bacaterus web banner retina

Sinopsis & Review Film Work It, Film Dance Remaja yang Ceria

Ditulis oleh Dhany Wahyudi
Work It
3
/5
PERHATIAN!
Artikel ini mengandung spoiler mengenai jalan cerita dari film/drama ini.

Ketika penerimaan Quinn Ackerman ke kampus impiannya tergantung dari penampilannya di sebuah kompetisi dance, dia membentuk tim dancer yang terbaik di sekolahnya, dan sekarang tinggal dia belajar bagaimana cara menari. Work It [2020] adalah film dance comedy yang menjadi original film Netflix terbaru dan telah dirilis di bulan Agustus 2020.

Alicia Keys berada di kursi produser dan film ini dibintangi oleh Sabrina Carpenter, penyanyi muda yang juga membintangi beberapa serial TV di Disney Channel. Kemudian ada Liza Koshy, YouTuber yang menjadi komedian, Jordan Fisher dan Keiynan Lonsdale yang memang jago nge-dance menambah line-up yang cukup baik untuk dilihat keahlian dance moves-nya.

Sinopsis

Work It

Quinn Ackerman (Sabrina Carpenter) berusaha untuk bisa masuk universitas impiannya. Dalam sebuah wawancara dengan pihak kampus, terjadi kesalah pahaman yang membuatnya harus menanggung risiko yang lumayan berat, yaitu dia harus menjadi anggota tim dance untuk membuat calon kampusnya tertarik dengannya. Yang jadi masalah adalah dia belum pernah nge-dance sebelumnya!

Karena dia tidak diterima di Thunderbirds, tim dance sekolahnya yang juga adalah juara bertahan dari kompetisi dance Work It, Quinn berusaha membentuk tim dance sendiri dengan bantuan Jasmine (Liza Koshy) yang baru saja memutuskan untuk keluar dari Thunderbirds karena tidak suka dengan sikap ketuanya, Juilliard (Keiynan Lonsdale).

Langkah pertama adalah mengumpulkan anggota tim. Dengan mengadakan audisi terbuka, mereka berhasil mendapatkan beberapa siswa yang berasal dari berbagai ekstrakurikuler yang uniknya tidak ada hubungannya dengan dance. Meski awalnya mereka tidak serius, tetapi ketika Quinn berhasil menghadirkan Jake Taylor (Jordan Fisher) sebagai koreografer, mereka menjadi bersemangat.

Ternyata tidak mudah untuk menjadi tim dance yang hebat, apalagi bagi Quinn yang secara pribadi tidak punya pengalaman nge-dance sehingga gerak badannya pun masih kaku. Berkat kesabaran Jake dalam mendidik mereka dengan latihan rutin di studio tempat Jake bekerja setelah tutup, akhirnya mereka siap untuk ikut kualifikasi kompetisi Work It.

Penampilan perdana mereka di panti jompo tempat Quinn bekerja menyebabkan salah satu penghuninya wafat terkena serangan jantung. Saat kualifikasi, sebenarnya mereka mendapat nilai yang rendah, tetapi tim dance lain yang tampil baik harus didiskualifikasi karena melakukan kesalahan teknis, sehingga mereka akhirnya lolos ke babak final.

Menuju final, berbagai masalah mulai mengemuka. Nilai pelajaran Quinn di sekolah menjadi turun yang membuat ibunya marah, Jake dipecat dari studionya karena ketahuan menggunakan studio secara ilegal oleh boss-nya yang membuat dirinya pergi meninggalkan mereka. Akhirnya tim ini pun bubar dan Jasmine kembali berlatih bersama Thunderbids.

Semangat kebersamaan mereka ternyata masih menyala dan tidak berapa lama mereka pun bergabung kembali untuk tampil di babak final. Di hari pertandingan, Quinn terlambat datang tapi masih sempat naik ke panggung untuk dance bersama dengan teman-temannya. Dan pada akhirnya, mereka menjadi juara pertama mengalahkan Thunderbirds.

Akhir yang baik terjadi pada mereka. Quinn ditawari kuliah di sebuah universitas di New York, Jasmine juga mendapat penawaran dari universitas seni terkenal di New York juga, begitupun dengan Juilliard. Selain itu, benih cinta antara Jake dan Quinn mulai bersemi.

Dance to Your Own Beat

Dance to Your Own Beat

Apa yang kita harapkan saat menonton film dance seperti Work It ini? Tentu saja keahlian para dancer dengan koreografi mereka yang ciamik. Dan film yang dipenuhi dengan deretan soundtrack yang bagus ini mampu menjawabnya dengan cukup baik. Meski memang tidak ada orisinalitas, karena plot cerita hanya mengikuti pola dari film-film dance sebelumnya, tetap saja film ini enak untuk dinikmati.

Tampilannya lebih segar dengan para aktor-aktris baru dan muda adalah salah satu faktor utama kekuatan film ini. Performa akting Sabrina Carpenter patut diacungi jempol. Di awal film, dia terlihat sama sekali tidak bisa menggoyangkan badannya untuk mengikuti irama dan terlihat sangat kaku, tetapi di penampilan akhirnya, dia bisa nge-dance dengan sangat luwes sekali. It’s so believable!

Sedangkan para pemeran lainnya, ada yang tampil biasa saja dan ada yang memang bisa nge-dance dengan baik. Yang mencuri perhatian adalah Keiynan Lonsdale dan Jordan Fisher yang memang adalah seorang dancer profesional, terutama Lonsdale yang pernah terlibat dalam produksi serial TV Dance Academy, sehingga gerakannya memang terlihat yang paling luwes dan inovatif.

Moves That Makes Feel-Good

Moves That Makes Feel-Good

Ketika di panti jompo, Quinn sedang merapikan buku-buku ke raknya kembali sambil mendengarkan musik di telinganya, dia bisa merasakan badannya bergoyang mengikuti iramanya. Dan sejak itu dia merasakan sensasi yang membuat dirinya senang. Begitupun kita bisa merasakan hal serupa saat mendengar lagu-lagu yang disajikan di film karya Laura Terruso ini.

Pilihan lagu dan musik yang bisa membuat mood kita bahagia dan badan bisa bergoyang, setidaknya jari kita bisa bergerak jika memang badan kita terlalu kaku, merupakan salah satu kelebihan lain di film ini. Wajar saja soundtrack-nya bagus, karena Alicia Keys adalah salah satu produser dan sudah pasti memilihkan lagu yang terbaik dan sesuai dengan nuansa film yang diharapkan.

Dua Lipa menyumbang dua lagunya, yaitu “Break My Heart” dan “Cool”, sedangkan single dari Sabrina Carpenter sendiri, “Let Me Love You”, ikut meramaikan soundtrack-nya. Single dari girl band Korea 2NE1, “I Am the Best” ikut terdengar juga, beserta “Treat Myself” dari Meghan Trainor dan “Thinkin’ Bout You” milik Ciara. Sungguh pilihan soundtrack yang ear-catching.

Tidak sampai di situ saja, karena masih ada single dari Big Freedia, “Rent”, yang menjadi nomor andalan dari TBD, tim dance Quinn dan teman-temannya. Saat tampil di ajang Work It, lagu penutup yang sangat populer menjadi closing act yang sempurna dari aksi mereka di atas panggung, yaitu “Get On Your Feet” dari Gloria Estefan.

Work It memang tidak menawarkan sesuatu yang baru di genre dance movie. Plot ceritanya tidak jauh berbeda dengan film-film sebelumnya, bahkan untuk gerakan dance dan koreografinya lebih banyak pengulangan, hanya saja kali ini dibawakan oleh dancer lain. Dan untuk aksi dance Quinn dan kawan-kawan, bisa dibilang biasa saja, tapi cukup fresh dengan pilihan musiknya.

Tapi bagi yang ingin menikmati film dengan santai sambil melihat wajah-wajah fresh di waktu luang, Work It bisa jadi masuk watchlist kalian. Apalagi film ini sempat menduduki peringkat pertama di top streaming Netflix pada minggu pertama rilisnya. Paling tidak, film ini dijamin tidak akan membuat kita bosan saat menontonnya. Jadi tunggu apa lagi? Tonton filmnya di Netflix dan dance to your own beat!

cross
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram