bacaterus web banner retina

Angkat Isu Sensitif, 8 Film Thailand ini Dilarang Tayang

Ditulis oleh Erika Erilia

Film bisa jadi media untuk mengekspresikan diri atau menyuarakan opini. Tapi bila menargetkan pasar komersial, seorang sineas harus berhati-hati saat membuat film. Bila tidak, karyanya akan diboikot hingga akhirnya gagal ditayangkan di media manapun.

Hal ini juga yang terjadi kepada beberapa pembuat film di Thailand. Karena mengangkat tema atau isu yang cukup sensitif, film-film karya mereka akhirnya dicekal oleh pemerintah. Dari masalah agama sampai memasukkan adegan seksual, berikut 8 film Thailand yang dilarang tayang di negaranya sendiri.

1. Tongpan

Sumber: mubi.com
  • Tahun Rilis: 1977
  • Genre: Drama, Dokumenter
  • Produksi: Green TV, The Isan Film Group
  • Sutradara: Euthana Mukdasanit
  • Pemeran: Peter Bell, Surachai Chantimatorn, Ong-art Ponethon

Film ini dibuat berdasarkan kejadian nyata di tahun 1975. Cerita film "Tongpan" sendiri mengambil setting waktu setelah terjadinya gerakan demokrasi 1973. Seorang mahasiswa dari Bangkok menemui sejumlah petani untuk berdiskusi. Salah satu petani tersebut bernama Tongpan, ayah dari dua anak yang bekerja di lahan sewaan.

Tongpan dulunya memiliki lahan sendiri, tapi tidak lagi setelah adanya pembangunan dam, bahkan sekarang bendungan yang lebih besar akan segera dibangun di Sungai Mekong. Tongpan memiliki kehidupan yang sangat sulit. Ia kekurangan makanan, istrinya terkena TBC, ia juga dibayar rendah oleh pemilik lahan.

Tongpan lalu disarankan untuk menghadiri seminar tentang pembangunan dam agar bisa ikut menyuarakan pendapatnya. Seminar tersebut tak hanya dihadiri oleh pemerintah dan para ahli, tapi juga aktivis, tokoh intelektual, serta para petani lokal.

Film "Tongpan" yang rilis tahun 1977 ini sempat dilarang tayang oleh pemerintah Thailand. Alasannya, film tersebut sarat akan pesan sosialis dan diduga adanya campur tangan komunis. Film berdurasi 63 menit ini baru bisa beredar luas dalam bentuk VCD pada tahun 2006.

2. Arbat/Arpat

Sumber: flixwatch.co
  • Tahun Rilis: 2015
  • Genre: Drama, Horor
  • Produksi: Sahamongkol Film International
  • Sutradara: Kanittha Kwanyu
  • Pemeran: Danai Jarujinda, Ploy Sornarin

Film ini berkisah tentang seorang pemuda yang dipaksa menjadi biksu oleh ayahnya. Meski akhirnya menurut dan benar-benar menjadi biksu, pemuda tersebut justru melakukan hal-hal terlarang yang tak pantas dilakukan seorang biksu. Ia bahkan terlibat hubungan percintaan dengan seorang gadis lokal.

Film Arbat (yang judulnya kemudian diganti dengan Arpat/Arpatti) sempat menuai pro dan kontra di Thailand. Film ini tak hanya dituding mencemarkan image biksu, tapi juga ditakutkan dapat membuat masyarakat kehilangan keyakinan terhadap agama Buddha.

Pemerintah akhirnya mengambil keputusan untuk melarang film ini tayang dengan sejumlah alasan. Beberapa di antaranya adalah penggambaran biksu yang terlibat kekerasan, adanya adegan biksu mengonsumsi alkohol serta menjalin hubungan asmara, dan semua hal yang dianggap melecehkan agama Buddha.

Karena menuai protes, film ini akhirnya direvisi dan memotong beberapa adegan yang dianggap kontroversial. Tak hanya mengganti judul, durasi film juga berubah dan berkurang 3 menit setelah ada beberapa adegan yang dihilangkan, termasuk adegan biksu berciuman.

3. Syndromes and a Century

Sumber: rottentomatoes.com
  • Tahun Rilis: 2006
  • Genre: Drama
  • Produksi: Fortissimo Films
  • Sutradara: Apichatpong Weerasethakul
  • Pemeran: Nantarat Sawaddikul, Jaruchai Iamaram, Sophon Pukanok

Film ini berfokus pada dua tokoh dokter dari dua tempat berbeda, setting waktunya pun berbeda dengan jarak waktu 40 tahun. Film ini dibuat oleh sang sutradara dan didedikasikan untuk kedua orang tuanya yang sama-sama bekerja sebagai dokter.

Filmnya sendiri dibagi menjadi 2 bagian. Karakter dan dialog di bagian kedua sama persis seperti di bagian pertama, hanya berbeda setting tempat dan akhir cerita. Di bagian pertama ber-setting di rumah sakit pedesaan Thailand, sedangkan bagian kedua bertempat di rumah sakit di Bangkok.

Film "Syndromes and a Century" rilis pertama kali di Venice Film Festival pada 2006. Film ini juga masuk ke sejumlah festival film di New York, Toronto, London, hingga Vancouver, bahkan berhasil masuk nominasi di beberapa ajang penghargaan film.

Meski mendapatkan respon yang cukup baik dan review positif dari penikmat film di dunia, nyatanya "Syndromes and a Century" tidak disambut baik di negaranya sendiri. Film ini tergolong kontroversial dan Lembaga Sensor Film di sana menuntut untuk menghapus sejumlah adegan yang dianggap tidak pantas.

Beberapa di antaranya adalah adegan dokter berciuman dan minum alkohol di rumah sakit, serta adegan biksu yang bermain gitar. Apichatpong Weerasethakul selaku pembuat film menolak untuk memotong atau menghilangkan adegan yang dianggap kontroversial tersebut. Alhasil film inipun tidak bisa ditayangkan di negaranya sendiri.

4. Insect in the Backyard

  • Tahun Rilis: 2010
  • Genre: Drama
  • Sutradara: Tanwarin Sukkapisit
  • Pemeran: Nonpavit Dansriboon, Suchada Rojmanothum, Tanwarin Sukkhapisit

"Insect in the Backyard" merupakan film yang mengangkat tema LGBT. Secara garis besar, film ini menceritakan seorang ayah transgender yang memiliki dua orang anak. Sang ayah berusaha keras membesarkan kedua anaknya setelah istrinya meninggal dunia pasca melahirkan anak kedua.

Akan tetapi, kedua anaknya tersebut merasa tidak nyaman dengan identitas ayahnya yang sekarang. Keduanya bahkan mengenalkan sang ayah pada orang lain sebagai kakak perempuan mereka.

Film ini sendiri menuai pro dan kontra di Thailand, terutama karena mengandung pornografi dan beberapa adegan yang bertentangan dengan moral masyarakat. Adegan yang dimaksud adalah adegan prostitusi dan hubungan seksual yang dilakukan remaja berseragam sekolah, serta adegan si tokoh utama menonton film porno.

Baca juga: Film Thailand Terbaik Sepanjang Masa yang Wajib Ditonton

5. Shakespeare Must Die

Sumber: mubi.com
  • Tahun Rilis: 2012
  • Genre: Drama
  • Sutradara: Ing Kanjanavanit
  • Pemeran: Pisarn Pattanapeeradej, Fiona Tarini Graham, Totrakul Jantima

Film ini merupakan adaptasi dari "Macbeth" karya William Shakespeare. Namun film ini dicekal dan dilarang tayang di Thailand karena sarat dengan unsur politik.

Salah satu tokoh utamanya adalah diktator yang diberi nama Dear Leader, namun tokoh fiksi ini sangat mirip dengan mantan Perdana Menteri Thaksin Shinawatra yang dilengserkan pada tahun 2006 silam.

Selain itu ada tokoh pembunuh yang memakai baju merah yang dianggap penggambaran dari Red Shirt, suatu gerakan atau kelompok yang mendukung PM Thaksin kala itu. Film ini juga dicekal oleh Kementerian Budaya Thailand karena memasukkan adegan berdasarkan peristiwa pemberontakan mahasiswa di Bangkok tahun 1976.

Meski demikian, sang sutradara menganggap bahwa pencekalan tersebut adalah hal yang tidak wajar. Menurutnya, tokoh utama dalam film "Shakespeare Must Die" adalah gambaran umum dari seorang pemimpin diktator yang korup, jadi tidak terfokus hanya pada sosok Thaksin.

6. Boundary

Sumber: chiangmaicitylife.com
  • Tahun Rilis: 2013
  • Genre: Dokumenter
  • Produksi: Vycky Films
  • Sutradara: Nontawat Numbenchapol
  • Pemeran: Sitthipong Junthasuk

Film ini bercerita tentang sengketa perbatasan antara wilayah Thailand dan Kamboja. Film "Boundary" ditayangkan pertama kali di Berlin International Film Festival ke-63. Film ini juga masuk ke sejumlah festival film seperti Milano Film Festival di Italia dan Yamagata International Documentary Film Festival di Jepang.

Film "Boundary"  sempat diboikot oleh pemerintah Thailand karena mengangkat isu yang cukup sensitif. Namun pencekalan tersebut kemudian dilonggarkan dengan syarat beberapa dialognya harus di-mute.

7. Pitupoom - Fatherland

Sumber: aboutdavikah.blogspot.com
  • Tahun Rilis: 2012
  • Genre: Drama
  • Sutradara: Yuthlert Sippapak
  • Pemeran: Davika Hoorne, Sukollawat Kanarot

Film "Pitupoom" mengangkat tema perselisihan agama yang terjadi di Thailand. Ceritanya mengenai kerusuhan antara umat Buddha dan Islam di beberapa provinsi di bagian Thailand Selatan. Kerusuhan yang dipicu sejak tahun 2004 ini semakin brutal sehingga merenggut nyawa lebih dari 5.000 orang.

Sementara itu, ada seorang kapten polisi bernama Taron Yangcheepchob (Sukollawat Kanarot) yang berasal dari Bangkok dan merupakan penganut agama Buddha. Dia termasuk polisi yang ditempatkan di wilayah selatan yang sedang berkonflik.

Dari sinilah Taron kemudian memahami akar dari permasalahan yang ada. Semakin dalam ia mencari tahu, Taron akhirnya perlahan-lahan mulai tertarik dengan agama Islam.

Film ini memang mengangkat isu agama yang cukup sensitif, namun "Pitupoom" sebenarnya belum sempat diboikot oleh pemerintah maupun masyarakat di sana.

Faktanya, si pembuat filmnya sendiri yang memutuskan untuk menarik film ini dari peredaran sehingga "Pitupoom" tidak jadi ditayangkan di bioskop-bioskop Thailand. Alasannya, pihak pembuat film takut kalau "Pitupoom" akan mendapatkan respon negatif dan menuai kontroversi.

8. Cemetery of Splendour

Sumber: nytimes.com
  • Tahun Rilis: 2015
  • Genre: Drama, Fantasi
  • Produksi: Kick the Machine Films, Illuminations Films
  • Sutradara: Apichatpong Weerasethakul
  • Pemeran: Jenjira Pongpas, Banlop Lomnoi, Jarinpattra Rueangram

Film ini bercerita tentang seorang tentara, Itt (Banlop Lomnoi), yang mengalami penyakit tidur yang aneh dan kemudian dirawat di sebuah klinik. Seorang wanita bernama Jenjira (Jenjira Pongpas) menjadi sukarelawan di klinik tersebut dan bertugas untuk mengawasi Itt.

Dokter terus melakukan berbagai upaya terapi untuk menyembuhkan Itt, sedangkan Jenjira menduga bahwa penyakit misterius yang diderita Itt mungkin berhubungan dengan situs kuno yang ada di klinik tersebut.

Film "Cemetery of Splendour" memiliki nasib yang hampir sama dengan film "Pitupoom". Sutradara Apichatpong Weerasethakul yang sebelumnya bermasalah dengan lembaga sensor lewat film "Syndromes and a Century", akhirnya memilih untuk 'memboikot' filmnya sendiri dan tidak merilisnya di Thailand.

Alasan utamanya adalah karena film ini mengandung unsur cerita tentang penumpasan militer tahun 1965, sehingga sang sutradara memperkirakan kalau filmnya akan kembali menuai kontroversi. Meski demikian, film bergenre fantasi tersebut masuk ke Cannes Film Festival tahun 2015 dan mendapatkan respon yang cukup baik dari para penikmat film.

Itulah 8 film Thailand yang menuai kontroversi hingga akhirnya gagal masuk ke bioskop-bioskop komersial. Kalau kamu punya info tambahan tentang film-film yang diboikot oleh pemerintah, jangan ragu berbagi di kolom komentar, ya!

cross
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram