bacaterus web banner retina

Review & Sinopsis The Man Who Knew Infinity (2015)

Ditulis oleh Aditya Putra
The Man Who Knew Infinity
4
/5
PERHATIAN!
Artikel ini mengandung spoiler mengenai jalan cerita dari film/drama ini.

Kebanyakan orang nggak menganggap matematika sebagai pelajaran yang menyenangkan. Bahkan mendengar kata matematika saja, yang akan terbayang adalah formula rumit yang bisa membuat kepala pusing. Tapi, terbayang nggak bagaimana sulitnya orang-orang yang menciptakan formula tersebut?

Pertanyaan itu akan terjawab kalau kamu nonton film The Man Who Knew Infinity. Srinivasa Ramanujan adalah salah satu ilmuwan matematika. Namanya nggak sementereng Einstein, Isaac Newton, atau Galileo. Tapi andilnya di dunia matematika dianggap sangat penting. Seperti apa review dan sinopsis film The Man Who Knew Infinity? Mari simak di sini.

Sinopsis

 The Man Who Knew Infinity

Pada tahun 1914, Inggris sedang menjajah India. Srinivasa Ramanujan berjuang keras untuk bertahan hidup. Berbagai pekerjaan dia geluti demi bisa menafkahi dirinya dan keluarganya. Dia begitu mencintai matematika. Harapannya, dia bisa mengerjakan pekerjaan yang berhubungan dengan hal yang dicintainya. Minimnya pendidikan membuat harapannya terganjal.

Ramanujan mendapat kabar bahwa dia diterima di sebuah kantor untuk mengurusi akuntansi. Lokasi yang berjauhan dari tempat tinggalnya, membuat dia memboyong keluarganya. Sir Francis, petinggi di kantor merasa kagum pada kemampuan Ramanujan dalam menghitung. Dia nggak membutuhkan alat bantu untuk mengerjakan pekerjaannya.

Sinopsis

Lama-kelamaan kemampuan Ramanujan semakin menonjol. Bahkan rekan-rekan di tempat kerjanya pun mengakui hal tersebut. Mereka merasa dia memiliki kemampuan yang setara walau nggak menempuh pendidikan formal. Dia kemudian diberi kesempatan untuk menulis penemuannya supaya bakatnya nggak sia-sia dan bisa mendapat perhatian orang-orang yang ahli di bidangnya.

Penemuan Ramanujan itu dibuat ke dalam bentuk surat. Surat-surat itu dikirim kepada profesor-profesor di berbagai universitas. Salah satu yang menerima suratnya adalah G.H. Hardy, seorang ahli matematika di Cambridge University. Merasa tertarik, dia pun mengundang Ramanujan untuk datang ke Inggris dan menemuinya untuk diuji hasil temuannya.

Ramanujan merasa antusias mendengar undangan dari Hardy. Merasa ada peluang untuk mewujudkan mimpinya berkarya di bidang matematika, dia nggak mau menyia-nyiakannya. Dia pun memutuskan untuk pergi ke Inggris dan meninggalkan istrinya. Dia berjanji akan tetap berkomunikasi lewat surat dengan sang istri.

Sesampainya di Cambridge, Ramanujan berhadapan dengan banyak hal yang nggak terduga. Dari mulai tindakan rasis sampai komentar yang meremehkan. Hardy yang kagum pada karya Ramanujan masih menyimpan keraguan. Salah satunya adalah cara Ramanujan menunjukkan bukti atas temuannya. Cara penulisannya dianggap belum cukup untuk dimuat ke dalam jurnal.

Ramanujan menyadari bahwa dia menderita tuberculosis. Hal itu diperparah dengan sang istri yang nggak kunjung membalas surat-suratnya. Tapi itu nggak menghentikan perjuangannya di Cambridge. Hardy terus membimbingnya supaya bisa menciptakan karya yang benar-benar layak untuk dipublikasikan.

Kemajuan pesat ditunjukan oleh Ramanujan. Hardy merasa bahwa karyanya sudah cukup mumpuni untuk dikirim ke berbagai universitas. Dia ingin mencarikan beasiswa untuk Ramanujan. Sayangnya, kesehatan Ramanujan semakin menurun. Di sisi lain, sang istri menemukan bahwa surat yang dikirim suaminya nggak disampaikan oleh ibu dari Ramanujan

Usaha Hardy mulai menemukan jalan. Ramanujan diterima sebagai Fellow Royal Society atas karyanya. Ramanujan berhasil meraih mimpinya, tapi di sisi lain kehidupan pribadinya memburuk. Kedatangan surat tuntutan cerai dari istrinya membuat Ramanujan berpikir untuk kembali ke India. Bagaimana kelanjutan kisah Ramanujan?

Mengungkap Kehidupan Pribadi Ramanujan

Mengungkap Kehidupan Pribadi Ramanujan

Film The Man Who Knew Infinity merupakan adaptasi dari novel berjudul sama. Novel itu ditulis oleh Robert Kanigel dan diterbitkan pada tahun 1991. Salah satu yang menarik dari novelnya adalah cerita hidup Ramanujan ditulis dengan detil. Bukan hanya caranya dalam berkarya tapi juga kehidupan pribadinya.

Nggak semua orang bisa setuju untuk melihat kehidupan pribadi seseorang diumbar. Tapi sang pembuat novel sepertinya ingin menunjukkan kehidupan Ramanujan secara utuh. Bagaimana pun, karakter dan karya yang dia hasilkan nggak bisa dilepaskan dari kehidupan pribadinya. Sosok Ramanujan yang jenius harus bisa tetap dilihat sebagai manusia.

Keberanian Kanigel dalam novelnya ditampilkan juga oleh Matt Brown di film karyanya. Di film ini, dibahas bagaimana kehidupan awal Ramanujan sebelum pindah ke Madras. Begitu juga dengan pernikahannya yang nggak disetujui oleh sang ibu tapi dia bersikeras. Hubungan pernikahan yang memburuk gara-gara suratnya nggak disampaikan oleh ibunya ke istrinya.

Menyoroti Perbedaan Kultur

Menyoroti Perbedaan Kultur

Di masa itu, masih terjadi penjajahan di seluruh dunia. Salah satunya terjadi di India yang pada waktu itu dijajah oleh Inggris. Sejalan dengan hal tersebut, masih banyak tindakan rasisme dan memandang rendah sebagian orang. Dalam hal ini, persaingan antara bangsa barat dan timur membuat orang dari kedua bangsa mempunyai cara pandang yang saling membenci.

Masa-masa awal kedatangan Ramanujan ke Cambridge merupakan salah satu adegan yang menunjukkan kondisi dunia pada saat itu. Dia dihina secara rasis, dipandang rendah karena berasal dari India atau bangsa timur. Ramanujan sebagai orang India semakin diremehkan karena bangsanya sedang dijajah oleh negara tempat dia memperjuangkan mimpinya saat itu.

Dev Patel dan Jeremy Irons Bermain Gemilang

Dev Patel dan Jeremy Irons Bermain Gemilang

Pemilihan Dev Patel untuk peran Ramanujan bukanlah keputusan yang diambil di awal film ini akan dibuat. Aktor yang awalnya akan memerankan Ramanujan adalah R. Madhavan. Nama Patel yang sudah lebih dikenal dijadikan pertimbangan agar film The Man Who Knew Infinity bisa laku di pasar internasional.

Patel, seorang aktor Inggris keturunan India merupakan pilihan tepat untuk memerankan Ramanujan. Dia bisa dengan mahir memperlihatkan karakter seseorang dari kelas ekonomi bawah seperti perannya di Slumdog Millionaire. Tapi kali ini, dia tampil lebih dingin dengan menyimpan kepintaran. Adegan terbaiknya di film ini adalah ketika berinteraksi dengan Hardy.

Karakter G.H. Hardy diperankan oleh Jeremy Irons. Sebagai aktor kawakan, Irons terlihat sangat natural menjadi seorang ahli matematika di Cambridge. Dia bersikap tenang sekaligus ngeyel ketika menghadapi Ramanujan. Dia yang berlaku seperti guru bagi Ramanujan berhasil menunjukkan hubungan cinta dan benci yang positif.

Perdebatan Hardy dan Ramanujan

Perdebatan Hardy dan Ramanujan

Adegan-adegan paling seru di film The Man Who Knew Infinity adalah ketika Ramanujan berdebat dengan Hardy. Hardy punya prinsip kalau semua bukti untuk fomula yang dibuat Ramanujan berasal dari hal nyata. Hal itu bertentangan dengan Ramanujan yang sering menjawab dengan jawaban tidak tahu atau dia menemukan karena pengalaman spiritual.

Perbedaan karakter Hardy yang berpikir berdasar sains dan Ramanujan berdasar spiritual menjadi keunikan sendiri. Hardy pada awalnya nggak mau menerima formula dari Ramanujan karena nggak ada bukti nyata darimana dia menemukannya. Lama-kelamaan formula itu ketika diuji memang hasilnya benar. Akhirnya dia pun luluh.

Interaksi Hardy dan Ramanujan seperti memberi pesan bahwa kebenaran bisa datang dari mana saja. Kebenaran itu bisa datang dari orang yang kala itu negaranya dijajah dan rasnya dianggap ras kelas dua oleh kebanyakan orang. Ada adegan mengharukan ketika Hardy nggak juga mendengar kabar dari Ramanujan setelah dia memutuskan kembali ke India.

Film The Man Who Knew Infinity bukan hanya menunjukkan kepintaran dan perjuangan Ramanujan. Ia juga syarat akan pesan pluralisme dan menghargai perbedaan. Tema matematika yang berat bisa dikemas dengan cukup ringan, sehingga kita yang awam pun bisa ikut memahami film ini. Menurutmu, apa yang menarik dari film ini? Tuliskan di kolom komentar, yuk!

cross
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram