bacaterus web banner retina

Sinopsis dan Review Charlie and The Chocolate Factory

Ditulis oleh Desi Puji Lestari
Charlie and The Chocolate Factory
4
/5
PERHATIAN!
Artikel ini mengandung spoiler mengenai jalan cerita dari film/drama ini.

Charlie and The Chocolate Factory, film yang rilis tahun 2005 lalu dibuat berdasarakan novel tahun 1964 karya Roald Dahl. Film ini bercerita tentang pengalaman lima orang anak yang memenangkan undian untuk masuk dan mengikuti proses produksi di Wonka Factory milik Willy Wonka. Dari lima anak tersebut hanya satu yang bertahan sampai akhir. Dia adalah calon penerus Wonka Factory.

Berperan sebagai Willy Wonka, Anda akan terpesona dengan kedalaman akting Johnny Deep dalam film ini. Dengan tampilan busana dan gaya bicara yang unik, karakter Willy Wonka sangat menempel di kepala. Bersama seorang anak kecil berhati lembut bernama Charlie yang diperankan Freddie Highmore, keduanya berbagi chemistry. Ingin tahu apa saja yang terjadi di dalam film arahan sutradara Tim Burton ini? Berikut ulasan singkatnya untuk Anda!

Sinopsis

Sinopsis

Wonka Factory sudah lama tutup karena sang pemilik, Willy Wonka, merasa dirugikan oleh saingannya yang menggunakan mata-mata industri. Akibat dari keputusannya Willy memecat semua pekerja termasuk Grandpa Joe (David Kelly). Grandpa Joe kini sudah semakin tua. Dia tinggal di sebuah gubuk kecil dan tidak layak huni bersama anggota keluarganya, termasuk sang cucu, Charlie Bucket (Freddie Highmore).

Tempat tinggal mereka kebetulan masih berada di sekitar Wonka Factory. Bangunannya sangat kontras dengan lingkungan di sekitarnya. Meskipun miskin, Grandpa Joe dan keluarga hidup rukun serta hangat. Mereka berbagi makanan dan selimut walau seadanya. Hingga suatu Wonka Factory  dikabarkan akan buka kembali.

Willy Wonka mengabarkan bahwa dalam rangka pembukaan kembali Wonka Factory dia mengadakan sebuah kontes yang hadiahnya cukup istimewa, yaitu melakukan tur dan melihat-lihat bagian dalam pabriknya. Willy telah menyiapkan lima lembar tiket emas yang dia simpan di dalam bungkus coklat buatannya.

Coklat-coklat tersebut dia sebar secara acak di seluruh dunia. Siapa pun yang mendapatkannya, maka dia berhak mengikuti kontes tersebut. Satu peserta kontes yang masih bertahan hingga akhir, akan mendapat hadiah tambahan. Hasilnya penjualan coklat milik Wonka kembali meroket setelah sekian lama.

Empat tiket emas sudah berhasil ditemukan. Masing-masing didapatkan oleh si anak rakus berbadan subur bernama Augustus Gloop (Philip Wiegratz), si gadis manja Veruca Salt (Julie Winter), Violet Beauregarde (AnnaSophia Robb ) yang arogan dan tidak bisa lepas dari permen karetnya serta anak laki-laki bernama Mike Teavee (Jordan Frey) yang pemarah. Itu artinya hanya tinggal satu tiket lagi yang tersisa.

Charlie diam-diam juga ingin memenangkan kontes. Terutama sang kakek yang sangat antusias menemaninya. Namun, sudah dua kali membeli coklat, tiket emas belum juga dia dapatkan. Hingga suatu hari, Charlie berhasil mendapatkannya. Namun, Charlie jadi bimbang karena tiket tersebut ditawar oleh seseorang yang akan menukarnya dengan sejumlah uang.

Charlie bergegas membawa tiket tersebut pulang dan mengatakan bahwa dia akan menukar tiket tersebut dengan uang, karena keluarganya lebih membutuhkan uang daripada tiket. Namun, Grandpa Joe terlihat kecewa. Dia ingin menemani Charlie melakukan tur, mengenang dan melihat-lihat kembali tempat kerjanya tempo dulu. Anak baik itu akhirnya memutuskan untuk menuruti keinginan kakeknya.

Hari pelaksanaan tur pun tiba. Lima orang anak pemenang tiket emas, didampingi satu orang dewasa, termasuk Charlie dan Grandpa Joe disambut di luar pabrik oleh Willy Wonka. Lelaki itu kemudian membawa mereka mulai memasuki area pabrik. Anak-anak yang memenangkan tiket emas sangat antusias menjelajahi Wonka Factory.

Dengan sifat dan pembawaan yang berbeda, ke empat orang anak terlibat peristiwa mengejutkan selama di dalam pabrik. Gloop misalnya, si anak rakus itu tergoda dengan makanan manis yang ada di sana dan tidak memedulikan aturan yang dimiliki Willy Wonka. Akibatnya anak itu tercebur masuk ke dalam kolam coklat. Kemudian ada Violet yang badannya berubah membengkak dan  biru, persis seperti bola akibat kesombongannya.

Di akhir tur, Wongka tidak menyadari bahwa peserta yang tersisa tinggal Charlie dan Grandpa Joe. Charlie kemudian mengetahui bahwa Wonka sedang mencari penerus yang bisa mengelola pabriknya. Wonka menawari Charlie untuk tinggal bersama dan bekerja di pabrik sebagai pemilik. Syaratnya anak itu harus meninggalkan keluarga dan tinggal dengannya.

Charlie yang tidak memiliki ambisi apa pun, menolak dan lebih memilih keluarga daripada tawaran dari Wonka. Hal ini mengejutkan dan membuat lelaki itu putus asa. Wonka yang selama ini jauh dari keluarga, terutama sang ayah, seperti mendapat pelajaran berharga. Lambat laun Wonka Factory kembali mengalami kebangkrutan. Apa yang akan terjadi pada mereka selanjutnya? Bagaimana nasib Charlie, keluarga dan Wonka?

Film Musikal yang Imajinatif

Film Musikal yang Imajinatif

Charlie and The Chocolate Factory merupakan sebuah film musikal yang sangat imajinatif. Ketika memasuki Wonka Factory, Anda seperti salah satu pemenang kontes karena ikut diajak melihat-lihat bagian dalam dan para “pekerja” di sana. Semuanya sangat tidak biasa karena tidak terlihat ada satu orang pun manusia. Unsur imajinatif dalam film ini salah satunya bisa dilihat dari pohon permen atau gula-gula.

Pohon-pohon yang semuanya bisa dimakan itu bahkan berhasil menggoda Augustus Gloop yang memang rakus. Di Wonka Factory juga terdapat kolam coklat dengan mesin penyedot berupa pipa raksasa yang bisa dimasuki badan gemuk milik Gloop. Imajinasi lainnya yang akan membuat Anda terhibur adalah saat Wonka terlihat mempekerjakan para squirrels untuk memilih kacang terbaik yang akan dipakai sebagai bahan campuran coklatnya.

Selain adegan-adegan penuh imajinasi yang sulit dilupakan, musik-musik yang diputar selama film ini berlangsung juga tidak kalah memorable. Pada salah satu adegan, Anda akan mendengar sekaligus melihat para Suku Oompa-Loompa bernyanyi dan menari tapi dengan wajah yang datar. Mereka menyanyikan sebuah lagu dengan lirik yang mengandung pesan dan pelajaran.

Visual Effects dan Warna-warna Menyenangkan

Visual Effects dan Warna-warna Menyenangkan

Film Charlie and The Chocolate Factory terlihat sangat mengandalkan CGI dan visual efek sepanjang film berlangsung. Namun, tahukah Anda bahwa beberapa elemen dalam film ini benar-benar dikerjakan secara manual? Tim Burton berusaha menghindari penggunaan visual efek yang terlalu banyak karena dia ingin setiap karakter merasakan berada di sebuah tempat yang realistis.

Salah satu adegan imajinatif saat sekelompok tupai sedang memilih kacang, tidak dibuat melalui CGI sepenuhnya. Para tupai tersebut rupanya dilatih selama 10 hari sebelum pembuatan film dimulai. Setiap tupai dilatih duduk di atas kursi kecil, mengetuk lalu membuka kacang kenari. Walau memang disempurnakan dengan CGI, tetap saja sebagian besar adegan merupakan aksi nyata dari para tupai.

Namun, pada beberapa scene, visual efek tetap digunakan dalam proses produksi. Tampilan efek-efek tersebut tampak menarik terutama karena permainan warna yang menyegarkan mata. Bayangkan saja Anda masuk ke sebuah pabrik coklat yang penuh permen dan buah berwarna-warni. Di sana terdapat banyak mesin dan ruangan yang seluruhnya terbuat dari coklat.

Film Keluarga dengan Penuh Pelajaran

Film Keluarga dengan Penuh Pelajaran

Charlie and the Chocolate Factory sangat pas ditonton bersama keluarga. Ia punya plot cerita yang tidak terlalu rumit dengan banyak tokoh di dalamnya, melainkan banyak pelajaran berharga. Selama menonton film ini, beberapa moral value terselip dari awal hingga akhir. Anda bisa memahami sesuatu dimulai dari keserakahan yang ditunjukkan oleh karakter Gloop hingga kesombongan yang hanya akan membawa petaka.

Karakter Charlie yang pendiam, apa adanya dan tidak ragu memilih keluarga daripada apa pun, termasuk kesempatan langka memiliki perusahaan Wonka Factory, secara tidak langsung menegur Wonka. Wonka diceritakan punya trauma dan kebencian terhadap ayahnya karena sang ayah adalah seorang dokter gigi yang terlalu mengekang Wonka saat kecil.

Hubungan anak dan ayah itu tidak pernah membaik sampai Charlie bantu memperbaikinya. Wonka belajar banyak dari seorang anak kecil yang hidup sederhana dan mencintai keluarganya. Freddie Highmore memang sangat pas memerankan karakter-karakter anak baik dan memelas. Anda akan terharu oleh pembawaannya yang tenang.

Film keluarga Charlie and The Chocolate Factory sudah tayang sejak 2005 lalu. Penerimaan masyarakat terhadap film ini cukup baik. Rating di Rotten Tomatoes mencapai 83% dari 231 ulasan dengan nilai rata-rata 7.21/10. Selain itu film ini juga dinominasikan dalam berbagai penghargaan bergengsi. Singkatnya tidak ada alasan untuk menunda menontonnya bersama keluarga. Jadi, kapan mau mengagendakannya?

cross
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram