bacaterus web banner retina

Sinopsis & Review 30 Days of Night, Vampir yang Menyerang Alaska

Ditulis oleh Yanyan Andryan
30 Days of Night
3
/5
PERHATIAN!
Artikel ini mengandung spoiler mengenai jalan cerita dari film/drama ini.

30 Days of Night adalah film horor yang diadaptasi dari sebuah buku komik dengan judul yang sama karya Steve Niles dan Ben Templesmith. Aktor pemain film horor The Faculty (1998), Josh Hartnett, menjadi bintang utamanya dalam film ini dengan berperan sebagai seorang sheriff bernama Eben Oleson.

Film ini diarahkan oleh David Slade dan diproduseri oleh Sam Raimi yang terkenal sebagai maestro film-film horor seperti waralaba The Evil Dead hingga Drag Me to Hell, beserta Robert Taper, yang juga kerap membuat film bergenre menyeramkan mulai dari The Grudge, Boogeyman, dan The Messengers

Dalam situs Rotten Tomatoes, 30 Days of Night memiliki rating 51% berdasarkan 157 ulasan dengan nilai 5.6/19. Selain itu, film ini juga mendapatkan pendapatan 75.5 juta dollar secara global dari anggaran produksi sebanyak 30 juta dollar.

Baca juga: Film Vampire Terbaik yang Wajib untuk Ditonton

Sinopsis

30 Days of Night__

Pada musim dingin, Kota Barrow di Alaska bersiap untuk memasuki momen “Hari Tanpa Matahari” selama 30 hari lamanya. Di momen tersebut, seseorang berhasil menyabotase jaringan komunikasi sehingga para warga tidak bisa melakukan kontak ke wilayah luar.

Sheriff Barrow bernama Eben Oleson kemudian menyelidiki kasus tersebut. Ia menginvestigasi sejumlah peristiwa aneh, di mana banyak hewan-hewan yang mati secara misterius. Pada malam harinya, sekelompok vampir yang dipimpin oleh Marlow, secara tiba-tiba datang dan langsung membantai sebagian penduduk Kota Barrow.

Eben beserta istrinya, Stella, selanjutnya membawa para warga yang masih selamat untuk berlindung bersama-sama di sebuah loteng milik rumah seorang warga. Di sisi lain, Marlow dan kelompoknya terus memangsa darah manusia untuk memenuhi kebutuhan rasa laparnya.

Hampir dua minggu lamanya, Eben beserta yang lainnya bertahan hidup di loteng tersebut. Namun, badai salju kini melanda Barrow bersamaan dengan persediaan makanan mulai menipis. Di tengah badai, mereka pun berhasil masuk ke dalam toko swalayan untuk mencari segala kebutuhan yang diperlukan.

Selepas dari sana, mereka berencana untuk pergi ke kantor polisi, tetapi akan sangat berbahaya karena para vampir sudah menunggu di luar. Eben lalu melakukan pengalihan supaya Marlow dan para vampir mengejarnya dan membiarkan yang lain pergi ke kantor polisi tepat waktu.

Eben berlari menuju rumah neneknya untuk menemukan lampu ultraviolet sebagai senjata membunuh para vampir. Lewat alat tersebut, Eben akhirnya bisa membunuh Iris, kekasih Marlow, dengan membakar wajahnya. Marlow bersama kawanannya kemudian pergi ke stasiun polisi untuk memburu para warga yang masih selamat.

Sementara itu, Beau Brower, salah satu warga yang berada di dalam kelompok, menggunakan traktor untuk membunuh vampir yang mengejar mereka. Ia lalu meledakkan traktor dan dirinya sendiri agar para vampir bisa terbunuh. Tapi ternyata Marlow dan beberapa vampir lain masih tetap hidup.

Eben sekarang sudah berada di kantor polisi dan bertemu dengan Stella beserta warga yang lainnya. Beberapa minggu kemudian, Eben berhasil menyelamatkan rekannya, Deputy Billy Kitka, yang membunuh keluarganya sebelum mereka berubah menjadi vampire.

Billy, Eben, dan Stella memutuskan pergi ke sebuah stasiun pengelolaan listrik yang masih berfungsi di Kota Barrow. Perjalanan mereka harus terpisah karena Stella mesti menyelamatkan seorang gadis kecil bernama Gail Robbins yang keluarganya dibantai oleh kawanan vampir Marlow. Sedangkan Billy dan Eben akhirnya berhasil tiba di stasiun listrik tersebut.

Akan tetapi, sosok vampir muncul di sana dan menggigit Billy yang susah payah berusaha membunuh vampir tersebut. Namun, Eben harus terpaksa membunuh Billy sebelum rekannya itu berubah menjadi makhluk mengerikan pemakan manusia seperti Marlow.

Momen “Hari Tanpa Matahari” di Kota Barrow akan segera usai, Marlow dan kawanannya mencoba untuk menghilangkan bukti keberadaan mereka dengan membakar seluruh kota. Di lain sisi, Eben mempunyai rencana gila dengan menyuntikan darah Billy ke dalam tubuhnya agar ia berubah menjadi vampir untuk bisa melawan Marlow dan kawanannya itu.

Serangan Vampir yang Liar

30 Days of Night_Serangan Vampir yang Liar_

Dengan visual sinematografi yang terlihat kelam tanpa adanya cahaya matahari dan ditambah cuaca musim dingin yang menusuk tulang di Kota Barrow, 30 Days of Night memiliki atmosfer yang terasa menakutkan. Bukan hanya dari visualnya saja, unsur menyeramkannya pun bisa tersaji dalam beberapa momen kekerasan yang brutal dan cukup penuh darah.

30 Days of Night menghadirkan sekelompok vampir haus darah yang tak kenal ampun memangsa para manusia. Mereka hadir secara barbar menyerang warga Barrow sepanjang kota tersebut mengalami momen “Hari Tanpa Matahari” selama 30 hari.

Para vampir yang dipimpin oleh Marlow (Danny Huston) bukanlah sosok makhluk dengan Intelegensi yang tinggi. Mereka hanya terlihat seperti kawanan hewan buas yang sangat kelaparan. Namun, Marlow dan yang lainnya tetap menyeramkan dengan raut wajah mereka yang pucat, gigi bertaring tajam dan mulut penuh darah.

Satu-satunya yang mampu membunuh mereka adalah sinar matahari atau dengan acra memenggal kepala mereka, bukan dengan bawang putih, air suci gereja, maupun salib. 30 Days of Night pun rasanya menjadi salah satu film horor anti mainstream karena para vampirnya tidak bisa mati dengan benda-benda tersebut.

Oleh karena itu, film ini penuh dengan adegan kejar-kejaran yang intens, pertarungan dan pembunuhan yang mendebarkan hingga suasana kota Barrow yang terlihat sangat suram. Semua aspek tersebut bisa dibilang membuat 30 Days of Night menjadi film dengan alur cerita horor yang mendekati sempurna dengan bumbu ketegangan yang mencekam.

Film Horor Underrated

30 Days of Night_Film Horor Underrated_

Di tengah-tengah serangan para vampir yang sedang kelaparan di Kota Barrow, 30 Days of Night mencoba menghadirkan polemik karakter yang berkisar di antara pasangan suami istri Eben Oleson (Josh Hartnett) dan Stella Oleson (Melissa George).

Tetapi, permasalahan yang terjadi diantara kedua karakter tersebut tidak pernah dibahas secara jelas. Untungnya, konflik mereka tidak membuat jalan cerita menjadi berantakan. Tidak ada pula unsur melodramatis yang merusak suasana mencekam dalam film ini. Fokus cerita pun selalu tetap terjaga dari ancaman vampir dan polemik mereka setidaknya membuat 30 Days of Night lebih terasa manusiawi.

Baik Hartnett maupun Melissa tampil baik sejauh film ini berjalan selama kurang lebih dari dua jam. Selama waktu itu pulalah keduanya cukup berhasil untuk membenamkan dirinya masing-masing ke dalam situasi menakutkan berhadapan dengan para para vampir.

Di lain sisi, sutradara David Slade telah membuat film horor adaptasi ini dengan lumayan apik. Meskipun begitu, ada beberapa dialog-dialog dalam 30 Days of Night yang terkesan buruk hingga sebagian karakter pendukung yang kurang berkembang.

Terlepas dari itu, penggambaran vampir mampu diperlihatkan mengerikan dan film ini tetap menawarkan sajian penuh darah sebagai tontonan horor yang sadis. 30 Days of Night adalah film horor modern yang sebenarnya termasuk dalam kategori underrated. Film ini juga tidak pernah bisa populer seperti film horor lainnya semisal 28 days later (2002), hingga sekuelnya 28 Weeks Later (2007) 

Sajian Horor yang Masih Bisa Dinikmati

30 Days of Night_Sajian Horor yang Masih Bisa Dinikmati_

Walaupun film ini masih memiliki kekurangan, tetapi pada akhirnya konsep horor mencekam yang coba dihadirkan pada 30 Days of Night cukup terasa memuaskan. Selain itu, film ini mempunyai momen-momen yang sangat mendebarkan, apalagi ketika para warga yang selamat berjuang untuk bertahan hidup dari serangan vampir di tengah-tengah cuaca dingin dan badai salju yang berbahaya.

Dengan Kota Barrow yang sangat terpencil di Alaska, 30 Days of Night serasa sedikit mirip dengan serial horor Midnight Mass, di mana latar keduanya sama-sama berada di tempat terasing dan mendapatkan serangan menyeramkan dari makhluk pemangsa manusia.

Dari segi cerita, film ini tidak mengandung konten keagamaan dan kepercayaan yang kental, namun 30 Days of Night memiliki konsep yang mirip dari serial tersebut dalam membunuh para vampir. Keduanya sama-sama menjelaskan bahwa mereka hanya bisa langsung terbunuh dengan sinar matahari. Namun, film ini sedikit lebih sadis karena para vampir ternyata bisa dibunuh dengan cara memenggal kepalanya secara langsung.

Secara singkatnya, 30 Days of Night merupakan film horor yang berjalan cukup menyeramkan dan sangat menarik untuk dinikmati. Lewat segala kekurangan dan kelebihannya, film ini tidak bisa dianggap remeh dan patut menjadi tontonan yang harus disaksikan bagi para penikmat film-film horor yang mencekam.

cross
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram