20 Film Dokumenter Indonesia Terbaik yang Wajib Ditonton

Ditulis oleh Suci Maharani R
ATTENTION!
Artikel ini memiliki versi bahasa inggris

Indonesia pernah kehabisan film dengan kualitas terbaik. Film-film ini berasal dari berbagai genre, salah satunya adalah dokumenter.

Film dokumenter merupakan film yang mendokumentasikan kehidupan nyata. Film Indonesia yang mengusung genre ini sering kali mendapat pujian dari dunia internasional, bahkan menyabet penghargaan paling bergengsi.

Oleh karena itu, penting bagi kita untuk mengakui dan mengapresiasi karya-karya dalam genre ini. Karenanya, Bacaterus dengan senang hati menyajikan pilihan film dokumenter Indonesia terbaik yang layak kamu saksikan. Berikut daftarnya!

1. Ice Cold: Murder, Coffee and Jessica Wongso

Ice Cold Murder, Coffee and Jessica Wongso_
Tahun Rilis 2023
Genre
Sutradara
Pemeran

Ice Cold: Murder, Coffee and Jessica Wongso jadi salah satu dokumenter Netflix yang viral di Indonesia. Bagaimana tidak, dokumenter ini kembali mengingatkan masyarakat dengan kasus pembunuhan high profile Mirna Salihin yang diduga tewas setelah menenggak es kopi Vietnam yang dicampur sianida. 

Dokumenter ini cukup berimbang dan khas dengan gaya Netflix. Bagian pembukanya mengisahkan kronologis tewasnya Mirna Salihin di sebuah kafe mewah bernama Olivier. Setelah menenggak es kopi Vietnam yang dipesannya, tiba-tiba saja Mirna Salihin kejang-kejang dan tewas di tempat. 

Kematian Mirna yang mendadak ini terasa janggal, sehingga pihak kepolisian dipanggil untuk menyelidiki. Polisi menyatakan bahwa tewasnya Mirna Salihin diduga sebagai pembunuhan memakai sianida. 

Dari tiga orang yang berada di tempat kejadian perkara (TKP), polisi mencurigai salah satu sahabat Mirna, Jessica Kumala Wongso, sebagai tersangka. Semua ini didasarkan dari cctv dan perilaku mencurigakan yang ditunjukkan oleh Jessica. 

Namun, pihak Jessica tidak diam begitu saja. Mereka berusaha mematahkan opini jaksa dengan memanggil beberapa ahli. Berkat kecerdasan Otto Hasibuan, pengacara kondang Indonesia, opini publik pun berubah dan banyak yang tidak percaya kalau Jessica adalah pelakunya.

2. Pulau Plastik: Perjalanan dan Catatan untuk Masa Depan

Pulau Plastik Perjalanan dan Catatan untuk Masa Depan_

Di tahun 2021 Netflix pernah mengeluarkan dokumenter lain tentang Indonesia. Film berjudul Pulau Plastik: Perjalanan dan Catatan untuk Masa Depan yang disutradarai oleh Rahung Nasution dan Dandhy Dwi Laksono. Film ini berhasil mendapatkan rating tinggi, iMDb memberikan 7.6/10, sementara Cultura Magazine memberikan rating 4/5.

Mengangkat isu lingkungan, dokumenter ini berbicara tentang masalah sampah plastik yang menggunung di Indonesia. Ceritanya dibuka dengan eksperimen sederhana dari sampah plastik. Lalu, berlanjut pada perjalanan Gede Robi. 

Gede Robi, seorang musisi dari Bali, merasa terpanggil oleh kekhawatiran mengenai kondisi lingkungan yang akan diterima oleh generasi anak dan cucunya. Perjalanan Robi semakin menarik ketika ia bertemu dengan Prigi Arisandi di Gresik, Jawa Timur. Mereka menelusuri asal mula limbah sampah yang menumpuk di perairan Indonesia. 

Dari hasil uji coba hingga penelusuran keduanya, ternyata ada banyak sekali informasi mengenai sampah plastik. Mulai dari alasan kenapa kita harus berhenti memakai plastik sekali pakai, hingga cara untuk berhenti memakainya.

3. Atas Nama Daun

Atas Nama Daun_

Dokumenter ini mungkin akan membuat banyak orang emosional, apalagi jika menontonnya setengah-setengah. Diarahkan oleh Mahatma Putra, Atas Nama Daun adalah dokumenter yang mengeksplor tanaman ganja. Pasalnya, beberapa tahun belakangan, masyarakat sempat dihebohkan dengan wacana pelegalisiran ganja di Indonesia. Pro dan kontra pun bermunculan. 

Atas Nama Daun berusaha memberikan pengetahuan mengenai daun kontroversial ini dari berbagai perspektif. Dokumenter ini membaginya dalam lima segmen yaitu Atas Nama Riset, Atas Nama Daun, Atas Nama Hukum, Atas Nama Cinta, dan Atas Nama Hak. 

Dalam segmen Atas Nama Riset, seorang dosen di Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Aristo Pangaribuan, sempat membuat karya ilmiah tentang kriminalisasi atas ganja di Indonesia. Karya ilmiah tersebutlah yang menjadi landasan dari riset dan pembuatan dokumenter ini.

Tiga pembicara pun dihadirkan untuk membahas apakah perlu ganja dilegalkan di Indonesia. Perdebatan intens mereka membawa alurnya bergerak ke Atas Nama Hukum, Atas Nama Cinta, dan Atas Nama Hak.

Pera penonton akan merasa dilema, sebab ganja memang dapat merusak hidup seseorang jika dikonsumsi secara berlebihan. Namun untuk sebagian orang, hanja adalah obat mujarab untuk menyembuhkan mereka dari penyakit mematikan.

4. Golek Garwo

Golek Garwo_

Di Yogyakarta, ada sebuah forum pencarian jodoh yang telah dilakukan turun temurun. Golek Garwo adalah ajang pencarian jodoh yang biasa diselenggarakan setiap satu kali dalam satu bulan di kota tersebut. 

Tradisi unik ini menjadi tema utama dalam dokumenter singkat karya Wahyu Utami yang berjudul sama yaitu Golek Garwo. Dokumenter ini hanya berdurasi 30 menit, tetapi alur cerita dan keelokan budaya di Yogyakarta ditampilkan dengan sangat indah. 

Beralih ke cerita, dokumenter ini mengisahkan usaha Basri, seorang duda dan buruh berusia 62 tahun dalam menemukan pendamping hidup. Pasca sang istri meninggal dunia dan anak gadisnya menikah, Basri hidup sendiri di Yogyakarta. 

Dari ratusan peserta yang hadir, Basri jatuh cinta pasca melihat Musiyem, wanita paruh baya berusia 56 tahun. Pertemuan mereka mungkin singkat, tapi hal ini cukup untuk menyakinkan Basri dan Musiyem ke jenjang yang lebih serius.

Pasangan yang saling jatuh cinta ini akhirnya memutuskan untuk mengikuti acara nikah massal. Akan tetapi, keinginan Basri untuk hidup bersama dengan Musiyem ternyata tidak semudah yang dibayangkannya.

5. Banda The Dark Forgotten Trail

Banda The Dark Forgotten Trail_

Banda The Dark Forgotten Trail adalah sebuah dokumenter yang diarahkan oleh Jay Subyakto dan diproduksi oleh Lifelike Pictures. Film ini merinci keberagaman dan kemewahan sumber daya alam Indonesia, sasaran utama para penjajah Eropa.

Ceritanya berfokus pada pala, rempah khas Kepulauan Banda, Maluku, yang pada abad pertengahan lebih berharga daripada emas, dan menjadi obyek buruan berbagai bangsa di tengah ketidakstabilan geopolitik global.

Sebenarnya Kepulauan Banda telah diduduki oleh pemerintahan Kerajaan Inggris. Namun, Belanda ngotot untuk menduduki Kepulauan Banda hingga rela melepaskan Nieuw Amsterdam (Manhattan, New York).

Jatuhnya Kepulauan Banda ketangan Belanda pun menjadi awal mula perbudakan dan pembantaian massal di Indonesia. Namun, dari sini juga semangat kebangsaan dan identitas multikultural terlahir yang menjadi bagian integral dari warisan sejarah dunia.

6. Heaven for Insanity

Heaven for Insanity

Heaven for Insanity adalah film dokumenter yang mengambil kisah tentang Watmo, pria penderita Skizofernia. Karena dianggap memilki gangguan jiwa, Ketua RT di sekitar tempat tingggat Watmo pun menyarankan agar pria tersebut dibawa ke lembaga kejiwaan di pinggiran jakarta.

Ketika hidup di lembaga tersebut, Watmo benar-benar terkekang. Ia harus menuruti peraturan lembaga dan mengikuti segala cara agar terlihat hidup lebih normal. Bahkan, sesekali ia harus dirantai agar diam. Untungnya, setelah satu minggu menjalani perawatan, Watmo dianggap sembuh dan diperbolehkan untuk meninggalkan tempat tersebut.

Karena cerita Heaven for Insanity yang memukau, film garapan Dria Soetomo ini diganjar penghargaan film dokumenter pendek di Festival Film International Anuu-ru Aboro 2011 di New Caledonia, Prancis.

Tak hanya itu, film ini juga telah diputar di berbagai festival film internasional seperti Rotterdam International Film Festival, IDFA Amsterdam dan sebagai official selection di Melbourne International Film Festival.

7. Jagal (The Act of Killing)

Jagal (The Act of Killing)_

Film yang satu ini cukup sensasional ketika pertama kali diputar, sebab Jagal atau The Act of Killing menceritakan kisah pembantaian anti-PKI pada tahun 1965 – 1966. Film yang menyoroti pelaku pembantaian ini menampilkan Anwar Congo sebagai tokoh utama pendiri organisasi paramiliter sayap kanan Pemuda Pancasila (PP) pada masa itu.

Anwar Congo adalah seorang mantan preman yang dulunya sering memalak tiket bioskop di Kota Medan. Ia dan rekan-rekannya kemudianbergabung dengan Pemuda Pancasila, sebuah organisasi sayap kanan yang didukung oleh rezim Orde Baru. 

Anwar mengubah bioskop tempatnya bekerja menjadi tempat penyiksaan dan pembunuhan bagi orang-orang yang dicurigai komunis, terutama dari etnis Tionghoa. Ia dan kawan-kawannya menjadi algojo yang membunuh ribuan orang yang dituduh sebagai anggota atau simpatisan PKI di Sumatera Utara. 

Film ini menampilkan pengakuan Anwar Congo yang mengungkapkan cara-cara kejam yang digunakan untuk membunuh korban-korbannya. Dia bahkan mengaku harus meminum darah korban dan mengonsumsi narkoba untuk mengatasi trauma akibat membunuh.

Meski begitu tabu bagi masyarakat Indonesia, namun Jagal berhasil masuk penghargaan bergengsi dunia, Academy Awards, untuk nominasi film dokumenter terbaik. Selain itu, sejumlah penghargaan berhasil disabetnya, seperti dalam British Academy Film and Televisions Art 2013.

8. Nyanyian Akar Rumput

 Nyanyian Akar Rumput

Disutradarai oleh Yuda Kurniawan, Nyanyian Akar Rumput menelisik sebuah kasus pelanggaran HAM di Indonesia yang terlupakan. Ia menceritakan tentang perjuangan Fajar Merah, putra dari penyair dan aktivis Wiji Thukul. Pemuda ini memiliki impian mulia, ingin menghidupkan kembali karya-karya ayahnya yang hilang sejak era orde baru. 

Jika kamu belum tahu, Wiji Thukul adalah salah satu tokoh yang menginspirasi banyak orang dengan puisi-puisinya yang menjadi senjata melawan penindasan.

Bersama band-nya yang bernama Merah Bercerita, Fajar menyampaikan pesan-pesan sosial dan politik dari puisi-puisi sang ayah yang penuh semangat dan kritik. Namun, usaha Fajar Merah untuk menyampaikan pesan sang ayah tidaklah mudah. Nyatanya pemuda ini harus berhadapan dengan berbagai tantangan serius. 

Di sisi lain, dokumenter ini menyuguhkan kisah kehidupan Wiji Thukul di masa lalu. Mulai dari penggambaran Wiji dari mata rekan-rekannya terdahulu, hingga beberapa rekaman saat ia beraksi sebagai penyair dan aktivis, termasuk kegiatannya dalam Partai Rakyat Demokratik (PRD), partai oposisi yang didirikan oleh kaum muda dan mahasiswa untuk melawan rezim orde baru.

9. Help is on The Way

Help is on The Way

Di tahun 2019, sebuah film dokumenter berjudul Help is on The Way diluncurkan oleh PT. Dua Pulau Digital. Digarap oleh Ismail Fahmi Lubis, dokumenter ini berhasil mendapatkan Piala Citra sebagai Film Dokumenter Panjang Terbaik di Festival Film Indonesia (FFI) 2019.

Melakukan syutingnya di Indramayu dan Taiwan, dokumenter ini mengisahkan kehidupan para Tenaga Kerja Luar Negeri. Di Indramayu, ratusan perempuan seperti Sukma, Meri, Muji, dan Tari dilatih oleh Badan Latihan Tenaga Kerja Luar Negeri untuk bekerja di Taiwan, Hongkong, dan Singapura.

Namun, meski pelatihan telah selesai, tak semuanya berhasil disalurkan dengan cepat ke negara-negara tersebut. Bahkan, beberapa di antara mereka ada yang harus mengeluarkan dana lebih agar bisa lolos dan harus menunggu hingga 12 bulan.

Tak hanya menyoroti proses pelatihan yang mereka jalani, Help is on The Way juga menggambarkan alasan para perempuan tersebut ingin menjadi TKW dan bekerja di luar negeri.

10. Kemarin

Kemarin

Kemarin (2020) adalah film dokumenter yang mengisahkan sebuah tragedi alam yang terjadi di Selat Sunda tahun 2018. Bencana tsunami yang menewaskan beberapa anggota grup band asal Indonesia, Seventeen, ini berhasil membuat banyak orang bersimpati.

Digarap oleh Upie Guava, film ini memulai penayangan perdananya di bioskop Indonesia pada 3 Desember 2020. Sayangnya, film ini hanya bisa tayang dalam waktu yang sangat singkat, karena Indonesia sedang dilanda pandemi Covid-19 pada tahun tersebut.

Film ini membawa penonton mengenal para anggota grup band Seventeen, bagaimana mereka terbentuk, hingga detik-detik terjadinya Tsunami Selat Sunda tahun 2018 yang membuat beberapa personil band ini kehilangan nyawa.

1 2»
cross
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram