bacaterus web banner retina

Sinopsis dan Review Film The Cloverfield Paradox (2018)

Ditulis oleh Dhany Wahyudi
The Cloverfield Paradox
2.3
/5
PERHATIAN!
Artikel ini mengandung spoiler mengenai jalan cerita dari film/drama ini.

Bumi diambang peperangan. Sekelompok ilmuwan yang berada di stasiun luar angkasa yang mengorbit Bumi, melakukan uji coba sebuah alat yang dianggap bisa memecahkan krisis energi, dan harus berhadapan dengan efek negatif dari eksperimen tersebut. Merupakan film ketiga dari franchise Cloverfield karya J.J. Abrams yang mengambil seting waktu sebelum kejadian di film pertamanya.

The Cloverfield Paradox adalah original film Netflix yang mencoba melanjutkan kesuksesan franchise Cloverfield dengan taburan bintang internasional di dalamnya. Berdasarkan naskah berjudul God Particle karya Oren Uziel yang awalnya tidak ada keterkaitan dengan kisah Cloverfield, diubah oleh J.J. Abrams yang bertindak selaku produser agar bisa tersambung dengan kisah di kedua film sebelumnya.

Bagaimana sih performa film ini? Apakah bisa menyamai kedua film sebelumnya? Tentunya rasa penasaran kita terasa diundang dengan premis cerita dan ensemble cast yang mentereng sebagai pendukungnya, belum lagi ditambah dengan taktik marketing yang luar biasa dalam mempromosikan film ini di pertandingan football Super Bowl. Yuk, simak review kami dulu ya!

Sinopsis

The Cloverfield Paradox

Di tahun 2028 Bumi mengalami krisis energi. Sekelompok ilmuwan dari berbagai negara dikumpulkan untuk melakukan uji coba akselerator partikel Shepard yang dianggap mampu memecahkan permasalahan yang sedang dihadapi umat manusia. Tetapi, di balik itu, penggunaan teknologi ini juga memunculkan kemungkinan terbukanya pintu dimensi lain yang bisa mengancam Bumi.

Setelah dua tahun gagal dalam menembakkan sinar ini ke Bumi, akhirnya mereka bisa menstabilkan energi dan mencobanya sekali lagi. Terjadi kelebihan daya yang membuat stasiun mengalami hentakan gelombang. Setelah stabil, mereka tidak menemukan Bumi dan komunikasi mereka terputus. Dimulailah rangkaian kejadian aneh yang sulit dicerna oleh akal mereka.

Mereka menemukan seseorang di dalam dinding pesawat yang badannya ditembus oleh berbagai kabel, salah satu kru menebar ancaman tapi kemudian tewas mengenaskan dengan menyemburkan cacing yang banyak dari dalam tubuhnya, dan tangan salah satu kru masuk ke dalam dinding pesawat dan terpotong secara rapi tanpa darah dan sakit.

Akhirnya mereka menyadari jika telah terjadi paradox yang membuat mereka terlempar ke dimensi lain dimana stasiun yang mereka tumpangi diberitakan jatuh di lautan beberapa hari sebelumnya. Hasilnya, satu persatu kru mengalami kematian tragis dalam usaha mereka memperbaiki kerusakan stasiun dan mencoba untuk kembali ke Bumi dimensi mereka.

Setelah berhasil kembali ke dimensi mereka, kru yang tersisa hanya dua orang saja. Mereka kembali ke Bumi dengan menggunakan kapsul yang kemudian dilahap oleh sebuah makhluk raksasa ketika hampir mendarat di Bumi.

The Cloverfield Universe

The Cloverfield Universe

Di tahun 2008, seorang sineas muda bernama J.J. Abrams yang merupakan fans film-film monster seperti Godzilla mencetuskan ide untuk membuat film bertema monster. Kemudian idenya ini diterjemahkan oleh sutradara Matt Reeves yang membesut Cloverfield dengan menggunakan handheld camera, sehingga terkesan lebih nyata. Tapi efek lainnya membuat kepala kita pusing saat menontonnya.

Film ini menjadi sangat fenomenal dan mengubah peta perfilman Hollywood dengan banyaknya film yang menggunakan handheld camera setelahnya. Uniknya, monster yang mengacak-acak kota New York ini tidak diperlihatkan secara frontal, sehingga kita dibuat penasaran. Saya sendiri sampai harus mem-pause DVD player hanya untuk melihat seperti apa bentuk monster ini.

Dipercaya akan muncul sequel-nya dalam waktu dekat, ternyata hampir satu dekade tidak ada kabar penggarapannya, hingga di tahun 2016 dirilislah 10 Cloverfield Lane yang mengisahkan perjalanan seorang wanita yang tersekap di dalam bunker bersama orang yang jiwanya sedikit terganggu. Seting film berada di waktu yang sama atau sesaat sebelum film pertamanya.

The Cloverfield Paradox menjadi prequel bagi kedua film tadi dengan memaparkan secara ilmiah bagaimana monster-monster dan alien-alien itu menyerang Bumi. Dengan berbagai teori dari ilmu pengetahuan yang sangat rumit untuk dimengerti, eksperimen yang mereka lakukan ternyata membuka portal bagi dimensi lain untuk masuk ke Bumi kita.

Deretan Cast yang Menyilaukan

Deretan Cast yang Menyilaukan

Dari foto di atas, pasti banyak nama yang kita kenal? Ya, tentu saja. Deretan cast mentereng ini adalah andalan utama The Cloverfield Paradox. Mari kita urutkan dari kiri ke kanan ya. John Ortiz sebagai dokter dari Brazil, Zhang Ziyi sebagai ilmuwan dari China, David Oyelowo sebagai komandan stasiun dari Amerika, dan Daniel Bruhl sebagai ahli fisika asal Jerman.

Ditambah lagi dengan Gugu Mbatha-Raw sebagai petugas komunikasi dari Inggris dan Chris O’Dowd sebagai ilmuwan dari Irlandia. Benar-benar cast internasional ya! Sebagai bocoran, pada akhirnya hanya dua dari mereka yang berhasil kembali ke Bumi tapi tidak berhasil mendarat dengan selamat, alias dilahap oleh monster.

Deretan cast ini menjadi magnet bagi para penonton untuk menyimaknya di layar Netflix. Di minggu pertama penayangannya, The Cloverfield Paradox ditonton oleh 5 juta pelanggan Netflix. Siapa yang tidak tertarik untuk menonton aksi para bintang ini, apalagi dengan premis film yang menegangkan. Tentunya, kita akan dibuat menebak siapa dari mereka yang akan mati duluan.

Para bintang inilah yang membuat kita tahan untuk menyimak film ini hingga akhir di tengah banyaknya adegan klise yang pernah kita tonton sebelumnya dari film-film bertema terperangkap di pesawat luar angkasa. Sebut saja, franchise Alien, Event Horizon (1997), Solaris (2002), hingga The Abyss (1989) yang salah satu adegannya direka ulang dengan kadar nyaris sama persis.

Sisa Rasa Kemanusiaan di Luar Angkasa

Sisa Rasa Kemanusiaan di Luar Angkasa

Meski memiliki cerita yang rumit karena mencoba memaparkan teori fisika dan astronomi secara cepat dengan banyaknya misteri yang masih jadi rahasia, ternyata film ini masih menyimpan satu kisah menyentuh dan membumi dari salah satu karakternya, yaitu Ava Hamilton yang diperankan Gugu Mbatha-Raw yang diceritakan meninggalkan suaminya sendiri di Bumi dalam waktu lama.

Dikisahkan secara sepintas jika dahulu mereka pernah memiliki sepasang anak yang semuanya tewas dalam peristiwa tragis yang disebabkan karena efek kelebihan daya listrik di rumah mereka yang dilakukan oleh Hamilton dan masih menghantuinya hingga saat ini. Semua itu diperparah dengan kehadiran Mina Jensen yang merupakan teman Hamilton di Bumi dimensi lain.

Di Bumi lainnya itu, kedua anak Hamilton masih hidup dan dirinya ditugaskan di Bumi bukan di luar angkasa. Merasa bersalah, Hamilton ingin masuk ke Bumi dimensi lain ini untuk menyelamatkan anak-anaknya dari peristiwa tragis yang pernah mereka alami. Tapi hal ini terbilang mustahil, karena ada Hamilton lainnya di Bumi itu dan pasti akan menimbulkan kebingungan. Emosi yang absurd.

Dengan premis sebagai prequel film fenomenal, seharusnya The Cloverfield Paradox tampil digdaya, apalagi sudah bisa menghadirkan deretan bintang film dari berbagai negara. Tapi apalah daya, cerita yang melemah di pertengahan film karena kerumitan dalam menguraikan keilmiahan ilmu pengetahuan yang membosankan, ditambah banyaknya adegan klise hasil “copas”, film ini tampil layak pisau tumpul.

Tentu saja hanya ada rasa kecewa setelah selesai menontonnya, dan berharap nanti ada satu film lagi yang bisa menyelamatkan franchise fenomenal ini pada kedudukannya, sehingga film ini bisa dilupakan saja sebagai bagian dari franchise. Seburuk itukah? IMDb hanya memberikan rating 5,5 dan metacritic hanya memberikan metascore sebesar 37. Sudah cukup meyakinkan?

Tapi sebagai fans berat Cloverfield, film ini tetap harus disimak karena menampilkan asal muasal kehadiran monster yang membuat Bumi berantakan. Bagi kita penonton umum, kehadiran deretan cast seperti ini bisa membuat film dengan kualitas buruk masih bisa kita nikmati dengan nyaman. Siap merasakan ketegangan di luar angkasa sekali lagi? The future unleashed every “thing”.

cross
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram