bacaterus web banner retina

20 Film Dokumenter Indonesia Terbaik yang Wajib Ditonton

Ditulis oleh Suci Maharani R
ARTIKEL INI ADA VERSI INGGRISNYA!
Jika meng-update artikel ini, WAJIB tulis link-nya di sheet ini

Indonesia pernah kehabisan film dengan kualitas terbaik. Film-film ini berasal dari berbagai genre, salah satunya adalah dokumenter.

Film dokumenter merupakan film yang mendokumentasikan kehidupan nyata. Film Indonesia yang mengusung genre ini sering kali mendapat pujian dari dunia internasional, bahkan menyabet penghargaan paling bergengsi.

Oleh karena itu, penting bagi kita untuk mengakui dan mengapresiasi karya-karya dalam genre ini. Karenanya, Bacaterus dengan senang hati menyajikan pilihan film dokumenter Indonesia terbaik yang layak kamu saksikan. Berikut daftarnya!

1. Ice Cold: Murder, Coffee and Jessica Wongso

Ice Cold Murder, Coffee and Jessica Wongso_

Ice Cold: Murder, Coffee and Jessica Wongso jadi salah satu dokumenter Netflix yang viral di Indonesia. Bagaimana tidak, dokumenter ini kembali mengingatkan masyarakat dengan kasus pembunuhan high profile Mirna Salihin yang diduga tewas setelah menenggak es kopi Vietnam yang dicampur sianida. 

Dokumenter ini cukup berimbang dan khas dengan gaya Netflix. Bagian pembukanya mengisahkan kronologis tewasnya Mirna Salihin di sebuah kafe mewah bernama Olivier. Setelah menenggak es kopi Vietnam yang dipesannya, tiba-tiba saja Mirna Salihin kejang-kejang dan tewas di tempat. 

Kematian Mirna yang mendadak ini terasa janggal, sehingga pihak kepolisian dipanggil untuk menyelidiki. Polisi menyatakan bahwa tewasnya Mirna Salihin diduga sebagai pembunuhan memakai sianida. 

Dari tiga orang yang berada di tempat kejadian perkara (TKP), polisi mencurigai salah satu sahabat Mirna, Jessica Kumala Wongso, sebagai tersangka. Semua ini didasarkan dari cctv dan perilaku mencurigakan yang ditunjukkan oleh Jessica. 

Namun, pihak Jessica tidak diam begitu saja. Mereka berusaha mematahkan opini jaksa dengan memanggil beberapa ahli. Berkat kecerdasan Otto Hasibuan, pengacara kondang Indonesia, opini publik pun berubah dan banyak yang tidak percaya kalau Jessica adalah pelakunya.

2. Pulau Plastik: Perjalanan dan Catatan untuk Masa Depan

Pulau Plastik Perjalanan dan Catatan untuk Masa Depan_

Di tahun 2021 Netflix pernah mengeluarkan dokumenter lain tentang Indonesia. Film berjudul Pulau Plastik: Perjalanan dan Catatan untuk Masa Depan yang disutradarai oleh Rahung Nasution dan Dandhy Dwi Laksono. Film ini berhasil mendapatkan rating tinggi, iMDb memberikan 7.6/10, sementara Cultura Magazine memberikan rating 4/5.

Mengangkat isu lingkungan, dokumenter ini berbicara tentang masalah sampah plastik yang menggunung di Indonesia. Ceritanya dibuka dengan eksperimen sederhana dari sampah plastik. Lalu, berlanjut pada perjalanan Gede Robi. 

Gede Robi, seorang musisi dari Bali, merasa terpanggil oleh kekhawatiran mengenai kondisi lingkungan yang akan diterima oleh generasi anak dan cucunya. Perjalanan Robi semakin menarik ketika ia bertemu dengan Prigi Arisandi di Gresik, Jawa Timur. Mereka menelusuri asal mula limbah sampah yang menumpuk di perairan Indonesia. 

Dari hasil uji coba hingga penelusuran keduanya, ternyata ada banyak sekali informasi mengenai sampah plastik. Mulai dari alasan kenapa kita harus berhenti memakai plastik sekali pakai, hingga cara untuk berhenti memakainya.

3. Atas Nama Daun

Atas Nama Daun_

Dokumenter ini mungkin akan membuat banyak orang emosional, apalagi jika menontonnya setengah-setengah. Diarahkan oleh Mahatma Putra, Atas Nama Daun adalah dokumenter yang mengeksplor tanaman ganja. Pasalnya, beberapa tahun belakangan, masyarakat sempat dihebohkan dengan wacana pelegalisiran ganja di Indonesia. Pro dan kontra pun bermunculan. 

Atas Nama Daun berusaha memberikan pengetahuan mengenai daun kontroversial ini dari berbagai perspektif. Dokumenter ini membaginya dalam lima segmen yaitu Atas Nama Riset, Atas Nama Daun, Atas Nama Hukum, Atas Nama Cinta, dan Atas Nama Hak. 

Dalam segmen Atas Nama Riset, seorang dosen di Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Aristo Pangaribuan, sempat membuat karya ilmiah tentang kriminalisasi atas ganja di Indonesia. Karya ilmiah tersebutlah yang menjadi landasan dari riset dan pembuatan dokumenter ini.

Tiga pembicara pun dihadirkan untuk membahas apakah perlu ganja dilegalkan di Indonesia. Perdebatan intens mereka membawa alurnya bergerak ke Atas Nama Hukum, Atas Nama Cinta, dan Atas Nama Hak.

Pera penonton akan merasa dilema, sebab ganja memang dapat merusak hidup seseorang jika dikonsumsi secara berlebihan. Namun untuk sebagian orang, hanja adalah obat mujarab untuk menyembuhkan mereka dari penyakit mematikan.

4. Golek Garwo

Golek Garwo_

Di Yogyakarta, ada sebuah forum pencarian jodoh yang telah dilakukan turun temurun. Golek Garwo adalah ajang pencarian jodoh yang biasa diselenggarakan setiap satu kali dalam satu bulan di kota tersebut. 

Tradisi unik ini menjadi tema utama dalam dokumenter singkat karya Wahyu Utami yang berjudul sama yaitu Golek Garwo. Dokumenter ini hanya berdurasi 30 menit, tetapi alur cerita dan keelokan budaya di Yogyakarta ditampilkan dengan sangat indah. 

Beralih ke cerita, dokumenter ini mengisahkan usaha Basri, seorang duda dan buruh berusia 62 tahun dalam menemukan pendamping hidup. Pasca sang istri meninggal dunia dan anak gadisnya menikah, Basri hidup sendiri di Yogyakarta. 

Dari ratusan peserta yang hadir, Basri jatuh cinta pasca melihat Musiyem, wanita paruh baya berusia 56 tahun. Pertemuan mereka mungkin singkat, tapi hal ini cukup untuk menyakinkan Basri dan Musiyem ke jenjang yang lebih serius.

Pasangan yang saling jatuh cinta ini akhirnya memutuskan untuk mengikuti acara nikah massal. Akan tetapi, keinginan Basri untuk hidup bersama dengan Musiyem ternyata tidak semudah yang dibayangkannya.

5. Banda The Dark Forgotten Trail

Banda The Dark Forgotten Trail_

Banda The Dark Forgotten Trail adalah sebuah dokumenter yang diarahkan oleh Jay Subyakto dan diproduksi oleh Lifelike Pictures. Film ini merinci keberagaman dan kemewahan sumber daya alam Indonesia, sasaran utama para penjajah Eropa.

Ceritanya berfokus pada pala, rempah khas Kepulauan Banda, Maluku, yang pada abad pertengahan lebih berharga daripada emas, dan menjadi obyek buruan berbagai bangsa di tengah ketidakstabilan geopolitik global.

Sebenarnya Kepulauan Banda telah diduduki oleh pemerintahan Kerajaan Inggris. Namun, Belanda ngotot untuk menduduki Kepulauan Banda hingga rela melepaskan Nieuw Amsterdam (Manhattan, New York).

Jatuhnya Kepulauan Banda ketangan Belanda pun menjadi awal mula perbudakan dan pembantaian massal di Indonesia. Namun, dari sini juga semangat kebangsaan dan identitas multikultural terlahir yang menjadi bagian integral dari warisan sejarah dunia.

6. Heaven for Insanity

Heaven for Insanity

Heaven for Insanity adalah film dokumenter yang mengambil kisah tentang Watmo, pria penderita Skizofernia. Karena dianggap memilki gangguan jiwa, Ketua RT di sekitar tempat tingggat Watmo pun menyarankan agar pria tersebut dibawa ke lembaga kejiwaan di pinggiran jakarta.

Ketika hidup di lembaga tersebut, Watmo benar-benar terkekang. Ia harus menuruti peraturan lembaga dan mengikuti segala cara agar terlihat hidup lebih normal. Bahkan, sesekali ia harus dirantai agar diam. Untungnya, setelah satu minggu menjalani perawatan, Watmo dianggap sembuh dan diperbolehkan untuk meninggalkan tempat tersebut.

Karena cerita Heaven for Insanity yang memukau, film garapan Dria Soetomo ini diganjar penghargaan film dokumenter pendek di Festival Film International Anuu-ru Aboro 2011 di New Caledonia, Prancis.

Tak hanya itu, film ini juga telah diputar di berbagai festival film internasional seperti Rotterdam International Film Festival, IDFA Amsterdam dan sebagai official selection di Melbourne International Film Festival.

7. Jagal (The Act of Killing)

Jagal (The Act of Killing)_

Film yang satu ini cukup sensasional ketika pertama kali diputar, sebab Jagal atau The Act of Killing menceritakan kisah pembantaian anti-PKI pada tahun 1965 – 1966. Film yang menyoroti pelaku pembantaian ini menampilkan Anwar Congo sebagai tokoh utama pendiri organisasi paramiliter sayap kanan Pemuda Pancasila (PP) pada masa itu.

Anwar Congo adalah seorang mantan preman yang dulunya sering memalak tiket bioskop di Kota Medan. Ia dan rekan-rekannya kemudianbergabung dengan Pemuda Pancasila, sebuah organisasi sayap kanan yang didukung oleh rezim Orde Baru. 

Anwar mengubah bioskop tempatnya bekerja menjadi tempat penyiksaan dan pembunuhan bagi orang-orang yang dicurigai komunis, terutama dari etnis Tionghoa. Ia dan kawan-kawannya menjadi algojo yang membunuh ribuan orang yang dituduh sebagai anggota atau simpatisan PKI di Sumatera Utara. 

Film ini menampilkan pengakuan Anwar Congo yang mengungkapkan cara-cara kejam yang digunakan untuk membunuh korban-korbannya. Dia bahkan mengaku harus meminum darah korban dan mengonsumsi narkoba untuk mengatasi trauma akibat membunuh.

Meski begitu tabu bagi masyarakat Indonesia, namun Jagal berhasil masuk penghargaan bergengsi dunia, Academy Awards, untuk nominasi film dokumenter terbaik. Selain itu, sejumlah penghargaan berhasil disabetnya, seperti dalam British Academy Film and Televisions Art 2013.

8. Nyanyian Akar Rumput

 Nyanyian Akar Rumput

Disutradarai oleh Yuda Kurniawan, Nyanyian Akar Rumput menelisik sebuah kasus pelanggaran HAM di Indonesia yang terlupakan. Ia menceritakan tentang perjuangan Fajar Merah, putra dari penyair dan aktivis Wiji Thukul. Pemuda ini memiliki impian mulia, ingin menghidupkan kembali karya-karya ayahnya yang hilang sejak era orde baru. 

Jika kamu belum tahu, Wiji Thukul adalah salah satu tokoh yang menginspirasi banyak orang dengan puisi-puisinya yang menjadi senjata melawan penindasan.

Bersama band-nya yang bernama Merah Bercerita, Fajar menyampaikan pesan-pesan sosial dan politik dari puisi-puisi sang ayah yang penuh semangat dan kritik. Namun, usaha Fajar Merah untuk menyampaikan pesan sang ayah tidaklah mudah. Nyatanya pemuda ini harus berhadapan dengan berbagai tantangan serius. 

Di sisi lain, dokumenter ini menyuguhkan kisah kehidupan Wiji Thukul di masa lalu. Mulai dari penggambaran Wiji dari mata rekan-rekannya terdahulu, hingga beberapa rekaman saat ia beraksi sebagai penyair dan aktivis, termasuk kegiatannya dalam Partai Rakyat Demokratik (PRD), partai oposisi yang didirikan oleh kaum muda dan mahasiswa untuk melawan rezim orde baru.

9. Help is on The Way

Help is on The Way

Di tahun 2019, sebuah film dokumenter berjudul Help is on The Way diluncurkan oleh PT. Dua Pulau Digital. Digarap oleh Ismail Fahmi Lubis, dokumenter ini berhasil mendapatkan Piala Citra sebagai Film Dokumenter Panjang Terbaik di Festival Film Indonesia (FFI) 2019.

Melakukan syutingnya di Indramayu dan Taiwan, dokumenter ini mengisahkan kehidupan para Tenaga Kerja Luar Negeri. Di Indramayu, ratusan perempuan seperti Sukma, Meri, Muji, dan Tari dilatih oleh Badan Latihan Tenaga Kerja Luar Negeri untuk bekerja di Taiwan, Hongkong, dan Singapura.

Namun, meski pelatihan telah selesai, tak semuanya berhasil disalurkan dengan cepat ke negara-negara tersebut. Bahkan, beberapa di antara mereka ada yang harus mengeluarkan dana lebih agar bisa lolos dan harus menunggu hingga 12 bulan.

Tak hanya menyoroti proses pelatihan yang mereka jalani, Help is on The Way juga menggambarkan alasan para perempuan tersebut ingin menjadi TKW dan bekerja di luar negeri.

10. Kemarin

Kemarin

Kemarin (2020) adalah film dokumenter yang mengisahkan sebuah tragedi alam yang terjadi di Selat Sunda tahun 2018. Bencana tsunami yang menewaskan beberapa anggota grup band asal Indonesia, Seventeen, ini berhasil membuat banyak orang bersimpati.

Digarap oleh Upie Guava, film ini memulai penayangan perdananya di bioskop Indonesia pada 3 Desember 2020. Sayangnya, film ini hanya bisa tayang dalam waktu yang sangat singkat, karena Indonesia sedang dilanda pandemi Covid-19 pada tahun tersebut.

Film ini membawa penonton mengenal para anggota grup band Seventeen, bagaimana mereka terbentuk, hingga detik-detik terjadinya Tsunami Selat Sunda tahun 2018 yang membuat beberapa personil band ini kehilangan nyawa.

11. Semesta

Semesta

Film dokumenter Indonesia ini juga tidak boleh dilewatkan. Semesta (2018) digarap oleh sutradara Chairun Nissa dan diproduseri oleh Mandy Marahimin serta aktor papan atas Indonesia, Nicholas Saputra.

Film ini dibintangi oleh Soraya Cassandra, Marselus Hasan, Agustinus Pius Inam hingga Almina Kacili yang memiliki latar belakang berbeda. Film dokumenter ini memperlihatkan keindahan dari keyakinan dan kebudayaan di tujuh provinsi Indonesia.

Semesta menampilkan bagaimana perjuangan para individu tersebut melawan dan mengatasi perubahan iklim yang ekstrim berdasarkan keyakinan dan budaya masing-masing. Fyi, film ini berhasil melakukan penayangan perdana di Suncine International Environmental Film Festival di Barcelona, Spanyol.

12. Senyap (The Lock of Silence)

Senyap (The Lock of Silence)

Sutradara asal Amerika Serikat, Joshua Oppenheimer, juga meproduksi film lanjutan Jagal. Film berjudul Senyap atau The Lock of Silence ini mengambil kisah dari sisi dari korban penganiayaan yang dianggap sebagai simpatisan PKI pada tahun 1965 – 1966. Film ini menampilkan kisah salah satu korban bernama Adi, penyitas dan keluarga yang dituduh bagian dari PKI.

Untuk penghargaan, Senyap tak kalah dengan Jagal. Sejumlah penghargaan untuk film dokumenter berhasil disabet. Bahkan, Senyap menjadi film pertama Indonesia yang masuk dalam nominasi Oscar. Senyap diputar untuk pertama kalinya pada tanggal 10 Desember 2014 untuk memperingati hari HAM sedunia.

13. Jalanan

Jalanan

Jalanan adalah film dokumenter yang menceritakan kisah tiga pemusik jalanan di Jakarta. Film garapan Daniel Ziv ini menyoroti tentang potret kehidupan mereka yang berusaha menyambung hidup dengan susah payah di ibu kota yang terkenal keras, tapi juga penuh momen-momen lucu dan menyenangkan.

Walau punya premis sederhana, film tahun 2013 ini rupanya mendapat banyak penghargaan, seperti Magnolia Award di Shanghai International Film Festival 2014, Macenant Award di Busan International Film Festival 2013, Edmonton International Film Festival, dan juga Melbourne International Film Festival.

14. Between the Devil and the Deep Blue Sea

Between the Devil and the Deep Blue Sea

Between the Devil and the Deep Blue Sea adalah film dokumenter yang bisa menyentuh hati banyak orang terutama wanita, karena kisah yang dihadirkan mengenai seorang gadis belia bernama Ona.

Gadis cantik ini hidup di Kaledupa, Kepulauan Wakatobi, bersama kedua orang tuanya. Seperti kebanyakan remaja pada umumnya, Ona yang penuh semangat dan ambisius bermimpi bisa berkuliah ke sebuah universitas di Kendari dan menjadi seorang ahli biologi kelautan.

Impian ini sempat hancur dan terkubur ketika Ona menjadi korban pemerkosaan saat ia berkencan dengan seorang pria. Namun, dengan kekuatan dan kegigihan tak tergoyahkan, Ona tetap berjuang meraih cita-citanya itu, bahkan bersedia bekerja keras untuk memenuhi kebutuhannya.

15. Tarling is Darling

Tarling is Darling

Dangdut, yang merupakan bentuk musik penuh jiwa rakyat Indonesia, menyebar luas di berbagai wilayah, termasuk di Indramayu, Jawa Barat. Salah satu varian khusus dari dangdut adalah tarling, yang terkenal dengan tariannya yang erotis dan pakaian yang minim dari penyanyinya.

Film ini menyoroti dua penulis lagu tarling dangdut, Jaham dan Ipung, yang merupakan seorang produser musik. Keduanya telah banyak mengorbitkan artis baru. Rata-rata, mereka adalah wanita muda yang ingin menjadi terkenal.

Karena tarian dan pakaiannya, tarling mendapat tentangan dari para ulama. Mereka menganggap aliran musik tersebut tidak benar dan menyalahi aturan Islam.

Jaham pun ditantang untuk menulis lagu tarling bernuansa islami, sehingga bisa menjadi sarana dakwah. Secara garis besar, film ini menunjukkan Jaham yang pertama kalinya menulis lagu islami melalui bantuan seorang penyanyi erotis.

16. Di Balik Kilang

Di Balik Kilang_

Di Balik Kilang menjadi film dokumenter terbaik di Festival Film KPK 2015. Lantas, apa yang membuat dokumenter ini spesial? Dibuat oleh para mahasiswa jurusan Broadcast Prodi Ilmu Komunikasi dari Telkom University, dokumenter ini mengangkat kisah mengenai kehidupan masyarakat di Wonocolo.

Fyi, Wonocolo adalah salah satu kecamatan yang berada di Kota Surabaya, Provinsi Jawa Timur. Dari sejarahnya, kawasan Wonocolo dikenal sebagai daerah tambang minyak terbesar. Bahkan, pemerintah Belanda sengaja membuka ratusan tambang minyak yang kini pengelolaannya telah diberikan kepada masyarakat lokal.

Dari aturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia, sumur-sumur ini seharusnya tidak dimiliki oleh siapa pun, baik masyarakat, swasta maupun pemerintah. Sialnya, ada banyak pihak tidak bertanggung jawab yang sengaja mengambil keuntungan dengan membuat sumur baru di beberapa titik.

Sebenarnya kegiatan ilegal tersebut sudah terjadi sangat lama. Dalam dokumenter Di Balik Kilang, kita akan diajak melihat sejarah dan menelisik awal mula praktek tambang minyak ilegal ini, yang tidak hanya merugikan negara, namun juga merugikan masyarakat sekitar. Para buruh yang bekerja hidupnya tidak terancam karena jaminan K3 membuat mereka rentan mengalami kecelakaan kerja. 

17. Sepanjang Jalan Satu Arah

Sepanjang Jalan Satu Arah

Film dokumenter ini sebenarnya hanya berdurasi 16 menit dan memiliki ceritanya yang begitu sederhana. Sepanjang Jalan Satu Arah mengisahkan perbedaan pandangan antara seorang anak dengan ibunya. Sang ibu, menyuruh anaknya untuk memilih gubernur berdasarkan dalil agama yang mereka anut.

Tidak hanya kepada anaknya, sang ibu juga mengajak anggota keluarga lainnya untuk memilih pemimpin sesuai dengan pilihannya. Namun, di tengah kebingungan dan perbedaan pandangan dengan ibunya, anak tersebut menjatuhkan pilihannya pada opsi yang berbeda. Pilihan apakah itu?

Sepanjang Jalan Satu Arah merupakan film pertama Bani Nasution, yang mendapatkan special mention dari juri di Sea Short Film Festival Kuala Lumpur. Film ini juga memperoleh penghargaan Piala Citra sebagai Film Dokumenter Pendek Terbaik di ajang Festival Film Indonesia pada tahun 2017.

18. Sexy Killers

Sexy Killer_

Film dokumenter Indonesia satu ini sempat menggemparkan jagat Twitter. Sexy Killers, film dokumenter buatan Watchdoc ini wajib ditonton oleh para penduduk Indonesia karena membahas isu penting yang tidak pernah dihiraukan oleh masyarakat apalagi pemerintah. 

Film ini mengungkap fakta-fakta mengenai industri batu bara di Indonesia yang merusak alam dan keseimbangan iklim, serta berdampak buruk bagi kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.

Dalam durasi 1,5 jam, film ini menampilkan proses penambangan batu bara di Kalimantan, mulai dari penggalian di lokasi tambang hingga pengolahan menjadi bahan bakar pembangkit listrik. 

Awalnya, pembangunan tambang ini membuat para penduduk setempat mendapatkan lapangan pekerjaan yang menjanjikan. Namun, semakin lama lahan milik para petani dimusnahkan untuk membangun PLTU. Hal ini membuat para petani kecil kehilangan mata pencaharian, puncaknya limbah PLTU pun merusak alam dan udara yang membuat masyarakat terjangkit penyakit serius. 

19. Negeri Dongeng

Negeri Dongeng

Para pendaki pasti tidak pernah terlewat menonton film yang satu ini. Negeri Dongeng berpusat pada tujuh sineas muda Indonesia yang melakukan pendakian di tujuh gunung tertinggi di Indonesia.

Gunung-gunung yang ditaklukkan adalah Gunung Carstensz di Papua, Gunung Bukit Raya di Kalimantan, Gunung Binaiya di Ambon, Gunung Rinjani di Lombok, Gunung Semeru di Jawa, dan Gunung Latimojong di Sulawesi.

Penggarapan film Negeri Dongeng menghabiskan waktu yang lama, sekitar tiga tahun. Tak hanya itu, film ini juga merupakan hasil ekspedisi tujuh sinematografer yang terdiri dari Anggi Frisca, Teguh Rahmadani, Rivan Haggarai, Jogie KM Nadeak, Yohanes Pattiasina, dan Wihana Erlangga.

Lewat film ini kita akan lebih mencintai keindahan dan keberagaman tanah air Indonesia. Tak hanya itu, kita juga akan belajar tentang pentingnya kerjasama dan perjuangan, yang tercermin dalam proses pendakian mereka.

20. Songbird: Burung Berkicau

Songbird Burung Berkicau_

Film ini bercerita tentang dunia bisnis burung di Indonesia, yang kaya akan spesies burung. Alhasil, aktivitas perburuan, penangkapan, dan pelatihan burung bertransformasi menjadi bisnis yang menjanjikan di negara ini.

Ditambah lagi dengan adanya kompetisi adu suara burung. Bila burung yang dilombakan menjuarai kompetisi, harga burung tersebut akan langsung membumbung tinggi.

Kisah dalam film ini memfokuskan pada perjalanan seorang pemuda bernama Agok, yang terjun ke dalam bisnis ini di bawah bimbingan mentornya, Edi. Edi, yang sadar bahwa melatih burung merupakan pekerjaan yang tidak mudah, berharap besar bahwa Agok dapat melanjutkan impian dan aspirasinya dalam dunia bisnis burung ini.

Itulah deretan film dokumenter terbaik Indonesia yang wajib untuk ditonton. Selain mengangkat kisah dan fenomena yang menarik, bahkan beberapa terkesan kontroversial, film-film ini mampu membuktikan value mereka dengan memenangkan banyak penghargaan, baik lokal maupun global.

Apakah kamu sudah menonton salah satu dari beberapa film di atas? Bila belum, jangan ragu luangkan waktu untuk menontonnya, ya!

cross
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram