bacaterus web banner retina

Sinopsis & Review Film Enola Holmes, Adik Sherlock Holmes

Ditulis oleh Yanyan Andryan
Enola Holmes
4
/5
PERHATIAN!
Artikel ini mengandung spoiler mengenai jalan cerita dari film/drama ini.

Karakter Enola Holmes muncul dari seorang penulis asal Amerika bernama Nancy Springer, dan film ini sendiri didasarkan dari seri novelnya yang pertama dengan judul The Case of the Missing Marquess (2006). Sampai saat ini ada enam buku dalam seri Enola Holmes yang sudah ditulis oleh Nancy.

Film Enola Holmes pada awalnya akan dirilis secara teatrikal di seluruh dunia oleh Warner Bros. Pictures. Namun karena adanya pandemic COVID-19, mereka menjual hak distribusi film ini kepada Netflix untuk ditayangkan secara streaming.

Film ini sudah tayang di Netflix pada tanggal 23 September 2020 lalu, dan secara umum mendapatkan ulasan yang baik dari para kritikus. Selain menghadirkan Enola sebagai karakter utamanya, film ini juga tetap menampilkan sosok Sherlock Holmes, dan Mycroft Holmes.

Sinopsis

Enola Holmes

Di hari ulang tahunnya yang ke-16, Enola terbangun dan menyadari jika ibunya, Eudoria Holmes, telah menghilang secara misterius. Padahal, Enola begitu menyayangi sang ibu karena telah mengajarkannya banyak hal, mulai dari bela diri hingga berbagai macam ilmu pengetahuan.

Satu-satunya jejak yang tinggalkan oleh ibunya adalah sebuah kotak berisikan kartu teka-teki bergambar bunga. Di sisi lain, Enola juga sudah lama tidak bertemu dengan kakak laki-lakinya, Sherlock dan Mycroft yang meninggalkan rumah sejak dirinya masih kecil.

Kabar menghilangnya Eudoria kemudian membuat Sherlcok dan Mycroft pulang kampung menemui Enola. Keduanya lalu sampai di stasiun kereta api, dan bertemu dengan seorang gadis yang ternyata adalah Enola. Mereka tidak mengenalinya karena sudah bertahun- tahun tidak berjumpa dengan sang adik.

Meski begitu, Sherlock menyadari jika Enola telah tumbuh menjadi seorang gadis yang cerdas. Beda halnya dengan Mycroft, ia menganggapnya sebagai gadis yang merepotkan. Sebagai wali resminya, Mycroft ingin mengirim Enola ke sebuah sekolah asrama perempuan yang dikelola oleh Miss Harrison yang sangat tegas.

Sementara itu, Enola sedikit demi sedikit berhasil memecahkan teka-teki yang ditinggalkan oleh ibunya. Ia lalu kabur dari rumah, dan menyamar sebagai seorang anak laki-laki untuk mencari keberadaan sang ibu yang diduga berada di London.

Enola lalu menaiki sebuah kereta api untuk pergi ke sana. Tanpa diduga, Enola bertemu dengan seorang pria seusianya bernama Viscount Tewkesbury yang mewarisi kursi di Dewan Bangsawan Britania Raya (House of Lords). Di dalam kereta tersebut Viscount sedang melarikan diri dari keluarganya yang memintanya untuk bergabung masuk militer.

Setelah mengenal sosoknya, Enola malah terseret ke dalam sebuah masalah ketika seorang pria bertopi bowler cokelat ingin membunuh Viscount. Mereka lalu melarikan diri dengan nekat loncat dari kereta api yang tengah berjalan kencang. Keduanya kemudian mendarat dengan selamat meski hampir saja terjatuh masuk jurang.

Enola dan Viscount ternyata sama-sama pergi ke Kota London, namun mereka berpisah setibanya di sana karena mempunyai tujuan yang berbeda. Enola lalu melanjutkan pencarian ibunya dengan kembali menyamar sebagai seorang wanita bangsawan. Ia meninggalkan sebuah pesan rahasia di iklan pribadi surat kabar agar sang ibu bisa melacaknya.

Ia lalu pergi ke sebuah gudang yang berisikan bahan peledak, dan mengetahui bahwa ibunya tergabung di dalam kelompok radikal. Pria bertopi bowler cokelat tiba-tiba menyerang Enola di tempat tersebut, dan akan membunuhnya jika tidak memberitahu keberadaan dari Viscount Tewkesbury.

Di tempat yang lain, Mycroft Holmes yang terlanjur kesal dengan Enola menyuruh Inspektur Lestrade dari Scotland Yard untuk segera menemukannya. Sedangkan Sherlock Holmes, ia mulai memainkan deduksinya dengan mencari Enola seorang diri.

Menyenangkan, Lucu, dan Segar

Menyenangkan, Lucu, dan Segar

Semua aspek yang ditawarkan dalam film ini membuat Enola Holmes menjadi tontonan yang sangat segar untuk dinikmati. Unsur misteri dan petualangannya dikemas secara ringan, serta konflik yang disajikan tidak berlebihan, dan diwarnai plot twist tak terduga menjelang film berakhir.

Jika Sherlock Holmes menyajikan deduksi yang bisa cukup rumit, maka proses Enola saat memecahkan permasalahannya diperlihatkan begitu menyenangkan. Film ini bukanlah sebuah tontonan yang berat, dan kita tidak harus berpikir keras untuk mengikuti ceritanya yang kurang lebih berdurasi selama dua jam.

Karakter Enola Holmes begitu menarik karena berhasil diperankan dengan baik oleh pemeran Eleven di serial TV Stranger Things, Millie Bobby Brown. Ia membuat sosok Enola sangat menggemaskan dengan pembawaan aktingnya yang lucu. Oleh karena itu, pada menit awal film ini kita yang menonton rasanya akan langsung terpikat dengan sosok Enola.

Film ini sendiri menawarkan konsep Fourth-Wall Breaking, sehingga di menit awal tersebut kita akan langsung disambut oleh Enola lewat gayanya yang atraktif saat memperkenalkan latar belakangnya.  Lewat konsep seperti itu, kita akan merasakan bahwa Enola seakan-akan sedang berbicara dengan kita.

Konsep Fourth-Wall Breaking di film ini berlangsung di adegan-adegan yang tepat, tidak mengganggu cerita utamanya, dan malah membuat kita tidak bosan untuk terus menyaksikan filmnya sampai selesai. Momen-momen komedinya pun menjadi tidak nanggung, dan semakin lucu lewat interaksi Enola yang selalu menatap kita di kamera.

Terlepas dari hal itu, Enola sendiri digambarkan sebagai seorang gadis tomboy yang menyukai kebebasan. Seperti kakaknya, Sherlock, ia juga pandai menyamar dan mengelabui orang-orang yang tengah mencari keberadaannya.

Selain sosok Enola yang begitu memikat, adanya Sam Claflin (Mycroft Holmes), dan Henry Cavill (Sherlock Holmes) membuat film ini terasa solid. Meski tidak tampil cukup banyak, namun keduanya terlihat sangat mumpuni dan menunjang satu sama lain, termasuk dengan Millie Bobby Brown itu sendiri.

Mycroft Holmes di film ini digambarkan sebagai sosok kakak tertua yang disiplin dan pemarah. Maka tak heran, ia pun memaksa Enola untuk masuk sekolah asrama agar bisa bersikap layaknya perempuan elit. Ia kurang dekat dengan Enola, dan selalu menganggapnya adik bungsunya itu merepotkan.

Sedangkan Sherlock Holmes sendiri, ia diperlihatkan sangat berbeda dari film, serial TV hingga novel yang menggambarkan dirinya. Jika ia biasanya ditampilkan sebagai sosok yang dingin, penuh sarkasme, dan mengandalkan logikanya, justru dalam film ini kepribadiannya berubah 180 derajat menjadi pria yang sedikit perasa, dan begitu peduli dengan Enola.

Bagi yang mengikuti sosok Sherlock Holmes dari Novel karya Sir Arthur Conan Doyle, mungkin akan merasa sedikit aneh dengan perubahan karakternya itu. Walaupun demikian, Henry Cavill masih tetap memberikan akting terbaiknya, meski tidak bisa dipungkiri bahwa badannya yang besar berotot itu kurang cocok diterapkan pada tubuh Sherlock Holmes.

Menanti Sekuel Kedua?

Menanti Sekuel Kedua

Film petualangan detektif sebenarnya selalu memiliki sudut pandangnya masing-masing untuk membuat ceritanya menarik ditonton. Film ini sendiri membawa embel-embel nama Holmes yang cukup berhasil menarik rasa penasaran penonton untuk mau menonton tanpa berhenti ditengah jalan.

Enola Holmes pada dasarnya memberikan alur cerita layaknya film-film bertemakan detektif. Dalam film-film tersebut selalu ada kasus misterius, kemudian ada adegan investigasinya, terus dibumbui konflik, hingga masuk ke dalam babak penyelesaian yang biasanya menawarkan unsur plot twist.

Di film ini, formula tersebut tetap digunakan, dan masih terbukti berhasil dalam menarik minat penonton. Karena disajikan secara segar dan menyenangkan, maka cukup adil dan pantas jika film Enola Holmes mendapatkan sambutan yang positif.

Tapi, ada beberapa bagian yang masih menimbulkan pertanyaan ketika selesai menonton film ini. Seperti contohnya soal Eudoria, ibu dari Enola yang tidak dijelaskan secara jelas motif kepergiannya. Tidak ada satu informasi yang menceritakan kemana dia pergi selama ini.

Lalu, ada juga kelompok perempuan radikal, dimana ibu dari Enola bergabung di dalamnya yang tidak digali secara pasti. Padahal, mereka sempat ditampilkan ketika melakukan rapat di rumah Enola, dan membahas semacam aksi pemberontakan.

Bagian-bagian tersebut akhirnya terasa sangat antiklimaks, dan masih belum bisa menjawab film ini secara keseluruhan. Eudoria pun muncul di akhir film, dan masih tetap tidak menjelaskan motivasi perlakuannya secara kuat. Kita yang menunggu momen itu pada akhirnya tidak mendapatkan jawaban yang pasti, dan masih dibuat penasaran.

Film pertama dari seri novel Enola Holmes ini nampaknya sengaja diperlakukan seperti itu karena mungkin akan ada sekuel selanjutnya untuk menjawab semua hal yang menggantung tersebut. Dugaan itu rasanya bisa saja terjadi mengingat potensi cerita Enola Holmes sangat besar untuk digali lebih dalam.

Terlebih lagi, akan disayangkan jika harus menjadikan sosok Sherlock Holmes hanya sebagai karakter pendamping saja. Namun, jika melihat dari seri novelnya yang sampai enam edisi, bisa saja Enola Holmes memiliki sekuel sebanyak novelnya.

Apalagi, tiap seri dari bukunya menghadirkan kisah petualangan yang semakin seru dan menarik untuk difilmkan. Jadi, bagi yang sudah terpikat dengan sosok Enola Holmes ini, kita tunggu saja kabar sekuel selanjutnya yang mungkin rilis di tahun-tahun mendatang.

cross
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram