showpoiler-logo

Fakta Unik & Menarik dari Film "Gone with the Wind" (1939)

Ditulis oleh Dhany Wahyudi

Gone with the Wind adalah salah satu film terbaik yang pernah diproduksi oleh Hollywood. Saat ini status film ini sudah termasuk film klasik dan terdaftar di National Film Registry. Film ini menjadi yang pertama dalam menggabungkan kualitas dan komersialitas dengan banyaknya penghargaan yang berhasil diraih dan juga pendapatan dari tiket bioskop yang sangat besar di masanya.

Bagi moviegoers, Gone with the Wind pasti sudah pernah ditonton, minimal sekali dalam seumur hidup. Sedangkan bagi generasi milenial, bisa jadi tidak banyak yang mengenal akan kedahsyatan film dengan seting di era civil war ini. Baiklah, kami akan paparkan beberapa fakta unik dan menarik dari film yang disebut sebagai pionir film berlabel blockbuster ini.

Diarahkan oleh Tiga Sutradara

Diarahkan oleh Tiga Sutradara

Awalnya, Gone with the Wind diarahkan oleh George Cukor yang sudah mempersiapkan proses pra-produksi selama hampir dua tahun lamanya. Tetapi setelah proses syuting baru berjalan selama tiga minggu, Cukor dipecat oleh produser David O. Selznick. Info resminya, terjadi perbedaan pendapat di antara dua sahabat ini tentang ritme film dan penerjemahan naskah.

Sedangkan info lainnya, pemecatan Cukor dikarenakan ketidaknyamanan Clark Gable saat diarahkan olehnya. Dalam biografi George Cukor, Emanuel Levy menyatakan jika Cukor mengetahui masa lalu Gable dimana dia pernah menjadi male escort di beberapa club yang disinyalir khusus gay. Kemudian Gable menggunakan pengaruhnya di Hollywood yang membuat Selznick memecat Cukor.

Vivian Leigh, aktris utama film ini, mengetahui pemecatan Cukor ketika sedang melakukan syuting dan kemudian menuju kantor Selznick masih dalam kostum untuk memintanya mengubah keputusan itu. Tetapi Selznick tetap pada pendiriannya dan memanggil Victor Fleming yang baru saja sukses dengan The Wizard of Oz (1939) untuk meneruskan pengarahan film ini.

Disaat Fleming kelelahan mengerjakan proses syuting yang ketat dan meminta untuk beristirahat sejenak, sutradara langganan studio MGM lainnya, Sam Wood, mengambil alih kursi sutradara selama dua minggu. Fleming melakukan beberapa syuting ulang dari hasil adegan yang pernah diarahkan Cukor, tetapi Selznick memastikan jika adegan besutan Cukor yang tetap ditampilkan di film.

Tidak hanya sutradara saja yang diganti, tetapi juga cinematographer Lee Garmes yang digantikan oleh Ernest Haller karena hasil gambarnya yang terlalu gelap menurut Selznick. Haller datang bersama dengan cinematographer yang bisa menggunakan Technicolor, Ray Rennahan. Setelah proses syuting selesai, tercatat jumlah hari kerja ketiga sutradara ini, yaitu Cukor 18 hari, Fleming 93 hari, dan Wood 24 hari.

Adaptasi Novel Terpopuler Sepanjang Masa

Adaptasi Novel Terpopuler Sepanjang Masa

Novel Gone with the Wind ditulis oleh Margaret Mitchell yang pertama kali diterbitkan di tahun 1936. Selama dua tahun, 1936 dan 1937, novel ini berada di urutan pertama buku bestseller di Amerika dan mengantarkan Mitchell meraih Pulitzer Prize untuk karya tulis fiksi di tahun 1937. Di tahun 2014, The Harris Poll menyatakan jika novel ini buku favorit kedua di Amerika, setelah Kitab Injil.

Kisah fiktif dengan nuansa romantis dan motivasi untuk bangkit dari keterpurukan perang ini memiliki latar belakang sejarah yang akurat. Hingga saat ini, novel populer ini masih menjadi bahan studi literasi di berbagai sekolah dan universitas di Amerika. Tercatat, sudah lebih dari 30 juta eksemplar terjual sejak tahun terbitnya hingga tahun 2019.

Adaptasi ke layar lebarnya sebenarnya sudah didiskusikan oleh para produser Hollywood ketika novel ini masih berupa draft dan belum dipublikasikan. Anehnya, para produser tersebut menolak memproduksinya karena alasan tidak memiliki bujet yang besar. Awalnya David O. Selznick ikut menolak juga, tetapi karena desakan rekan bisnisnya dia membeli hak cipta novel itu seharga $50 ribu.

Gone with the Wind adalah satu-satunya novel karya Margaret Mitchell yang diterbitkan selama hidupnya. Meski begitu, banyak yang mengharapkan adanya kelanjutan novel ini. Oleh karena itu, banyak penulis yang meminta izin pewaris Mitchell untuk membuat novel lanjutannya. Alexandra Ripley diizinkan untuk menulis novel berjudul Scarlett yang terbit di tahun 1991.

Kemudian di tahun 2007, terbit lagi novel sequel lainnya berjudul Rhett Butler’s People karya Donald McCaig yang mengambil seting waktu paralel dengan Gone with the Wind yang dilanjutkan dengan novel prequel-nya berjudul Ruth’s Journey yang terbit di tahun 2014. Selain ketiga novel yang mendapat izin resmi dari pewaris penulis, masih ada beberapa novel yang menyatakan diri sebagai novel lanjutannya.

Audisi Terbesar Demi Mencari Aktris Utama

Audisi Terbesar Demi Mencari Aktris Utama

Studio MGM menggelar audisi dengan skala besar demi mencari aktris untuk memerankan Scarlett O’Hara. Sebanyak 1400 aktris se-Amerika diaudisi dan menelan biaya sebesar $100 ribu. Pada akhirnya, tidak ada aktris yang lolos audisi dan dikontrak untuk berperan di dalam film. Beberapa aktris terkenal Hollywood pada saat itu sempat dipertimbangkan, seperti Joan Crawford dan Katharine Hepburn.

Begitu juga beberapa aktris yang sedang naik daun, tetapi semuanya tidak ada yang sesuai harapan produser dan penulisnya. Selznick kemudian tertarik dengan Vivian Leigh yang merupakan aktris asal Inggris yang masih belum dikenal publik Amerika, dan menjatuhkan pilihan padanya karena kecantikan dan keanggunannya. Ternyata, Vivian Leigh dan karakter Scarlett O’Hara memiliki kesamaan.

Kesamaan itu ialah Vivian Leigh memiliki darah keturunan Prancis dan Irlandia, sama dengan karakter Scarlett O’Hara. Meski banyak yang meragukan kemampuannya, Vivian tampil mempesona di syuting perdananya dan berlanjut hingga keseluruhan syuting selesai. Pada akhirnya, Vivian Leigh berhasil membawa pulang Oscar sebagai Best Actress.

Peraih Banyak Penghargaan

Peraih Banyak Penghargaan

Sejak perilisan Gone with the Wind di bioskop-bioskop Amerika dan menuai banyak pujian dari para kritikus film, tentu saja aroma Oscar sudah mulai tercium. Film ini masuk nominasi di 13 kategori dan berhasil menang di 8 kategori, yaitu Best Picture, Best Director, Best Adapted Screenplay, Best Actress, Best Supporting Actress, Best Cinematography, Best Film Editing dan Best Art Direction.

Sebuah rekor tercipta ketika Hattie McDaniel menjadi aktris Afrika-Amerika pertama yang meraih Oscar, yaitu untuk kategori Best Supporting Actress. Hal ini menjadi sebuah peristiwa luar biasa bagi warga Afrika-Amerika di tengah derasnya isu dan kasus rasis. McDaniel bahkan tidak diizinkan masuk ke bioskop saat gala premiere film di Atlanta dan duduk terpisah dari artis lainnya di ajang Oscar.

Film ini dianggap menjadi pendobrak bagi kekuatan warga Afrika-Amerika saat itu dan berperan besar dalam meluruskan sejarah tentang perbudakan di tanah Amerika. Di dunia perfilman juga, film ini menjadi pionir bagi artis keturunan Afrika-Amerika untuk mendapat kesempatan berperan lebih banyak di dalam film-film produksi Hollywood.

Film Blockbuster Pertama

Film Blockbuster Pertama

Gone with the Wind menjadi film dengan status blockbuster pertama, yaitu film dengan pendapatan melebihi $100 juta dalam peredarannya di bioskop-bioskop di seluruh wilayah Amerika Utara. Sewaktu dirilis di tahun 1939, film ini langsung meraih penghasilan sebesar $189 juta. Sebuah rekor yang fantastis pada saat itu dan rekor ini tidak terpatahkan hingga empat dekade kemudian.

Bahkan jika dihitung tingkat inflasi dengan kurs dollar saat ini, Gone with the Wind tetap menjadi film terlaris di tangga box-office. Film ini kemudian dirilis ulang di tahun 1989, 1998, dan 2019. Setelah dihitung tingkat inflasinya, penghasilan total film ini mencapai angka $3,44 milyar! Pencapaian yang sepertinya akan sangat sulit untuk dipatahkan dalam waktu yang lama.

Itulah beberapa fakta menarik dari film Gone with the Wind, sebuah film terbaik dan terlaris sepanjang masa, yang mensejajarkan kualitas tinggi dengan raupan penghasilan yang besar. Satu rekor lagi yang masih belum terpecahkan dari film ini ialah film peraih Best Picture Oscar dengan durasi terpanjang. Total durasi film yang dibagi empat segmen ini hampir mencapai empat jam.

Bagi kalian yang mengaku moviegoers, film ini menjadi film yang wajib ditonton. Meski terkesan jadul dan ketinggalan zaman dalam hal visual effects, tetap kita akan merasakan daya spektakuler yang dihasilkan setelah menonton film ini hingga selesai. Jika kalian ada yang ingin request film klasik apa lagi yang ingin diulas, silahkan layangkan di kolom komentar ya.

cross linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram