat hati Fatma sangat sakit, ia tidak percaya bahwa cucunya Mehmet bisa melakukan hal tersebut.

Tak hanya itu, ia juga tidak tahu, bagaimana untuk memberitahu Ova mengenai keadaan Memo yang sesungguhnya? Di lapas, Memo kerap mendapatkan perlakuan buruk dari salah satu sipir yang jadi tangan kanan Letnan Koloner Aydin.

Tak hanya itu, saat masuk ke sel nomor tujuh, Memo juga mendapatkan perlakuan buruk ketika mereka tahu bahwa ia dituduh membunuh anak kecil. Memo diperlakukan buruk, apalagi oleh pemimpin sel yang bernama Askorozlu (İlker Aksum).

Namun semuanya berubah, ketika Memo menyelamatkan Askorozlu yang hampir saja ditikam oleh napi lainnya. Sejak saat itu, Askorozlu menyadari bahwa Memo bukanlah pria gila. Bahkan, ia baru tahu bahwa Memo memiliki anak perempuan.

Tidak mungkin Memo berani membunuh anak lainnya? Sebagai tanda terimakasih, Askorozlu mengabulkan permintaan Memo untuk mambawa Ovo ke sel.

Melihat bagaimana Memo begitu bahagia bersama dengan putrinya, Askorozlu dan seluruh tahanan lainnya merasa ada yang janggal. Ia berpikir, bagaimana Memo bisa lolos dari pemeriksaan medis? Askorozlu juga meminta bantuan kepala sipir Müdür Nail (Sarp Akkaya).

Untuk menyelidiki kasus Memo, sempat menolak, pada akhirnya Müdür Nail berusaha mencari tahu kebenarannya. Saat mendengar kisah Ovo mengenai “Monster Mata Satu” di bangunan tua di atas bukit, Müdür Nail menemukan bukti baru.

Ternyata saksi mata dalam kasus Memo adalah seorang pembelot, makanya ia langsung menghilang tanpa jejak. Müdür Nail meminta bantuan Yüzbasi Faruk (Deniz Celiloğlu), namun pria ini jelas merasa takut dengan komandannya.

Di sisi lain, Yüzbasi Faruk merasa bersalah karena ia juga tidak percaya kalau Memo seorang pembunuh. Hubungan Memo dengan Ovo, secara perlahan membuat hatinya luluh.

Bersama dengan timnya, mereka berhasil membawa pembelot tersebut. Namun, Letnan Kolonel Aydin berhasil menyingkirkan bukti terkuat untuk menyelamatkan Memo.

Pria ini berdalih, bahwa pemberontak itu berusaha untuk melarikan diri, sehingga ia tidak ada pilihan selain menembaknya. Kenyataannya, ia mengeksekusi pembelot tersebut dengan kejam.

Kini harapan Memo untuk bisa bebas dan hidup bersama putrinya sudah tertutup. Namun seluruh anggota sel tujuh tidak mau menyerah. Kira-kira apa yang akan mereka lakukan?

Alur yang Berbeda dan Mengejutkan

Alur yang Berbeda dan Mengejutkan

7 Kogustaki Mucize (2019) menjadi remake dari Miracle in Cell No. 7 (2013) kedua yang saya tonton. Secara kualitas, sebenarnya versi Turki ini terasa lebih artistik dan aesthetic. Gambaran film dengan posternya, benar-benar sejalan.

Terasa sekali, bahwa 7 Kogustaki Mucize (2019) adalah film Eropa bukan Asia. Keindahan alam Turki juga diperlihatkan dengan sangat baik. Bisa dikatakan, kalau sinematografi dan skoring filmnya memang sangat enjoyable dan memberikan experience baru pada para penonton.

Tapi yang ingin saya soroti, justru perubahan alur ceritanya yang terasa mirip tapi sangat berbeda. Secara garis besar, premisnya masih sama yaitu seorang pria disabilitas yang dituduh sebagai pembunuh.

Namun film garapan Mehmet Ada Öztekin menambahkan karakter baru, salah satunya pembelot militer sebagai saksi mata, Nenek Memo, hingga pihak kepolisian militer. Lalu, kepala sipir juga tidak memiliki ikatan emosional dengan Ova. Mereka hanya bersimpati pada gadis kecil itu.

Justru yang terlihat sangat dekat dengan Ova, hanyalah ibu guru Mine yang diperankan oleh Deniz Baysal. Keduanya mengeluarkan aura layaknya ibu dan anak, ketika Ova hidup sebatang kara pasca sang nenek meninggal dunia.

Tak cukup disitu saja, saya sempat dibuat kaget dengan ending filmnya yang sangat berbeda dengan aslinya. Jika dalam film garapan Lee Hwan Kyung, sosok Lee Yong Go dikisahkan harus menerima hukuman mati.

Maka di 7 Kogustaki Mucize (2019), kamu akan menemukan ending baru. Ketika kepala sipir Müdür Nail dan kepala kepolisian militer Yüzbasi Faruk memberikan hadiah berharga untuk Ova.

Kurang Detail, Tapi Gamblang Soal Power Abuse

Kurang Detail, Tapi Gamblang Soal Power Abuse

Mengambil latar tahun 80-an, sebenarnya ada beberapa hal yang masih terasa modern di film ini. Saya sempat mencari tahu, bagaimana situasi Turki di tahun 80-an.

Dari beberapa foto yang saya temukan, seragam tentara yang asli dan yang ada di film terasa agak berbeda. Selain itu, saya merasa gaya berpakaian beberapa orang juga cukup modern.

Namun hal yang membuat saya kagum, 7 Kogustaki Mucize (2019) terlihat sangat berani untuk mengekspos militer, kepolisian dan hukum.

Dari karakter ayah korban yaitu Letnan Kolonel Aydin yang diperankan oleh Yurdaer Okur, sisi aparat yang arogan dapet banget. Pria ini memang sangat kejam dan keras, sehingga ia tidak segan-segan membunuh saksi mata dengan tangannya sendiri.

Tak hanya itu, Letnan Kolonel Aydin juga diperlihatkan secara gamblang meminta anak buahnya untuk memaksa Memo mengakui pembunuhan tersebut.

Ia juga memastikan, bahwa Memo harus berada di penjara yang bisa diakses dan membuatnya menderita. Dari sisi hukum, meski berani menampilkan simbol kenegaraan dan dengan gamblang membicarakan soal pasal-pasalnya.

Memo dijerat dengan pasal 450, ayat 3 dan 4 dalam Hukum Pidana Turki dengan tuduhan pembunuhan tingkat pertama.

Keberanian Mehmet Ada Öztekin mengekspose hukum dan power abuse, menjadi salah satu hal yang paling penting dalam film ini. Sehingga penonton bisa merasakan lebih jelas, penderitaan seperti apa yang dirasakan oleh Memo.

Baca Juga: 6 Perbedaan Miracle in Cell No. 7 Indonesia dan Korea Selatan

Aktingnya Para Pemerannya Cukup Tapi Tidak Memuaskan

Aktingnya Para Pemerannya Cukup Tapi Tidak Memuaskan

Hal lainnya yang ingin saya komentari adalah soal penampilan akting dari para pemerannya. Sebenarnya semua orang telah memberikan penampilan terbaik mereka.

Tapi, saya sendiri masih kurang bisa merasakan akting Aras Bulut İynemli sebagai Memo. Saya pikir, Aras Bulut İynemli masih kurang meyakinkan karena body language yang ditampilkannya masih terasa kurang luwes.

Tapi secara keseluruhan, aktingnya sudah terlihat sangat baik. Selain itu, kemistrinya dengan Nisa Aksongur yang memerankan putrinya sangat luar biasa.

Saya bisa merasakan hubungan ayah dan anak diantara mereka. Nisa Aksongur juga diperlihatkan sebagai sosok anak pemberani dan kuat, apalagi gadis kecil ini sudah biasa hidup di daerah pegunungan atau di lingkungan keras.

Saya juga ingin membahas mengenai akting dari seluruh penghuni sel nomor tujuh. Mereka menampilkan sinergi dan persahabatan yang baik. Rasanya, orang-orang ini memang sudah biasa hidup bersama selama beberapa tahun.

Terutama untuk İlker Aksum yang berperan sebagai Askorozlu dan Mesut Akusta sebagai Yusuf Aga yang merelakan hidupnya untuk Ova dan Memo.  

Inilah sinopsis dan ulasan singkat saya mengenai film 7 Kogustaki Mucize (2019). Film garapan Mehmet Ada Öztekin ini memang memberikan kesan berbeda kepada para penonton.

Saya sendiri menyukai keberanian sang sutradara untuk mengekspos soal hukum dan power abuse dari aparat. Hal ini membuat para penonton semakin emosional dan ikut merasa sedih. 

Kategori:
cross linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram